Share

Bab 3 Nasehat Ibu

Author: Mommy Jasmine
last update Last Updated: 2023-06-24 10:22:16

Hana mengernyit setelah membaca pesan w******p dari seseorang, " Rina ...," lirih Hana. Sejenak menatap langit-langit kamar, mengingat apa-apa saja yang sudah Ridwan beri untuknya. Ada tas, sepatu, pakaian dan yang terakhir kalung emas yang bahkan sampai saat ini masih bertengger di lehernya. Semuanya itu tak pernah Hana minta, melainkan Ridwan sendiri yang memberikannya.

Hana membuka kalung emas itu dan menyimpannya di dalam lemari pakaiannya. Nanti saat ada waktu senggang, Hana akan mengemas semua barang barang yang pernah Ridwan beri.

Selesai dengan tujuan awal, Hana pun keluar dari kamar menuju dapur. Ia melihat sang ibu sudah berkutat dengan bahan dapur.

Hana datang dan langsung memeluk sang ibu dari belakang. Sungguh saat ini hanya ibunyalah yang ia punya, harta paling berharga dalam hidup Hana.

"Buk, gimana udah enakan kepalanya?" tanya Hana yang masih menyandarkan kepalanya di punggung sang ibu.

"Udah, Ibu udah baikan, Na. Nggak tahu kenapa pagi ini ibu merasa hati ini lega dan enteng gitu. Padahal sebelumnya ada beban yang menyesakkan di dada ibu Na," jelas sang ibu memberi tahu suasana hatinya.

'Sebegitu kuatnya naluri seorang Ibu. Dari dulu Ibu memang nggak tenang kalau aku dalam kebimbangan. Mungkin karena pagi ini sudah aku lepaskan beban yang mengganjal di hati. Aku rasa karena itu juga sekarang ibu sudah merasa lega' batin Hana sambil duduk di kursi makan menghadapi secangkir teh manis dengan asap yang masih mengepul buatan ibunya.

"Buk ...," panggil Hana.

"Hmm ...?" jawab Nining dengan tanpa menoleh. Ia masih sibuk membalik pisang goreng dalam wajan.

"Ibu tau nggak siapa lelaki yang udah meminang Rina?" tanya Hana hati hati. Ia tak ingin sang ibu mengalami sakit yang sama seperti dirinya tadi malam, namun juga tak bisa menutupi kenyataan sebenarnya. Ia yakin wanita yang telah melahirkannya akan kuat melebihi dirinya.

"Siapa?" tanya ibu penasaran. Setelah mematikan kompor, Nining pun duduk di kursi makan. Melipat kedua tangannya di atas meja, bersiap untuk mendengarkan apa yang anaknya ketahui.

"Bang Ridwan, Buk."

"Ridwan? Oh pantesan," lirih Nining disertai anggukan kecil. Kemudian bangkit lagi dari duduknya dan meletakkan pisang goreng itu pada sebuah piring plastik.

"Pantesan apa buk? pantesan Bang Ridwan nggak datang?" tanya Hana menelisik.

"Bukan, pantes aja Bude Obed berkali-kali menekankan sama ibu kalau kejadian yang menimpa kamu itu, karena kamu dan Ridwan itu nggak berjodoh. Dia berusaha menenangkan hati ibu, eh rupanya ada udang di balik batu ya, Na," ujar Nining yang juga geram dengan sang kakak. Andai Kakak kandungnya itu jujur pasti Nining tidak sekesal dan sekecewa ini.

"Oh jadi Bude Obed sengaja bilang ke ibu kalau gagalnya pertunangan Hana karena memang udah nggak jodoh. Hmmm heran banget Hana, Buk. Bisa-bisanya ya Bude Obed udah tahu kenapa Bang Ridwan nggak datang, tapi masih diam dan seakan nggak tahu apa-apa." Hana juga terlihat kesal. Namun satu yang ia syukuri, bersyukur telah dijauhkan dari lelaki seperti Ridwan. Tak punya pendirian.

"Jadi gimana dengan kamu, Na? Apa udah bisa move on?" Entah dari mana sang ibu tahu kata kata move on itu. Mungkin karena sering melihat sinetron kesukaannya setiap malam.

Hana bergeming. Tidak mudah melupakannya begitu saja, sepanjang hidup mungkin akan terus teringat. Akan tetapi, Hana sadar takdir untuk bersama Ridwan sudah tidak mungkin ia genggam.

Sebenarnya hatinya masih begitu sakit, tak dipungkiri ingin sekali saja Hana bertatap muka dengan Ridwan. Meminta penjelasan untuk semua ini, tapi itu semua hanya akan membuang buang waktu saja. Ridwan tak mungkin kembali, karena tampaknya Ridwan berbahagia atas lamaran itu, begitu juga dengan Rina. Lagi pula keduanya tampak serasi dan sepadan. Jadi tak usah lagi merusak hubungan orang lain, meski di hati masih begitu sakit dan nyeri. Demi ibu, Hana kuat.

"Sudahlah, buk! Bang Ridwan memang cocoknya sama Rina," jawab Hana. Dari dulu Rina dan Hana adalah dua orang yang tidak pernah akur. Rina selalu ingin bersaing dengan adik sepupunya, Hana. Ia akan melakukan cara apa saja agar dirinya saja yang menang. Sementara dari segi apa saja jelas, Hana selalu kalah.

"Alhamdulillah, kalau kamu ngerti, Na. Karena segala sesuatunya itu nggak akan terjadi tanpa kehendak Allah. Mungkin saat ini Allah tengah mempersiapkan jodoh terbaik buat kamu," jelas Nining dengan suara lembut lagi menenangkan. Mendengar penuturan ibunya, Hana menjadi jauh lebih tenang. Ternyata jauh sekali dengan apa yang ada dipikirannya.

Tadinya Hana ragu untuk memberitahukan hal ini pada ibunya, takut kalau ibu semakin sakit. Namun nyatanya sang ibulah yang memberikannya kekuatan untuk itu.

Di sebalik kata kata Nining, ada harapan dan doa yang besar untuk anak anaknya terutama Hana, anak bungsunya.

"Ya udah, kamu mau dibawain berapa biji pisang gorengnya, Na?" tanya Nining mencairkan suasana.

"Nggak usah, Buk. Hana makan di rumah aja udah cukup kok!" jawab Hana yang kemudian menyeruput teh hangat di hadapannya.

Ketika akan bangkit dari duduknya, Nining merasakan nyeri di dadanya yang begitu luar biasa, sehingga ia kesulitan untuk bernafas seperti kekurangan oksigen.

"Buk, Ibuk kenapa?" Hana dengan cepat membantu sang ibu agar tidak jatuh, lalu memapahnya ke tempat tidur. Dengan susah payah ia membawa wanitanya itu dan terakhir kondisi ibunya semakin tak karuan, Hana pun melarikannya ke rumah sakit.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dibuang Mantan, Dinikahi Sultan   Bab 39 Benci yang Mengakar

    Langit sore itu terlihat semburat jingga. Rumah besar di kawasan elite milik Rayhan dan Hana terlihat lebih hidup dari biasanya. Wajah Hana tampak bersinar, tak hanya karena sinar matahari yang menyelinap melalui jendela kaca besar, tapi karena hatinya sedang berbunga. Setelah melewati berbagai badai dalam rumah tangga mereka, kini Hana dan Rayhan seperti menemukan ritme baru. Mereka lebih terbuka, lebih saling mendengarkan, dan… kini mereka mulai berbicara tentang mimpi kecil yang selama ini hanya mengendap di hati: anak. "Sayang," panggil Rayhan dari balik pintu kamar. Ia baru saja selesai mandi, rambutnya masih basah, dan handuk tergantung di leher. "Kamu udah mikir lagi soal yang kita obrolin kemarin?" Hana yang sedang duduk di meja rias, menoleh dengan senyum malu-malu. "Soal program hamil?" Rayhan berjalan pelan, memeluk bahu istrinya dari belakang. "Aku serius, Na. Kita udah cukup waktu buat adaptasi. Sekarang saatnya kita punya keluarga kecil yang lengkap. Tatapan Hana mer

  • Dibuang Mantan, Dinikahi Sultan   Bab 38 Bertiga?

    Hana menghela napas pelan, mencoba meredam gelombang perasaan yang menyeruak dari sentuhan dan kata-kata Rayhan. Ia menunduk, membiarkan dagunya menyentuh dada suaminya yang hangat dan kokoh. “Aku cuma… belum terbiasa,” gumamnya pelan, nyaris tak terdengar. Rayhan tersenyum kecil, menggenggam jemari istrinya yang dingin dan membawanya ke dada kirinya. “Biasakanlah perlahan, Sayang. Aku akan sabar menuntunmu.” Kata-katanya bukan sekadar janji manis, Hana bisa merasakannya dalam cara Rayhan menyentuh dan menatapnya—penuh penghargaan, bukan sekadar nafsu. Mereka berdiri seperti itu dalam diam, hanya suara detak jam dinding dan hembusan lembut pendingin udara yang terdengar. Sampai akhirnya Rayhan mengecup kening Hana dengan pelan, lalu melepaskan pelukannya. “Masih ada waktu sebelum aku berangkat. Temani aku sarapan, ya?” pintanya. Hana mengangguk dan tersenyum kecil. “Aku masakin nasi goreng spesial, mau?” Rayhan memiringkan kepalanya, menatapnya penuh makna. “Kalau kamu ya

  • Dibuang Mantan, Dinikahi Sultan   Bab 37 Melepas Kesucian

    Pergi begitu saja meninggalkan Anisa dan senyum Anisa yang tadinya semeringah memudar kala Rayhan berdiri dan mulai meninggalkannya. "Rayhan ...," panggil Anisa sambil mengejar Rayhan, tetapi langkah Rayhan terlalu panjang sehingga tak terkejar olehnya. Sementara Rayhan tetap memaksa mengendarai mobilnya agar sampai di rumah. Dorongan hasrat ini harus segera dituntaskan, jika tidak maka itu akan menjadi siksaan batin yang bisa saja membuatnya gila. Rayhan membuka kancing kemeja bagian atas hingga menampakkan bulu-bulu halus itu. Setelah sampai di garasi, ia pun lantas berlari ke arah rumah. Masuk dengan kunci yang ada padanya. Hana baru saja keluar dari kamarnya dengan kepala yang masih berbalut handuk. Ia terperanjat melihat gelagat aneh sang suami yang tak seperti biasa. "Hana," lirih Rayhan sambil berjalan mendekat pada wanita yang hanya memiliki tinggi tubuh sekitar seratus enam puluh cm itu. Mengangkat tubuh Hana dan membawanya menuju kamar terdekat, yaitu kamar Hana.

  • Dibuang Mantan, Dinikahi Sultan   Bab 36 Rencana Anisa

    "Apa betul mama menerima sejumlah uang dari keluarga Rina dan sebagai gantinya aku harus menikahi Rina? Betul itu, Ma?" tanya Ridwan dengan suara lantang dan mata yang membulat. "Ridwan, kamu ini datang-datang bukannya kasih salam dulu, malah nanya yang nggak-nggak." Lastri mencebik kesal, ada rasa takut dalam hatinya sekaligus heran mengapa rahasia ini bisa sampai bocor."Tolong jawab aja, Ma! Jawab yang jujur!" sentak Ridwan sehingga Lastri terkejut dan semakin ketakutan. Namun, berusaha bersikap tenang.Lastri terdiam dan itu sudah menjadi jawaban untuk Ridwan. Ia menggeleng pelan, tak menyangka bahwa sang ibu telah menjual dirinya demi uang, padahal Ridwan berusaha menerima jodoh yang ibunya pilihkan. Berharap ini adalah pilihan terbaik, meski Harau mengabaikan hati dan cintanya pada Hana."Ridwan ... Wan, mau kemana kamu? Mama mau jelasin sesuatu sama kamu," teriak Lastri saat Ridwan pergi dari hadapannya.Melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi hingga ia tak perduli lagi ten

  • Dibuang Mantan, Dinikahi Sultan   Bab 35 Terbongkarnya Rahasia Rina di Depan Sang Suami

    "Seharusnya Abang pulang langsung ke rumah. Bukannya malah cari perhatian sama Hana. ingat, Bang! Hana itu udah punya suami dan kamu juga udah punya aku," ucap Rina. Dengan kondisinya yang sedang sakit, ia nekad pergi ke rumah Nining untuk menjemput sang suami. Karena sedari tadi ia duduk di depan terasnya untuk memantau acara yang dibuat Hana dan ibunya. Melihat mobil yang biasa suaminya kendarai pulang cepat, Rina pun bergegas ke rumah itu. Namun, kedatangannya itu ternyata untuk melihat sang suami sedang saling tatap dengan Hana. Kedua tangan Ridwan menyangga tubuh Hana agar tidak jatuh. Ingin rasanya ia langsung berteriak dan melerai keduanya. Namun, ia tak kuasa melakukannya karena kakinya terasa lemas. Pun Nining segera memberi kode kepada kedua orang yang tengah berpandangan itu hingga keduanya sadar dan melepaskan diri. Rina bisa melihat bahwa suaminya masih menyimpan rasa terhadap Hana. Terbukti saat Ridwan masih saja menatap Hana yang melenggang pergi. "Abang nggak senga

  • Dibuang Mantan, Dinikahi Sultan   Bab 34 Syukuran

    "Bangun! Bangun, Mas!" Hana menggoyang dan menepuk punggung tangan Rayhan supaya bangun. Kerena waktu subuh tidak banyak jika untuk mengerjakan wajibnya. Berulang kali Hana mencoba membangunkan hingga ia lelah dan membelakangi posisi Rayhan. Tetiba muncul keisengannya. Hana mendekat pada wajah Rayhan yang masih tertidur pulas. Menatapnya dari dekat, begitu dekat, bahkan sangat dekat. Hingga Hana dapat merasakan terpaan hangat nafas Rayhan. Ia pejamkan mata merasakan debaran jantung yang mulai tak beraturan. Rayhan mengerjapkan mata, melihat Hana yang begitu dekat dengannya. Entah mengapa ada rasa nyaman dan menginginkan waktu berhenti agar Hana tak berlalu dari hadapannya. Muncul pula ide dalam benaknya agar Hana tak segera berlalu. Rayhan memeluk Hana sambil membenarkan posisi ternyaman, matanya masih terpejam agar Hana menganggap ini adalah ketidak sengajaan yang tercipta. Hana membulatkan matanya saat dirinya malah terjebak dalam pelukan Rayhan. Semakin ia berusaha melepaskan d

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status