Share

Luka Yang Meradang

“Aku tidak akan segan untuk memanggil satpam dan mengusirmu dari sini,” jawab Zio dengan mata yang melotot tajam.

Agatha mendengus lalu menyisir ke seluruh ruangan. Perempuan itu tersenyum getir saat ia melihat dekorasi pernikahan Zio dan Selena. Dekorasi pernikahan ini sama persis seperti konsep dekorasi yang pernah Agatha bahas dengan Zio. Seolah tak cukup dengan mengambil seluruh uang Agatha, Zio dengan teganya juga mengambil ide pernikahan impian Agatha dan meninggalkan perempuan itu tanpa menyisakan satu mimpi pun untuk Agatha.

“Ah, dekorasi pernikahan ini sangat familiar. Apakah kau mendapatkan inspirasinya dari seseorang?” tanya Agatha.

“Dari mantan kekasihmu, misalnya,” lanjut perempuan itu.

Zio menggertakkan rahangnya.

“Tentu saja aku bertanya tentang dekorasi pernikahan ini pada ahlinya. Lagian mana sudi aku bertanya padamu," jawabnya dengan angkuh.

"Oh, kau sudah keterlaluan Zio! Apakah aku tidak berartu di dalam hidupmu? Bukankah kau ingin menika--" Belum melanjutkan ucapannya Zio telah memotong lebih dulu, "Menikah denganmu?! Mana sudi aku menikah dengan perempuan miskin seperti dirimu,” ujar Zio, sambil tersenyum licik.

Agatha mengepalkan tangannya. “Kau sangat jahat, Zio. Kau tidak punya hati nurani!” umpat Agatha kesal.

"Aku berjuang kerja keras siang dan malam bekerja serabutan di cafe dan supermarket demi kau, tetapi kau malah menikah dengan gadis lain! Tidak, aku tidak bisa menerima ini," teriak Agatha menahan air matanya yang hendak jatuh.

Perempuan itu melangkahkan kakinya melewati Zio. Dengan amarah yang sudah memuncak, Agatha mulai mengobrak-abrik dekorasi dan beberapa pernak-pernik pernikahan yang ada di sekitarnya. Ia benar-benar tidak terima dengan ucapan Zio padahal jelas-jelas Zio juga yang menikmati uang peninggalan orang tua Agatha.

Tak mau amarah Agatha semakin menjadi-jadi dan membuat dekorasi pernikahannya hancur, Zio berjalan cepat mendekati Agatha, lalu menarik tangan Agatha dan menyeret Agatha keluar dari gedung tanpa peduli jika perempuan itu terus meronta-ronta, meminta untuk dilepaskan. Tak lupa Zio juga memberikan kode kepada pihak wedding organizer untuk membereskan kekacauan yang telah Agatha akibatkan dari ulahnya.

“Pergi dari sini!” bentak Zio begitu mereka sudah berada di luar gedung.

"Tidak, aku tidak akan pergi sebelum aku menghancurkan pernikahanmu ini!" sergapnya dengan tatapan nanar.

"Berani sekali kau!" Pria itu juga mendorong tubuh Agatha dan membuat tubuh perempuan itu limbung hingga hampir terjatuh di depan seorang pria.

Pria berbadan tinggi tegap, berhidung mancung, dan beriris mata biru itu secara refleks menangkap tubuh Agatha dan menahannya agar tidak jatuh. Dia juga membantu Agatha untuk kembali berdiri dengan tegap dengan tatapan bingung.

"Apakah kau baik-baik saja, Nona?" tanya pria itu yang tak lain adalah Dirga, seorang CEO muda berusia dua puluh empat tahun yang tak lain adalah pemilik Gold Company yang memiliki banyak sektor industri yang tersebar di seluruh penjuru dunia. Pria berketurunan Indonesia-Italia tersebut baru saja datang ke Kota J untuk menghadiri pernikahan adik tirinya.

“Apakah kau tidak bisa bersikap lembut sedikit saja dengan seorang perempuan?” tanya Dirga kepada Zio dengan tatapan kurang suka. Dirga paling tidak senang jika melihat seorang pria bersikap kasar kepada perempuan.

“Ini semua bukan urusanmu,” jawab Zio acuh tak acuh.

“Kau benar-benar keterlaluan, Zio!” bentak Agatha sambil berkacak pinggang. “Kau sudah mengambil semua uangku dan sekarang kau menikah dengan perempuan lain setelah kita merencanakan pernikahan. Kau benar-benar pria egois!” jerit Agatha.

Sekarang Agatha tak perlu takut untuk berteriak karena tamu undangan pernikahan Zio dan Selena tidak akan bisa mendengar percakapan mereka dari sini. Sekarang ia bisa mengeluarkan isi hatinya tanpa harus berpikir berulang kali.

“Apakah kau pikir aku peduli?” tanya Zio sambil tersenyum meremehkan. “Tidak, Agatha. Aku tidak peduli padamu. Sekarang lebih baik kau pergi dari sini karena selamanya kau tidak akan pernah menjadi pendamping hidupku. Aku sudah menemukan perempuan yang jauh lebih sempurna dibanding dirimu. Jadi, aku sudah tidak membutuhkan kau lagi.”

“Dasar pria tidak tahu diri! Kau pikir uang siapa yang kau gunakan untuk membiayai pernikahanmu ini, hah?” tanya Agatha dengan emosi yang sudah meledak-ledak.

"Bagaimana bisa kau bisa melakukan ini padaku? Aku telah memberikan semua hasil jerih payahku demi membiayaimu mengejar gelar bisnis di luar negeri, tetapi kau tega mengkhianatiku seperti ini," ucap seorang perempuan yang tengah mengenakan gaun pengantin berwarna putih yang dilapisi tile dan ada pita dipinggang belakangnya.

“Aku tidak peduli. Sekarang lebih baik kau pergi dan jangan berani-berani kau masuk dan mengacaukan pernikahanku,” ucap Zio dengan telak lalu berbalik dan kembali masuk ke dalam gedung meninggalkan Agatha dan pria asing itu di sana.

Tanpa menjawab lagi Agatha langsung melayangkan satu tamparan keras ke wajah Zio, "Kau pantas mendapatkan ini," teriaknya dengan air matanya yang terus tertahan untuk keluar.

"Sialan kau!"

"Apa yang akan kau lakukan? Berani sekali kau pada perempuan," teriak Dirga hendak menghentikan pergerakan Zio yang hendak membalas balik menampar wajah Agatha.

Zio yang sejak tadi ditatap berang oleh Dirga langsung bergegas masuk ke dalam gedung sebelum calon istrinya tahu permasalahan ini.

Menatap punggung pria yang sangat dicintainya itu membuat air mata Agatha terus berlomba-lomba untuk turun ke pipi. Menahan tangis di depan orang yang telah menyakiti hati ternyata tak semudah yang Agatha bayangkan. Perempuan itu bahkan kini memegang dadanya yang terasa sakit sambil menangis tersedu-sedu. Tangis Agatha pecah, dadanya rasanya sesak sekali seolah ada ribuan jarum yang menusuk tepat di ulu hatinya.

Tanpa memerdulikan penampilannya yang berantakan, Agatha dengan lunglai berjalan tanpa arah meninggalkan area gedung pernikahan Zio dan Selena. Sekarang ia tak tahu harus berbuat apa karena rasanya segala usahanya tak akan bisa mengembalikan apa yang telah Zio dan Selena rebut darinya.

Dirga yang merasa prihatin terus menatap punggung Agatha yang semakin lama semakin menjauh dari pandangannya. Entah mengapa dia merasa tidak tega dengan perempuan malang itu. Selain penampilannya yang tampak sangat lusuh, perempuan itu kini bahkan sudah tidak mengenakan sepatunya lagi dan meninggalkannya di sembarang tempat selagi ia melangkah.

"Sesakit itukah patah hati," gumamnya dalam hati

Dirga dibuat bimbang. Ia bingung apakah ia harus menyusul gadis itu atau melanjutkan aktivitasnya yang sempat tertunda untuk menghadiri pernikahan adik tirinya. Namun, di satu sisi Dirga juga tak mau gadis malang itu malah menganggap dirinya sebagai pria kurang ajar kalau dia mengikuti gadis itu.

Agatha terus berjalan tanpa menghiraukan keadaan di sekelilingnya. Gadis itu bahkan tidak menyadari jika ada mobil yang tengah melaju dari arah kanan ketika ia berjalan lemah menyeberangi jalan.

“Awas ada mobil!” teriak Dirga, namun Agatha tak mendengarkannya.

Dirga yang melihat hal itu membulatkan matanya dan berlari menuju ke arah Agatha. Dengan satu gerakan cepat, Dirga menarik tubuh Agatha dan membuat perempuan itu terhindar dari sebuah kecelakaan yang mungkin akan merenggut nyawanya karena mobil tadi melaju dengan kecepatan tinggi.

Mata Agatha membulat sempurna. Jantungnya berdegup kencang karena jika saja Dirga terlambat menarik tubuhnya mungkin saat ini Agatha sudah terkapar di aspal jalanan itu.

“Apakah kau baik-baik saja, Nona?” tanya Dirga menatapnya.

Agatha terdiam sejenak, lalu menganggukkan kepalanya. Begitu Dirga melepaskan genggaman tangannya dari tubuh Agatha, perempuan itu langsung berlalu begitu saja tanpa mengucapkan terima kasih.

"Apakah gadis itu sudah tak waras," umpatnya kesal dengan tindakan Agatha.

Gadis itu kembali melangkah tanpa tujuan dan terlihat begitu linglung. Ia terus melanjutkan perjalanan tanpa peduli dengan siapa yang telah menolongnya.

Sementara Dirga ... dibuat terheran-heran dengan kelakuan perempuan itu. Dia jadi agak penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi antara perempuan itu dengan pria tadi.

"Kasihan sekali dia."

***

Setelah hari itu, Agatha mengurung diri di kamar apartemennya dengan air mata yang menemani. Perempuan itu benar-benar kehilangan semangat hidupnya karena segala mimpinya telah dihancurkan oleh pria yang sangat ia cintai. Agatha kini merasa jika hidupnya sudah tidak ada artinya lagi setelah apa yang dilakukan oleh Zio. Segala mimpi dan harapan yang dulu dimiliki oleh Agatha kini raib tanpa sisa. Yang tersisa hanyalah luka yang meradang.

“Apakah aku bisa melanjutkan hidupku tanpa Zio?” tanya Agatha dalam hati.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Siti Rohmah
ayok semangat Agatha
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status