Dua jam sebelumnya....
Suamiku[Kamu siap-siap, ya. Aku mau ngajak kamu makan malam.]Anna sampai lupa menutup mulutnya kala membaca sebuah pesan dari suaminya. Padahal, sudah dua hari lamanya Danu mendiamkannya gara-gara mulut Anna yang tidak terkontrol. Mengumpat suaminya itu dengan kata impoten dan loyo.Sembari menggigit bibir bawahnya menahan rasa senang di hati, Anna membalas pesan suaminya itu.[Mas udah nggak marah lagi sama aku?] Suamiku[Pakai baju yang seksi, jam tujuh aku udah nyampai di rumah.][Kita langsung jalan.]Balasan dari Danu malah tidak nyambung sama sekali dengan pertanyaannya.Anna menaikkan kedua alisnya ke atas, tapi kemudian bibirnya tersenyum lebar, “dasar, laki dingin gue.” Tepat pukul tujuh malam, Danu sudah tiba di depan pintu gerbang rumah kontrakan mereka. Pria itu langsung membunyikan klakson mobilnya. Anna yang sudah berdandan cantik langsung keluar dari rumah dan mengunci pintunya. Lalu, dengan anggun berjalan menuju mobil suaminya yang terparkir di depan pagar.Sepanjang perjalanan, tidak ada pembicaraan di antara mereka. Danu lebih focus pada kemudinya. Laki-laki itu tetap memasang wajah dinginnya seperti biasa. Anna pun tak berani membuka suara, padahal tadi ia berharap akan mendapat pujian dari sang suami atas penampilan terbaiknya malam ini.Sekitar setengah jam kemudian, mobil Danu memasuki sebuah hotel berbintang. Setelah memarkir mobil depan hotel, Danu tiba-tiba menjadi sangat perhatian pada istrinya itu. Ia menggandeng tangan Anna menuju receptionist hotel untuk meminta kunci kamar yang telah dipesannya sore tadi.“Mari kita bersulang,” ajak Danu setelah makan malam dalam diam mereka di dalam kamar hotel selesai. Pria itu menyodorkan segelas kecil minuman berwarna merah pada sang istri. Hanya berselang berapa menit Anna menghabiskan minuman itu, ia merasakan perubahan pada tubuhnya. Bukannya khawatir akan rasa panas yang mulai mengalir di seluruh tubuhnya, tapi wanita cantik itu malah tersenyum senang. “Mas, kamu nggak harus ngasih aku obat beginian sebenarnya. Melihatmu aja, udah buat aku ingin ngajak Mas tidur di sana.” Anna menunjuk ranjang besar yang terdapat di kamar hotel itu. “Makasih ya, Mas. Kamu pasti ingin menyenangkanku malam ini.”“Iya, kamu benar. Aku memang mau bikin kamu sangat liar di ranjang itu malam ini,” jawab Danu sambil mengeluarkan ponselnya. Ia langsung menulis pesan pada seseorang.Anna yang merasa sudah seperti cacing kepanasan oleh hasratnya yang tiba-tiba memuncak, langsung berdiri dari duduknya dan menghampiri sang suami yang duduk di seberang meja jamuan makan malam mereka.“Ayo, Mas! Aku udah nggak tahan lagi, ahh … Mas Danu, Sayang … ayoo,” ajak Anna manja sembari menarik tangan Danu.“Tunggu dulu! Aku ada permainan buat kamu, tapi matamu harus ditutup dulu, ya?” Danu meraih tubuh Anna dan mendudukkannya kembali di kursi. Pria itu lalu mengambil sapu tangan di saku celananya, lalu melipat memanjang.“Permainan apaan sih, Mas? Kenapa nggak langsung aja sih?” protes Anna, tapi ia pun tak menolak kala Danu menutup kedua matanya dengan sapu tangan itu.“Nah … sekarang saatnya melepas semua pakaianmu.” Danu memegang kedua bahu Anna untuk mengajaknya berdiri kembali, lalu membawa istrinya itu ke pinggir ranjang. Tidak lama kemudian, tubuh Anna yang sudah polos direbahkan di ranjang. “Mas … nggak enak, mata ditutup kayak gini. Aku kan mau lihat tubuh kamu juga,” desah Anna yang sudah mengeliat-ngeliat kepanasan.“Sabar, ya? Bentar lagi kamu akan merasakan kenikmatan yang selama setahun ini nggak pernah kamu rasakan,” bisik Danu di telinga Anna. Lalu pria itu pun beranjak meninggalkan ranjang.“Mas … kamu mau kemana? Ahh … aku nggak tahan lagi nih,” protes Anna begitu mendengar langkah Danu menjauh.“Tunggu sebentar,” jawab Danu sembari pergi membuka pintu kamar. Seorang pria tinggi kekar sudah berdiri di depan pintu. Pria itu langsung masuk setelah mendapat kode dari Danu. Pria itu membuka pakaiannya sambil berjalan menuju ranjang dimana seorang wanita bertubuh mulus dan seksi sedang berbaring dan bergerak gelisah.Akhirnya, keesokan harinya, Anna bersama Harry dan kedua orang tuanya datang ke kantor polisi membezuk Danu. Mereka juga membawa dokter ahli jiwa yang terkenal untuk memeriksa kondisi Danu. Mereka ingin mendengar langsung dari dokter itu, apakah Danu perlu dirawat dokter jiwa atau depresi pria itu hanya sesaat saja akibat terguncang karena tiba-tiba masuk penjara.Di sana sudah menunggu Irsyad dan Rahma. Kedua orang tua Danu itu sudah tiba sejak pagi. Anna langsung menyapa dan menyalami mantan mertuanya itu dengan tulus. Bahkan, Anna memeluk Rahma. Ia benar-benar kasihan melihat kedua orang tua yang juga sangat ia sayangi sejak masih remaja dulu."Gimana keadaan Ayah dan Ibu?" tanya Anna usai menyalami Irsyad dan memeluk Rahma."Alhamdullillah, keadaan kami baik, Nak. Cuma kemarin habis pulang dari rumah kamu, Ayah sedikit drop kondisinya, tapi tadi habis subuh, alhamdullillah sudah membaik," jawab Rahma sambil tersenyum haru melihat kebaikan hati mantan menantunya itu. Andai dulu, Da
Semuanya menatap pada Harry, tak menyangka Suami Anna itu akan langsung bertanya seperti itu pada orang tua Danu.Tak lama, Rahma menunduk, lalu terlihat mengusap matanya dengan ujung jilbabnya. Sedangkan Irsyad, hanya menghela napas panjang."Pas datang ke Jakarta, kami langsung ke kantor polisi menjenguk Danu. Polisi yang menjawab Hp Danu saat Bapaknya telpon Danu hari Minggu itu." Setelah cukup tenang, Rahma menjawab pertanyaan Harry."Bapak tetap memarahi Danu ketika kami bertemu di sana walaupun wajah Danu terluka," sambung Rahma lagi."Dia pantas menerima semua itu! Aku tidak pernah mendidiknya jadi manusia jahat! Kamu yang selalu memanjakannya sejak dulu!" Irsyad malah balik memarahi istrinya."Sudahlah, semua ini sudah terjadi. Semoga Danu bisa menjadi lebih baik setelah masa tahanannya berakhir nanti." Thohir akhirnya tidak tahan juga. Jauh disudut hatinya, ia juga tidak tega pada mantan besannya itu sekaligus sahabat karibnya sejak masa kuliah dulu. Hubungan mereka merenggan
"Di ujung jalan rumah kita. Dia parkir mobilnya di sana. Pas dia mau masuk mobil, kami datang sama polisi," jelas Harry sembari merengkuh bahu istrinya. "Sekarang kamu tenang ya, akan kupastikan dia mendekam di penjara dalam waktu yang lama, biar nggak bikin masalah lagi sama kita!" "Iya, Pi. Aku juga lega sekarang. Tapi, aku nggak habis pikir sama sikapnya tadi. Aku nggak nyangka aja dia bakal minta maaf dan sikapnya sama Arez juga baik banget. Padahal aku sempat kepikiran pas Arez hilang, dia bakal jahatin anak kita, tapi malah diantar sendiri ke sini." Anna mengungkapkan kebingungannya atas sikap Danu yang tidak seperti biasanya. "Mungkin pas bersama Arez dia jadi sadar. Ya, nggak ngertilah, tiba-tiba, dia bisa berubah baik kayak gitu. Tapi yang pasti, kita jangan sampai lengah gara-gara sikapnya itu. Dia harus dihukum, biar tahu rasa," ujar Harry. "Betul, walaupun Arez tidak apa-apa, papa juga tidak mau memaafkannya begitu saja. Dia harus mendapat balasan dari semua perbuatan
"Oh, Alhamdulillah. Ayo, Pa, kita jemput Arez." Harry sampai ingin menangis mendengar ucapan ayah mertuanya itu. Ia tak bisa membayangkan, kalau anak balitanya itu tak bisa ditemukan malam itu juga. Memikirkan anaknya yang ketakutan, atau mungkin kelaparan dan kehausan, membuat Harry merasa frustasi. Apalagi membayangkan respon istrinya, kalau ia gagal membawa pulang anak sulung mereka ke rumah malam itu juga. * Anna duduk di ruang tamu dengan mata merah dan sembab. Ia ditemani Adinda yang juga sama kondisinya dengan sang kakak. Keduanya menunggu khabar Arez dengan harap-harap cemas. Tak ada yang berbicara. Keduanya terus berdoa dalam hati. Sedangkan ibu mereka yang juga sangat terpukul oleh peristiwa itu sudah disuruh Anna untuk istirahat di kamar saja berapa saat yang lalu, begitu juga dengan Bu Ningsih, yang masih setia tinggal di rumah Anna untuk mengawasi para pengasuh kedua anak Anna. Suasana hening di ruangan itu dipecahkan oleh suara bel pintu yang berbunyi. Anna dan adik
Harry berjalan mengikuti di belakang tiga orang petugas polisi bersama ayahnya, ayah mertua, dan asisten ayahnya.Satu orang petugas polisi langsung mengetuk pintu rumah Danu. Awalnya tidak begitu keras, lama-lama semakin keras. Tapi, tetap tidak terdengar apa-apa dari dalam rumah. Tidak sabar, polisi itu pun kemudian memegang handle pintu dan menekannya ke bawah. Tiba-tiba, pintu itu terbuka dengan mudahnya. "Sialan! Ternyata tidak dikunci!" umpat aparat polisi itu kesal sembari mengibas-ngibaskan tangannya yang kebas karena cukup lama menggedor-gedor pintu itu. Kemudian, ia kembali siaga dengan senjatanya. "Ayo, kita masuk!"Dua orang temannya menganggukkan kepala sembari mengacung pistolnya ke depan. Tiga orang polisi itu pun mengendap masuk ke dalam rumah yang lampunya tidak dinyalakan. Tapi, sinar lampu teras yang masuk cukup untuk menerangi ruang tamu yang terhubung dengan ruang keluarga itu.Harry pun ikut mengendap masuk bersama Thohir dan Hendrawan, sedangkan Bimo, asisten H
"Kamu tunggu di sini, Mi. Jangan kemana-mana. Aku akan coba cari tahu ke ruangan CCTV," jawab Harry yang juga terlihat panik. Apalagi melihat Anna dan ibu mertuanya sudah mulai menangis."Papa akan telepon polisi." Ayahnya Anna pun segera mencari bantuan."Sialan! Siapa yang berani menculik cucu berhargaku! Akan kucincang sendiri orangnya nanti!" Hendrawan, ayah Harry yang juga hadir di acara ulang tahun cucu kesayangannya sekaligus sang penerusnya itu ikut mencak-mencak panik. Pria paruh baya itu pun kemudian mengajak Bimo, pengawalnya untuk turun tangan sendiri. Kedua orang itu pun buru-buru pergi dari tempat itu.***"Mami...Mami...." Arez langsung menangis lagi begitu mulutnya bebas dari bekapan Danu. Bocah kecil itu menatap takut pria yang kini mendudukkannya di jok depan mobil, lalu memasang safetybelt di tubuh mungilnya."Cup, cup, Sayang. Jangan nangis. Kita akan jalan-jalan berdua, ya?" Danu mengusap pelan pipi dan rambut bocah tampan itu."Om ciapa? Alez mau cama Mami...." A