Share

Part 5. Kerja Sama

Author: Loyce
last update Last Updated: 2023-01-24 14:24:38

Setelah satu minggu berlalu, akhirnya Permata memulai jadwalnya dengan sebuah pemotretan untuk sebuah majalah fashion. Keberadaannya yang selalu diagung-agungkan menjadikan Permata seperti Tuan Putri yang datang dari sebuah kerajaan. Dia sangat diterima keberadaannya di negeri ini. 

Semua staf yang bekerja sama dengannya terlihat menikmati pekerjaan mereka. Terlebih lagi, Permata mudah diarahkan oleh sang fotografer sehingga pekerjaan mereka menjadi lebih cepat. Sebelum Permata keluar dari ruangan tersebut, dia menghadap ke semua orang yang ada di sana. 

“Terima kasih untuk hari ini, Teman-teman. Silakan menikmati makan siang kalian. Senang bekerja sama dengan kalian.” 

Ucapannya yang tidak seberapa itu mendapatkan tepuk tangan dan ucapan terima kasih berkali-kali dari setiap staf. Untuk merayakan kembalinya dia bekerja, Permata mentraktir semua staf yang ada di sana. Setelahnya, Perempuan itu keluar dari ruangan pemotretan untuk pergi dari tempat itu diikuti oleh manajernya bernama Almeda dan tentu saja, Denial. 

Namun, siapa yang sangka, saat mereka akan masuk ke dalam lift, Axel berdiri di dalam kotak besi itu. Tatapan Axel segera saja bertabrakan dengan tatapan Permata saat pintu lift terbuka. Untuk beberapa saat, mereka terpaku pada satu sama lain. Namun, Almeda menyadarkan Permata agar mereka segera masuk ke dalam kotak besi tersebut.

“Kita tidak memiliki banyak waktu. Ayo masuk dan lanjutkan bekerja.” Almeda yang selalu memilih kata-kata kaku itu membuat Permata menuruti perkataannya. 

Almeda bukannya bodoh dengan tidak mengenali Axel. Dia tahu persis siapa lelaki itu. Setelah mereka bertiga masuk ke dalam lift dan pintu tertutup, Axel ‘terdorong’ ke belakang. Almeda dan Denial mem-block Axel dengan berdiri di depan lelaki itu. Sedangkan Permata berada di depan mereka. 

Diam-diam Axel mendengus kesal dengan tingkah mereka. Merasa tidak dihargai, sedangkan dia adalah Axel. Lelaki nomor satu di negeri ini. 

“Lupakan apa pun yang ada di dalam kepalamu dan fokuslah.” Suara Almeda cukup keras dan memantul memenuhi kotak besi tersebut. “Kita tidak memiliki banyak waktu untuk dibuang. Apa pun atau siapapun yang menggangu pikiranmu harus disingkirkan jauh-jauh. Ingatlah kamu sampai di titik ini tidaklah mudah.” Almeda terus berbicara untuk menyadarkan Permata.

“Aku tahu. Lagi pula, waktuku terlalu berharga untuk mengurusi sesuatu yang tidak berharga.” 

Axel yang berada di sudut lift itu merasa tersindir. Entah bagaimana dia merasa kalau ucapan Permata itu sengaja ditujukan untuknya. Tidak ada yang bisa dilakukan oleh Axel kecuali hanya terus mengeratkan rahangnya dan mengepalkan tangannya. Pertemuannya dengan Permata membuat kehidupan tenangnya mau tak mau menjadi terganggu. 

Terlebih lagi saat pertengkaran yang terjadi saat pertama kali mereka bertemu. Tidur saja dia tak nyenyak. 

“Hallo!” Suara Permata terdengar lembut bertepatan dengan pintu lift yang terbuka dan Permata keluar dari kotak besi tersebut. “Tentu saja aku akan pulang cepat. Satu jadwal lagi dan setelah itu kita bisa bertemu. Bye, Sayang.” 

Axel yang berada di belakang rombongan Permata mendengar dengan jelas ucapan perempuan itu. Dugaannya benar jika Permata sudah memiliki kekasih. Tidak ada perasaan aneh saat dia memikirkan hal tersebut. Itu adalah urusan Permata dan bukan urusannya.

“Apa itu Angkasa?” tanya Almeda setelah Permata memasukkan ponselnya ke dalam tas. 

“Benar. Dia bilang dia merindukanku.” Ada kekehan yang keluar dari bibir Permata. “Dia hanya nggak tahu kalau aku lebih merindukannya.” 

“Kalian seperti pasangan kekasih yang tidak bisa terpisahkan.” Almeda berdecak meskipun itu bukan decakan sinis. 

“Dia menyelamatkan hidupku sejak lima tahun yang lalu. Tentu saja aku mencintainya begitu besar. Bahkan kalau dia meminta hidupku, aku akan memberikannya secara cuma-cuma.” 

Permata pernah merasa putus asa ketika dia mengetahui dirinya hamil. Dia merasa hidupnya akan berantakan dengan keberadaan bayi di hidupnya sedangkan saat itu dia tidak memiliki apa pun. Bagaimana dia akan membesarkan bayi itu sedangkan dia tak memiliki suami. Namun satu-satunya yang membuatnya mempertahankan bayi itu adalah karena bayinya tidak bersalah. Terlebih lagi, dia muncul bukan dengan cara yang salah. 

“Oh, kalian datang bersama?” Pertanyaan itu muncul dari mulut Gema saat Axel dan Permata masuk ke dalam ruangannya diantarkan oleh sekretarisnya. 

Gema berdiri dari duduknya dan menyambut tamunya. Tapi tentu saja sambutan itu untuk Permata sedangkan Axel seperti seseorang yang tidak penting di mata Gema. Namun Axel tetap ikut duduk di sana dan bahkan dia berada di sofa yang sama dengan Permata. 

“Berlian, bagaimana dengan pekerjaannya hari ini? Saya mendapatkan laporan kalau pekerjaan kalian berjalan dengan cepat. Staf merasa puas.” 

Permata tersenyum kecil. “Karena mereka juga memberikan arahan kepada saya dengan sabar sehingga saya juga bisa melakukannya dengan baik. Terima kasih sudah memberikan saya staf yang begitu sabar.” 

“Itu bukan masalah. Itu sudah kewajiban saya memberikan kenyamanan untukmu karena sudah bergabung di Infinity.” 

Kini tatapan Gema beralih pada Almeda. “Almeda, ada beberapa penawaran dari berbagai perusahaan besar untuk bekerja sama dengan kita. Dan salah satunya adalah dari Roque Glacio. Perusahaan itu milik Pak Axel.”

Mendengar nama Axel disebut, secara otomatis Permata menatap pada Almeda. Permata tidak tahu bagaimana reaksi yang ditunjukkan oleh Axel, tapi tentu saja ini sangat mengejutkan. Bagaimana bisa Axel memberikan penawaran pekerjaan kepadanya? Apa ini terkait dengan ucapan lelaki itu yang sanggup membelinya karena dia memiliki uang? 

Gema memberikan beberapa daftar perusahaan yang ingin bekerja sama dan produk yang mereka miliki. “Kamu bisa mempelajarinya dan setelah itu kamu bisa mengambil project selanjutnya untuk Berlian.” 

Almeda menerima dengan sopan dan membacanya. Interaksi antara Gema dengan Permata maupun manajernya tak luput dari Axel. Lelaki itu memperhatikan tanpa mengalihkan tatapannya sekalipun dari mereka.

“Tentang keputusan perusahaan mana yang akan kami terima, kami akan membicarakan terlebih dulu, Pak. Secepatnya, saya akan akan memberikan keputusan.” Almeda akhirnya bersuara. Meskipun Permata sudah ada di bawah Infinity, tapi Gema dan pihak Permata sudah sepakat jika semua pekerjaan berada dalam kuasa pihak Permata. Jadi, tanpa Almeda, Infinity tidak bisa menerima begitu saja pekerjaan untuk Permata. 

“Tentu saja.” Gema menjawab lembut. “Tapi, Al, kamu harus bisa mempertimbangkan Roque Glacio. Saya rasa, nama Permata akan mudah naik karena bekerja sama dengan perusahaan besar.” 

“Maaf, Pak. Selama ini kami tidak pernah mengandalkan perusahaan besar untuk mendompleng nama Berlian. Tapi karena dia memiliki bakatnya. Dia yang bisa menaikkan kepopuleran perusahaan, bukan sebaliknya.” 

“Sepertinya Anda terlalu angkuh.” Axel tampaknya tidak tahan hanya menjadi penonton. “Anda seharusnya tidak pernah menolak tawaran sebaik ini.” 

“Ambil saja, Al.” Permata tiba-tiba bersuara dan membuat atmosfer di dalam ruangan itu terasa membeku. 

*** 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Devi Pramita
duh bakal sering ketemu sama papi nya angkasa dong
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Special Part. Angkasa – Semesta

    Angkasa tidak tahu sejak kapan matanya selalu ingin melihat gadis itu. Gadis yang tampak tidak begitu bersahabat dengan orang lain dan lebih suka ke mana-mana sendiri. Beberapa temannya bahkan segan dengan gadis itu. Angkasa juga tidak tahu, kenapa dia suka berdiri di tempat di mana dia bisa memerhatikan gadis itu dalam diam. Ada getaran aneh yang dirasakan ketika suatu hari dia bersisipan jalan dengan gadis itu. Namanya Semesta, dia satu angkatan dengannya. Gadis itu benar-benar cuek dan memiliki dua saudara yang super posesif. Dia mendengar, mereka memang kembar tiga. “Lo suka sama dia, Ka?” Kesenangan Angkasa harus terputus karena temannya mendekat dan membuyarkan lamunannya. “Gue tahu kok, lo selalu berdiri di sini hanya untuk menatap Semesta.” Angkasa menarik napasnya panjang. Sepanjang hidupnya, dia hidup belum sekalipun dia merasakan jatuh cinta. Kalau sekarang getaran itu dirasakan, apa benar getaran itu adalah tanda jika dia sedang jatuh cinta? Ya, pertanyaan temannya itu

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Part 297. Itulah Keluarga (End) 

    Angkasa berdiri dengan membawa dua adiknya di dalam gendongannya. Membawanya masuk ke dalam rumah sehingga membuat dua adiknya itu tertawa-tawa. “Abang, ayo kita putra-putar.” Rembulan berteriak tepat di telinga Angkasa membuat Angkasa sedikit menjauhkan kepalanya. Tapi tidak bisa karena Moza ada di punggungnya. “Astaga, anak-anak ini.” Almeda menggeleng pelan. “Turun anak-anak. Kasihan abangnya dong.” “Nggak mau!” Suara itu keluar dari mulut Moza dan Rembulan secara bersamaan. “Abang, ayo kita mutar.” Rembulan mengimbuhi tak peduli dengan Almeda yang sudah menatap mereka memeringatkan. Melihat Almeda yang sudah mengerutkan kening, Angkasa segera bersuara. “Biarin aja Onty Al. Lagi menghibur yang mau adik.” Almeda mengerti, maka dia hanya diam pada akhirnya. Akhirnya Almeda kembali ke dapur. Bapak-bapak yang ada di belakang rumah tentu saja tidak tahu kelakuan anak-anak mereka. Membiarkan anak-anaknya berbuat seenaknya. Sedangkan Permata dan Crystal yang melihat dari dapur

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Part 296. Rengekan Rembulan

    “Bunda, kapan Rembulan punya adik?” Pertanyaan itu dilontarkan oleh bocah berusia lima tahun yang sudah memasuki sekolah Paud. Dia baru saja pulang dari sekolah, lalu berlari untuk bertemu dengan ibunya di kantor Crystal Fashion. Di belakangnya, ada Mbak Susi – si pengasuh. Crystal yang tengah menunduk dan tengah menggambar itu segera mendongak. Memberikan senyuman kecil untuk putrinya, lalu meninggalkan pekerjaannya untuk sementara. “Putri Bunda sudah pulang.” Pelukan Crystal mengerat pada putrinya. “Lho itu bawa apa?” “Telur gulung.” Crystal hampir menjatuhkan rahangnya ketika melihat bungkusan plastic berisi telur gulung yang dibawa oleh Rembulan. Crystal menatap Mbak Susi untuk meminta penjelasan kenapa putrinya harus makan-makanan seperti itu. Bukan masalah makanannya, yang dikhawatirkan oleh Crystal adalah makanan itu dibeli di sembarang tempat dan tidak higienis. “Itu bersih kok, Bu.” Tahu kalau dia harus memberikan penjelasan, maka Mbak Susi segera bersuara. “Di samping

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Part 295. Itu Salahnya 

    Bu Cintya memutus tatapan mereka dan berjalan mendekat ke arah Om Rudy. Lebih tepatnya ke arah pintu yang ada di belakang lelaki itu. Tidak ada sapaan sama sekali. Dia masuk begitu saja, lalu tersenyum ketika melihat anggota keluarga yang lain kumpul. “Angkasa!” Bocah yang menginjak remaja itu mendongak dan tersenyum. Hanya senyum kecil. Tubuhnya menempel pada tubuh Denial dengan tangan sibuk bermain tab. Peraturan masih sama, karena hari libur, maka dia bisa bermain benda elektronik itu. “Kalian makan malam di sini sekalian, ya. Kita masak sama-sama.” Mereka saling pandang sebelum mengangguk bersamaan. Tentu saja, itu membuat Bu Cintya bahagia luar biasa. Perempuan itu duduk di sofa tepat di samping Almeda dan memangku Elang dengan lembut. Sedangkan Moza yang sudah bisa berjalan itu tak mau diam. Axel harus terus memantaunya agar tidak jatuh. Gema masuk dan segera menyergap bocah kecil itu kemudian mengangkatnya tinggi-tinggi. Tawa renyah keluar dari mulutnya. “Cantiknya siapa?”

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Part 294. Kedatangan Om Rudy

    “Ma, besok mau ajak Rembulan ke rumah Almeda. Ayah mau ketemu katanya.” Pagi ini, saat sarapan, Denial memberitahu ibunya tentang keinginannya untuk pergi ke rumah Almeda. Ini untuk pertama kalinya Rembulan akan diajak pergi keluar setelah dia pulang dari rumah sakit. Ya, sudah tiga bulan memang usia Rembulan sekarang. Bocah kecil itu sudah bisa tersenyum. Bu Cintya tidak langsung menjawab dan justru menatap ke arah Denial dan Crystal bergantian. Seolah tidak memberinya izin. Dan benar, jawaban itu menunjukkan penolakan. “Masih terlalu kecil untuk dibawa keluar, Den. Mama nggak setuju. Mama akan izinkan kalian ajak Rembulan pergi kalau udah enam bulan.” “Ayah pengen lihat, Ma. Setelah pulang dari rumah sakit waktu itu ‘kan belum pernah ketemu lagi. Cuma lihat dari foto atau video aja.” “Ya tapi Rembulan masih kecil. Mama nggak izinkan.” Penolakan itu jelas dan lugas. Ini bukan karena Bu Cintya tidak mengizinkan si mantan suami itu bertemu dengan cucu mereka. Tapi semua demi cucu

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Part 293. Pulang

    “Kondisi Rembulan sudah sangat baik, Bu. Anak ini sudah sehat sepenuhnya.” Kelegaan membanjiri hati Crystal dan keluarganya. Dia langsung memeluk Denial yang ada di sampingnya saat kabar itu diberikan kepadanya. Hari-hari buruk yang mereka lalui sudah berakhir dan tinggal rasa bahagia yang datang. “Silakan, Bu.” Seorang suster menyerahkan Rembulan kepada Crystal sudah mengeluarkan air matanya. Dengan tangan sedikit bergetar, dia menerima bayinya dan menciumnya dengan sayang. Denial tersenyum lega. Tangannya terulur mengelus tangan Rembulan. Meskipun dia pun sudah pernah menggendongnya, tapi dia merasakan hari ini lebih dari special. Denial tentu lebih berpengalaman dalam soal mengurus bayi dibandingkan Crystal. Dan setelah mereka pulang ke rumah nanti, dia yang akan mengambil alih untuk tugas Crystal semisal Rembulan bangun di tengah malam. “Terima kasih, Dokter. Saya sungguh-sungguh berterima kasih. Berkat Dokter, bayi kami sehat dan sehat.” Crystal bisa merasakan, tubuh putriny

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status