Share

Bunuh Diri

Penulis: Arrafina
last update Terakhir Diperbarui: 2022-12-02 20:13:17

Patah hati adalah hal yang menyakitkan dan butuh waktu untuk melupakannya. Apalagi ketika orang yang dicintai, menikah dengan orang lain. Tentu sangat sulit menerima kenyataan tersebut. Sejak saat itu, Agatha terus saja menggurung diri di kamarnya, seolah ia tak ingin hidup lagi.

Hari itu matahari bersinar begitu terang hingga menyilaukan mata insan yang melakukan aktivitas di luar ruangan. Sinar mentari kini tak lagi bisa menghangatkan hati perempuan itu yang terasa sangat beku. Namun, tidak dengan perempuan yang tengah berjalan menyusuri jembatan besar itu justru tak merasakan apa-apa. Kini, dia merasa Tuhan tidak adil dalam memperlakukannya. Bertahun-tahun dia berkorban untuk hubungannya, namun semua pengorbanan Agatha harus berakhir sia-sia. Hati Agatha terasa sangat perih setiap kali ia melihat pemberitaan atau mendengar orang-orang membicarakan pernikahan Zio dan Selena yang menggemparkan seluruh kota.

"Pria brengsek! Kenapa hidupku harus sekejam ini!" ucapnya beberapa kali.

Mau sekeras apa pun Agatha berusaha melupakan kejadian pahit itu, ia tetap tidak bisa karena rasa sakit yang sudah Zio torehkan di hatinya sudah terlalu besar. Kini, sudah tidak ada ruang untuk memberi maaf untuk Zio dan bahkan Agatha merasa jika ia tidak akan pernah bisa mencintai pria lain lagi.

Bukan hanya kehilangan cinta, kini Agatha juga harus kehilangan pekerjaannya akibat dipecat karena terlalu lama menggurung diri. Perempuan itu kini sudah tidak memiliki semangat untuk melanjutkan hidup.

Agatha memegang pagar jembatan sambil menatap ke aliran air di bawah sana. Jembatan ini merupakan salah satu jembatan terbesar di Kota J sehingga tak heran jika alirannya sangat deras dan dalam. Dengan air mata yang membasahi pipinya, perempuan itu nekat menaiki pagar besi jembatan dan berniat untuk melompat ke bawah.

“ADA YANG INGIN BUNUH DIRI!!!” teriak seseorang, menarik perhatian orang-orang yang melintasi jembatan tersebut. Bahkan orang-orang yang berada di dalam mobil juga bergegas untuk keluar dari dalam mobil dan menyebabkan kemacetan jalan raya.

“Nona, ayo turunlah. Jangan berbuat nekat seperti ini!” teriak seorang pria dengan raut wajah khawatir.

Orang-orang mulai mengerumuni tempat kejadian perkara. Ada sebagian orang yang berusaha membujuk Agatha agar mau turun dari jembatan, namun tak sedikit juga yang mengabadikan momen tersebut untuk disebarkan di internet. Maklum saja saat ini adalah zaman di mana teknologi sudah canggih di mana orang-orang suka berlomba-lomba untuk membuat postingan mereka viral.

“Aku akan menelepon polisi,” ujar seorang perempuan paruh baya. Melihat Agatha yang berniat untuk mengakhiri hidupnya perempuan itu jadi mengingat anaknya yang tinggal di luar kota.

Mendengar kalimat itu, Agatha menoleh cepat. “Jangan menelepon polisi atau aku akan benar-benar melompat!” teriak Agatha mengancam.

***

Sementara itu, di saat yang sama di tempat yang berbeda, Dirga baru saja keluar dari ruang kerja sambil mengendurkan dasinya. Pria itu menoleh ke arah sekretarisnya yang sedang menata dokumen lalu berdeham.

“Apakah aku masih ada jadwal hari ini?” tanya Dirga melirik sang sekretaris.

“Tidak ada, Pak,” jawab sang asistennya balik melirik Dirga.

“Baiklah, kalau begitu aku pulang dulu,” ucap Dirga sambil mengangguk-anggukkan kepala.

Pria itu melangkahkan kakinya menuju ke lift yang akan langsung membawanya menuju ke basement kantor. Dalam hitungan menit, Dirga akhirnya sampai di basement dan dia pun langsung berjalan menuju ke arah mobilnya. John, sopir pribadi Dirga bergegas membukakan pintu begitu dia melihat kedatangan bosnya.

John lantas melajukan mobilnya meninggalkan gedung bertingkat yang tak lain adalah gedung Gold Company. Jarak antara gedung tersebut dengan rumah Dirga lumayan jauh. Mereka harus menempuh perjalanan paling tidak selama satu jam lamanya. Itu pun kalau tidak macet. Kalau macet, mereka bisa membutuhkan waktu hampir dua jam untuk sampai.

Dirga meregangkan otot-ototnya yang terasa tegang sambil melepaskan jasnya dan menggulung lengan kemejanya sampai di siku. Aktivitas seharian di kantor membuat pria itu sangat lelah. Rencananya, sesampainya di rumah nanti ia akan langsung membersihkan diri dan beristirahat.

Akan tetapi, rencana memang tak pernah seindah realitas. Di depan mobil Dirga, terjadi kemacetan karena semua orang berkumpul di salah satu sisi jembatan. Awalnya Dirga pikir mungkin saja sedang ada demonstrasi. Namun, kalau dipikir-pikir untuk apa orang-orang melakukan demonstrasi di tempat seperti ini?

“John, coba kau periksa ke sana. Kenapa orang-orang itu berkumpul di sana dan menyebabkan kemacetan?” ujar Dirga. Karena rasa penasaran, dia akhirnya meminta John untuk memeriksa keadaan di luar sana karena kerumunan benar-benar sudah membeludak.

“Baik, Tuan,” jawab John, lalu keluar dari dalam mobil untuk memeriksa apa yang terjadi.

John pun berjalan mendekati keramaian, lalu bertanya kepada seorang laki-laki yang mungkin masih berumur delapan belasan. “Apa yang terjadi? Kenapa semua orang berkumpul di sini?” tanyanya dengan salah satu pria di depannya.

“Ada seorang perempuan yang berniat untuk melompat dari jembatan,” jawab pria tadi.

John melongok menembus keramaian. Benar saja, seorang perempuan tampak sedang berdiri di pagar jembatan. Banyak orang yang sudah berusaha untuk membujuknya untuk turun tapi tidak berhasil. John pun kembali ke mobil Dirga untuk melaporkan tentang hal ini kepada Dirga.

“Ada seorang perempuan yang berniat untuk melompat dari jembatan, Tuan,” ucap John.

Dirga membelalakkan matanya. “Apakah kau serius?” tanya Dirga.

“Saya serius, Tuan,” jawab John. “Perempuan itu bahkan mengancam jika ada yang berani melaporkan kejadian ini ke polisi, maka dia akan benar-benar melompat,” sambung pria itu.

Mendengar kalimat tersebut, Dirga hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala. Tak habis pikir kalau ada perempuan selemah itu. Pria itu lantas memilih untuk tetap menunggu sampai kecepatan reda saja karena untuk berputar balik pun mereka tak akan bisa karena kendaraan di belakang mereka juga sudah menumpuk.

Waktu kian bergulir hingga tanpa terasa Dirga telah terjebak kemacetan di dekat jembatan selama hampir tiga puluh menit. Dirga yang sudah tidak sabar lantas keluar dari mobil untuk memeriksa keadaan di luar sana dari kejauhan. Sekilas dia dapat melihat seorang perempuan beralis tebal dan bermata cokelat terang tengah berdiri di atas pagar jembatan dengan wajah berurai air mata.

"Siapa sih perempuan yang mengakibatkan kemacetan ini?" gumamnya merasa kesal.

Teriakan orang-orang yang meminta perempuan itu untuk segera turun dari jembatan juga terdengar sangat keras. Namun, seolah tuli perempuan itu tetap berdiam diri sambil menatap lurus pada air yang mengalir di bawahnya. Tindakan perempuan itu memang konyol kalau dipikir-pikir. Namun, setiap orang memiliki kekuatan mentalnya masing-masing. Perempuan itu tak hanya frustrasi karena patah hati. Namun, ia juga mengalami kerugian materi yang cukup besar, ditambah lagi kini ia juga kehilangan pekerjaannya.

Setelah melihat perempuan itu, Dirga berbalik dan meraih kenop pintu. Akan tetapi, ketika dia hendak membuka pintu mobilnya, pria itu menghentikan gerakannya. Wajah perempuan itu tampak tak asing di mata Dirga. "Bukankah perempuan itu?!!"

Sepertinya Dirga pernah bertemu dengan perempuan itu, tetap dia tidak ingat di mana.

Dirga menoleh lagi untuk memastikan. “Perempuan itu kan ...,” gumam Dirga sambil membulatkan matanya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Dibuang Zio Dinikahi CEO   Hidup Menua Bersama

    Peluru itu hampir saja mengenai Agatha, beruntungnya Dirga menarik tangan istriinya dan mereka jatuh hingga tidak ada yang tertembak, "Anda berani sekali mengambil pistol pihak kepolisian, Anda akan dihukum berat," gumam pria berseragam seraya menggertak. Jujur apa yang didengar oleh Agatha tadi benar-benar berita yang sangat mengejutkan, dia tidak pernah menyangka jika Saras dan Selena membuat rencana yang membuat Agatha mempertaruhkan janinnya hingga membuat Dirga marah besar dan memenjarakan ibu dan adik tirinya. "Maafkan aku, Tha! Kau harus mengalami hal seperti ini karena aku," desah Dirga merasa bersalah. Sebagai putera dar Saras, Dirga merasa malu memiliki seorang ibu yang tega mencelakai menantunya sendiri, bahkan Saras tega membunuh calon cucunya sendiri karena tidak menyukai Agatha."Aku hanya tidak pernah berpikir bila Ibumu akan sejahat ini, Ga." Agatha meneteskan air matanya. Ia tidak berhenti menangis karena benar-benar sedih dengan apa yang terjadi pada dirinya

  • Dibuang Zio Dinikahi CEO   Tertangkap Basah

    Boy tak bisa lagi berbohong apalagi menutupinya hingga akhirnya dia mulai mengungkapkan kebenaran yang sebenarnya terjadi pada Dirga dan tak pernah dia menduga bila selama tinggal di rumahnya, Selena selalu saja bersikap seolah tuan rumah dan mengintimidasi Agatha lagi. Untuk memastikan hal itu benar atau tidak. Dirga menemui bik Siti dan memastikannya. Betapa hancurnya hati Dirga ketika mendengar kabar tersebut. Pria itu tak bisa lagi menahan emosinya hingga membuat Dirga marah."Maafkan saya, Pak. Saya terpaksa menutupi kebenaran ini karena Mbka Agatha terus saja melarang saya," ucap bik Siti menunduk seraya duduk bersimpuh. Tak pernah terpikirkan oleh Dirga bila hal seperti ini terjadi, "Sejak kapan Agatha diperlakukan seperti itu, Bik?" tanya Dirga ingin tahu."Setelah Pak Dirga mengetahui kebenaran tentang kecelakaan itu, Nyonya dan Nona Selena berubah sikap kepada saya dan mbak Agatha.""Pantas saja bila Agatha terlihat kelelahan saat malam tiba, ternyata dua perempu

  • Dibuang Zio Dinikahi CEO   Terkuaknya Kejahatan Saras Dan Selena

    Dirga segera naik ke atas dan melihat Agatha yang begitu serius melihat ponselnya, "Tidak, Ga.Ini tidak benar? Bik Siti bukan buronan dan dia bukanlah orang yang telah mendorongku." Agatha mendekati Dirga seraya mencengkeram tangannya dan meminta pria itu untuk mencabut tuntutan itu, "Ayo, Ga. Cabut saja tuntutanmu itu, Bik Siti tidak bersalah," pintanya dnegan mata yang berlinang."Apa kau yakin?" tanya dirga ingin tahu kejadian yang sebenarnya, sejujurnya Dirga ingin menanyakan hal itu padda Agatha namun mengingat dia masih berkabung maka sang suami sengaja untuk menunda pertanyaan itu, apa yang menyebabkan Agatha bisa keguguran karena selama ini Agatha selalu berhati-hati."Aku jatuh sendiri dan tidak ada oranga yang mendorongku hanya sa-ja saat itu aku seperti menginjak sesuatu yang licin." Agatha mengingat itu dengan jelas dan dia mulai menceritakan kejadian yang sebenarnya pada Dirga. Dirga langsung berkomentar, "Mungkin saat itu Bik Siti habis mengepel dan kau meng

  • Dibuang Zio Dinikahi CEO   Tertekan Pasca Keguguran

    "Jika kau sudah tahu jawabannya, kenapa kau masih bertanya?" ucap Dirga meliriknya tajam. Dirga meminta dua perempuan itu untuk meninggalkan ruangan di mana Agatha dirawat. Pria itu bahkan menutup pintu dengan kasar. Dirga langsung memutar tubuhnya dan menghampiri Agatha. "Kenapa kau terlihat takut Agatha? Apakah kau telah meragukan cintaku padamu?" tanya pria itu dengan tatapannya dingin."Bukan begitu, Ga. Aku hanya takut karena kondisiku yang seperti ini kau ingin meninggalkanku jadi ak--" Belum sempat melanjutkan kalimatnya Dirga langsung memotong ucapan Agatha. "Apa kau pikir aku hanya bermain-main saja dengan hubungan kita ini? Tidak, Ga. Aku serius padamu meskipun kau tidak bisa hamil sekalipun aku akan tetap bersamamu. Bukankah itu janji yang aku ucapkan sewaktu kita menikah dulu." Di situ Agatha mengungkapkan bahwa dia merasa benar-benar sedih dan kecewa pada dirinya sendiri karena telah gagal menjaga janinnya dengan baik sehingga dia harus mengalami hal yang begitu

  • Dibuang Zio Dinikahi CEO   Agatha Divonis Tak Bisa Memiliki Keturunan Lagi

    "Apa yang sedang kau pikirkan, Tha? Jangan terllau banyak berpikir, lebih baik kau istirahat saja," titah Dirga memberi perintah. Pria itu menyelimuti tubuh Agatha dan menyuruhnya untuk tidur karena hari masih gelap, ditambah lagi suasana yang begitu dingin membuat Dirga pun ikut tidur di samping Agatha. Alankah terkejutnya Agatha ketika mnggerjapkan matanya dan cahaya sinaran matahari hari sungguh sangat menyilaukan matanya. "Kau harus bangun, Agatha," ucap seorang perempuan yang sangat dikenalnya."Ibu," ucap Agatha membukanya dengan lebar."Iya, aku rasa kau sudah cukup istirahatnya dan bangunlah karena aku punya kabar untukmu," jawab perempuan paruh baya itu."Kabar apa, Bu?" tanya Agatha sangat penasaran. Saras tersenyum tipis dan menunjukkan sebuah amplopberwarrna putih kepada Agatha, "sebaiknya kau baca saja isi di dalam amplop ini." Perempuan itu memberi perintah. Agatha yang sangat penasaran pun langsung duduk dan membuka amplop tersebut. Membaca isi surat ter

  • Dibuang Zio Dinikahi CEO   Akhirnya Agatha Bangun Dari Siuman

    Dirga diperkenankan masuk oleh dokter, tak lupa juga pria itu meminta dokter untuk memeriksa Agatha lagi. Mengikuti langkah dokter, Dirga menghentikan laju langkahnya ketika mendapati wajah sang istri nampak pucat sekali pasca keguguran itu. Dirga menyentuh jemari sang istri begitu kuat seraya memandangi wajah Agatha. Entah bagaimana perasaan Agatha bila dia thau bahwa bayinya kini sudah tidak ada lagi. "Kuharap kedepannya kau mau menerima kenyataan ini, Tha," ucap Dirga berurai air mata. Sehari semalam Agatha dirawat namun perempuan tiu belum juga sadar, dokter juga merasa heran deengan knidisi Agatha. Namun, melihat hasil dari pemeriksaan dokter semuanya nampak baik-baik saja."Mungkin ada sesuatu hal yang membuat pasien enggan untuk bangun!" seru dokter itu menatap Dirga."Apa itu, Dok? Tolong, bantu istri saya," ucapnya sambil menyentuh lengan pria berjas putih itu. Pria itu mengeaskan, jalann satu-satunya adalah Dirga sendiri. Kemampuann Dirga bisa membangunkan is

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status