Share

Part 5. Kerja Sama

Setelah satu minggu berlalu, akhirnya Permata memulai jadwalnya dengan sebuah pemotretan untuk sebuah majalah fashion. Keberadaannya yang selalu diagung-agungkan menjadikan Permata seperti Tuan Putri yang datang dari sebuah kerajaan. Dia sangat diterima keberadaannya di negeri ini. 

Semua staf yang bekerja sama dengannya terlihat menikmati pekerjaan mereka. Terlebih lagi, Permata mudah diarahkan oleh sang fotografer sehingga pekerjaan mereka menjadi lebih cepat. Sebelum Permata keluar dari ruangan tersebut, dia menghadap ke semua orang yang ada di sana. 

“Terima kasih untuk hari ini, Teman-teman. Silakan menikmati makan siang kalian. Senang bekerja sama dengan kalian.” 

Ucapannya yang tidak seberapa itu mendapatkan tepuk tangan dan ucapan terima kasih berkali-kali dari setiap staf. Untuk merayakan kembalinya dia bekerja, Permata mentraktir semua staf yang ada di sana. Setelahnya, Perempuan itu keluar dari ruangan pemotretan untuk pergi dari tempat itu diikuti oleh manajernya bernama Almeda dan tentu saja, Denial. 

Namun, siapa yang sangka, saat mereka akan masuk ke dalam lift, Axel berdiri di dalam kotak besi itu. Tatapan Axel segera saja bertabrakan dengan tatapan Permata saat pintu lift terbuka. Untuk beberapa saat, mereka terpaku pada satu sama lain. Namun, Almeda menyadarkan Permata agar mereka segera masuk ke dalam kotak besi tersebut.

“Kita tidak memiliki banyak waktu. Ayo masuk dan lanjutkan bekerja.” Almeda yang selalu memilih kata-kata kaku itu membuat Permata menuruti perkataannya. 

Almeda bukannya bodoh dengan tidak mengenali Axel. Dia tahu persis siapa lelaki itu. Setelah mereka bertiga masuk ke dalam lift dan pintu tertutup, Axel ‘terdorong’ ke belakang. Almeda dan Denial mem-block Axel dengan berdiri di depan lelaki itu. Sedangkan Permata berada di depan mereka. 

Diam-diam Axel mendengus kesal dengan tingkah mereka. Merasa tidak dihargai, sedangkan dia adalah Axel. Lelaki nomor satu di negeri ini. 

“Lupakan apa pun yang ada di dalam kepalamu dan fokuslah.” Suara Almeda cukup keras dan memantul memenuhi kotak besi tersebut. “Kita tidak memiliki banyak waktu untuk dibuang. Apa pun atau siapapun yang menggangu pikiranmu harus disingkirkan jauh-jauh. Ingatlah kamu sampai di titik ini tidaklah mudah.” Almeda terus berbicara untuk menyadarkan Permata.

“Aku tahu. Lagi pula, waktuku terlalu berharga untuk mengurusi sesuatu yang tidak berharga.” 

Axel yang berada di sudut lift itu merasa tersindir. Entah bagaimana dia merasa kalau ucapan Permata itu sengaja ditujukan untuknya. Tidak ada yang bisa dilakukan oleh Axel kecuali hanya terus mengeratkan rahangnya dan mengepalkan tangannya. Pertemuannya dengan Permata membuat kehidupan tenangnya mau tak mau menjadi terganggu. 

Terlebih lagi saat pertengkaran yang terjadi saat pertama kali mereka bertemu. Tidur saja dia tak nyenyak. 

“Hallo!” Suara Permata terdengar lembut bertepatan dengan pintu lift yang terbuka dan Permata keluar dari kotak besi tersebut. “Tentu saja aku akan pulang cepat. Satu jadwal lagi dan setelah itu kita bisa bertemu. Bye, Sayang.” 

Axel yang berada di belakang rombongan Permata mendengar dengan jelas ucapan perempuan itu. Dugaannya benar jika Permata sudah memiliki kekasih. Tidak ada perasaan aneh saat dia memikirkan hal tersebut. Itu adalah urusan Permata dan bukan urusannya.

“Apa itu Angkasa?” tanya Almeda setelah Permata memasukkan ponselnya ke dalam tas. 

“Benar. Dia bilang dia merindukanku.” Ada kekehan yang keluar dari bibir Permata. “Dia hanya nggak tahu kalau aku lebih merindukannya.” 

“Kalian seperti pasangan kekasih yang tidak bisa terpisahkan.” Almeda berdecak meskipun itu bukan decakan sinis. 

“Dia menyelamatkan hidupku sejak lima tahun yang lalu. Tentu saja aku mencintainya begitu besar. Bahkan kalau dia meminta hidupku, aku akan memberikannya secara cuma-cuma.” 

Permata pernah merasa putus asa ketika dia mengetahui dirinya hamil. Dia merasa hidupnya akan berantakan dengan keberadaan bayi di hidupnya sedangkan saat itu dia tidak memiliki apa pun. Bagaimana dia akan membesarkan bayi itu sedangkan dia tak memiliki suami. Namun satu-satunya yang membuatnya mempertahankan bayi itu adalah karena bayinya tidak bersalah. Terlebih lagi, dia muncul bukan dengan cara yang salah. 

“Oh, kalian datang bersama?” Pertanyaan itu muncul dari mulut Gema saat Axel dan Permata masuk ke dalam ruangannya diantarkan oleh sekretarisnya. 

Gema berdiri dari duduknya dan menyambut tamunya. Tapi tentu saja sambutan itu untuk Permata sedangkan Axel seperti seseorang yang tidak penting di mata Gema. Namun Axel tetap ikut duduk di sana dan bahkan dia berada di sofa yang sama dengan Permata. 

“Berlian, bagaimana dengan pekerjaannya hari ini? Saya mendapatkan laporan kalau pekerjaan kalian berjalan dengan cepat. Staf merasa puas.” 

Permata tersenyum kecil. “Karena mereka juga memberikan arahan kepada saya dengan sabar sehingga saya juga bisa melakukannya dengan baik. Terima kasih sudah memberikan saya staf yang begitu sabar.” 

“Itu bukan masalah. Itu sudah kewajiban saya memberikan kenyamanan untukmu karena sudah bergabung di Infinity.” 

Kini tatapan Gema beralih pada Almeda. “Almeda, ada beberapa penawaran dari berbagai perusahaan besar untuk bekerja sama dengan kita. Dan salah satunya adalah dari Roque Glacio. Perusahaan itu milik Pak Axel.”

Mendengar nama Axel disebut, secara otomatis Permata menatap pada Almeda. Permata tidak tahu bagaimana reaksi yang ditunjukkan oleh Axel, tapi tentu saja ini sangat mengejutkan. Bagaimana bisa Axel memberikan penawaran pekerjaan kepadanya? Apa ini terkait dengan ucapan lelaki itu yang sanggup membelinya karena dia memiliki uang? 

Gema memberikan beberapa daftar perusahaan yang ingin bekerja sama dan produk yang mereka miliki. “Kamu bisa mempelajarinya dan setelah itu kamu bisa mengambil project selanjutnya untuk Berlian.” 

Almeda menerima dengan sopan dan membacanya. Interaksi antara Gema dengan Permata maupun manajernya tak luput dari Axel. Lelaki itu memperhatikan tanpa mengalihkan tatapannya sekalipun dari mereka.

“Tentang keputusan perusahaan mana yang akan kami terima, kami akan membicarakan terlebih dulu, Pak. Secepatnya, saya akan akan memberikan keputusan.” Almeda akhirnya bersuara. Meskipun Permata sudah ada di bawah Infinity, tapi Gema dan pihak Permata sudah sepakat jika semua pekerjaan berada dalam kuasa pihak Permata. Jadi, tanpa Almeda, Infinity tidak bisa menerima begitu saja pekerjaan untuk Permata. 

“Tentu saja.” Gema menjawab lembut. “Tapi, Al, kamu harus bisa mempertimbangkan Roque Glacio. Saya rasa, nama Permata akan mudah naik karena bekerja sama dengan perusahaan besar.” 

“Maaf, Pak. Selama ini kami tidak pernah mengandalkan perusahaan besar untuk mendompleng nama Berlian. Tapi karena dia memiliki bakatnya. Dia yang bisa menaikkan kepopuleran perusahaan, bukan sebaliknya.” 

“Sepertinya Anda terlalu angkuh.” Axel tampaknya tidak tahan hanya menjadi penonton. “Anda seharusnya tidak pernah menolak tawaran sebaik ini.” 

“Ambil saja, Al.” Permata tiba-tiba bersuara dan membuat atmosfer di dalam ruangan itu terasa membeku. 

*** 

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Devi Pramita
duh bakal sering ketemu sama papi nya angkasa dong
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status