Share

Bab 5

Author: Piemar
last update Last Updated: 2024-09-04 22:39:09

Dua pekan sudah Embun berusaha menegarkan dirinya. Ia bertekad akan melanjutkan hidupnya. Ia akan mencoba mencari pengalaman baru bekerja di luar kota. Selain itu, ada hal yang mendesak pula sebagai alasan yaitu sang ayah yang ternyata masih terlilit hutang pada beberapa orang rentenir. 

Oleh karena itu, Embun akan mencoba peruntungan bekerja di kota kendati tidak memiliki pengalaman sedikit pun. Nyaris dua puluh satu tahun, Embun Ganita hanya menghabiskan waktunya di kota kembang. Setelah lulus sekolah menengah atas, Embun hanya menghabiskan waktunya di rumah, melakukan pekerjaan rumah tangga, sejak dini hari hingga malam menjemput. Adapun Bibik Lilis mulai bekerja di rumahnya ketika Embun dinikahi oleh Danar. 

Sebetulnya, Bagas tidak memberikan ijin Embun pergi keluar kota. Ia sudah memiliki rencana lain setelah putrinya itu berhenti nifas. Namun untuk mengendalikan kondisi psikis Embun yang tengah hancur akibat kehilangan bayinya, ia mengijinkannya. Ia yakin, Embun tidak akan bertahan bekerja di kota. Tak mungkin!

Embun hanya lulusan SMA di kampung dan anak rumahan yang tidak mengenal dunia luar. Sebagian besar waktunya ia habiskan untuk berbakti pada ke dua orang tuanya. Berbeda dengan Yasmin-adik sambungnya. Ia bahkan bisa belajar hingga ke perguruan tinggi di ibukota.

Embun tidak pernah iri pada adiknya. Ia hanya tidak ingin merepotkan ke dua orang tuanya. 

“Dengar, Embun! Ini ponsel barumu! Kau harus menggantinya saat kau mendapat gaji pertama dari Tuan Raymond!”

Yasmin menyerahkan sebuah ponsel android pada Embun. Wanita bermata almond itu tidak menerima ponsel itu. Ia hanya menyematkan senyuman tipis pada adik sambungnya.

“Aku masih punya ponsel ini!” jawab Embun menunjukan sebuah ponsel model lama yang diperolehnya dari Bagas.

Yasmin meringis melihat ponsel milik Embun lalu ia menggeleng pelan.

“Kau sekarang pake ponsel ini! Ingat, ini tidak gratis! Kau harus membayarnya saat kau sudah mendapat gaji pertamamu! Kau bisa menyicilnya!”

Embun mengangguk pelan. Setelah dipikir-pikir, memang betul perkataan adiknya. Ponsel lamanya sudah jadul dan kurang berfungsi. Ia pun menerima ponsel itu. Di sana ada beberapa aplikasi yang bisa Embun gunakan untuk memesan kendaraan secara online.

Setelah berpamitan pada Bagas dan Indira, kini mereka pun berangkat bersama ke ibukota. Embun seketika terkejut saat tahu jika Yasmin tinggal di sebuah unit apartemen meskipun berbentuk studio. 

Pertanyaannya dari manakah Yasmin bisa mendapatkan uang untuk membeli apartemen itu?

“Biasa saja lihatnya! Kau tahu, aku sekarang bekerja freelance sebagai model iklan ya meski belum terkenal!” seru Yasmin yang kesal atas kehadiran saudarinya yang kampungan. Ia merutuki ke dua orang tuanya yang menyuruhnya membawa Embun serta merta di sana.

“Kau tidur di situ! Nanti kau bisa cari kontrakan! Aku tak mau kita serumah. Nanti teman-teman kampusku tahu, aku ‘kan malu punya saudara kampungan!” ucap Yasmin berhasil membuat hati Embun teriris sembilu. 

 Seburuk itukah dia di mata Yasmin?

Yasmin menudingkan jarinya ke arah ruang tamu minimalis itu. Ia menyuruh Embun tidur di atas karpet. 

Sebetulnya tujuan Embun pergi ke sana bukan untuk mencari kerja saja. Ia memiliki niat lain!

Berbekal ongkos dua ratus ribu rupiah yang diberikan Bagas padanya, siang itu Embun pergi ke sebuah cafe kopi atas rekomendasi Yasmin. Di sana Embun akan bekerja sebagai seorang pramusaji. Cafe kopi itu milik om-nya teman kampus Yasmin.

Yasmin memesankan ojek online untuk mengantar Embun ke sana. Bukan tanpa alasan, meskipun ia sebenarnya malas berhubungan dengan kakak sambungnya, ia hanya tak ingin Embun tersesat selama berada di sana dan merepotkannya.

Embun pun lolos wawancara dan langsung dapat bekerja di sana karena memang cafe kopi itu sedang membutuhkan pramusaji di sana. Wawancara itu dianggap formalitas belaka.

Naasnya, jarang ada karyawan atau staf yang betah bekerja lama di sana. Tuan Raymond-pemilik cafe itu sangat galak dan tak ayal memperlakukan karyawannya dengan sangat buruk. Pria tua itu sangat perfeksionis dan tidak memiliki toleransi pada kesalahan apapun!

“Kau bisa langsung bekerja di sini! Dengan satu syarat!”

Seorang manajer cafe, wanita seksi dalam balutan seragam rapi, kemeja berwarna gading ketat dan rok sepan selutut berwarna hitam memperingati Embun soal jobdesk dan tata tertib selama bekerja di sana.

Embun menyimak betul perkataan sang manajer cantik nan seksi itu. Ia adalah tangan kanan Raymond-pemilik Cafe. Namun saat Embun menatap wanita itu, sebaliknya wanita itu memindai penampilan Embun dari atas hingga bawah dengan sorot ingin tahu.

Embun memiliki tubuh yang bagus dengan buah dada yang besar. Jelas saja, ia tengah menyusui hingga ukuran asetnya lebih besar dari biasanya. Pun, ia diberkati kulit yang bersih meski tanpa polesan makeup. Namun sayangnya, cara berpakaian Embun terlihat sangat kampungan. 

Embun menundukan pandangannya saat menyadari tatapan ngeri dari atasannya. Ia menjadi gamang, apakah penampilannya sangat buruk hingga ia ditatap dengan cara seperti itu.

“Jangan membusungkan dada begitu!” bentak wanita berambut sebahu berwarna brunette itu. Ia menatap bengis ke arah Embun. Ia tengah berpikir jika Embun seorang wanita penggoda dengan berpura-pura polos padahal aslinya binal.

“A-aku tidak membusungkan dadaku, Bu.”

Embun berkelit mendengar ucapan wanita itu. Untuk apa ia membusungkan dadanya. Dadanya memang besar setelah melahirkan.

Dari pada kena marah terus, Embun pun memilih membungkukan tubuhnya agar dadanya tidak terlihat besar. Mungkin besok Embun akan memakai korset atau pakaian yang ketat di balik kemejanya agar bentuk tubuhnya tidak terlihat seperti sedang menggoda. 

“Lupakan! Cepat kau kenakan seragam!” titah Manajer kafe.

Tanpa banyak kata, Embun langsung mengganti pakaiannya yang sederhana dengan seragam pramusaji cafe di sana. Ia pun mulai mengerjakan tugasnya melayani pengunjung cafe. Selain itu, ia juga mengerjakan tugas dishwasher atau tukang cuci piring. Para karyawan senior semena-mena menyuruh Embun.

Wanita yang baru saja kehilangan bayinya itu hanya bisa pasrah menerima perlakuan mereka. Yang terpenting ia bisa mendapatkan upah.

Prang,

Tak sengaja, Embun memecahkan gelas ketika ia sedang merapikan salah satu meja. Lekas, Embun buru-buru membereskan pecahan gelas itu. Pasti, manajer bernama Nita akan marah padanya.

Benar saja, Manajer cafe itu langsung berjalan ke arah Embun. Embun sudah menyiapkan hatinya dimaki-maki oleh wanita seksi itu. Ia hanya menundukan kepalanya kemudian berkata mendahuluinya. “Maaf, Bu, saya tak sengaja menjatuhkan gelas. Saya akan segera membersihkannya sekarang. Saya juga akan mengganti rugi gelas yang pecah ini,”

Plak!

Sebelum ucapan Embun selesai, sebuah tamparan mendarat sempurna di wajah mulusnya. Embun menganga mendapat tamparan yang menyakitkan itu. Tangannya reflek menyentuh pipinya yang terasa panas dan kebas. Lidahnya seketika terasa asin. Sungguh, tenaga wanita itu sangat kuat hingga membuat sudut bibirnya berdarah akibat tamparan itu.

“Kau menghinaku? Aku tidak buta! Aku bisa lihat kau menjatuhkan gelas bukan panci!” salak Nita dengan dengusan kesal. Telunjuknya yang kurus kering teracung- acung di depan muka Embun. Embun sampai mengerjapkan matanya beberapa kali karena takut jika telunjuk wanita menor itu mencolok matanya.

“Bu, maaf, saya akan menggantinya.”

Embun kembali memelas. Ia beringsut mundur.

Alih-alih menanggapi permintàan maaf dan bentuk tanggung jawab Embun, Nita langsung memekik.

"Keluar cepat!”

Nita menudingkan jari telunjuknya ke arah pintu hingga Embun pun mengikuti arah telunjuknya. 

Embun terperangah. Ia tidak percaya di hari pertama dirinya bekerja, ia langsung dipecat. Mengapa kesialan selalu mengikutinya?

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (4)
goodnovel comment avatar
Naih Rita
Mangat thor
goodnovel comment avatar
Naih Rita
Yang kuat Embun ayo bangkit
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
mampus ajalah kau mbun. koq bego betul jadi orang. tamat sma kau jadi babu dari pagi sampai malam di rumah ortu mu. setahun jd istri orkay kau ngapain aja? cuman ngangkang? dasar kau goblok
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Dicampakkan Setelah Melahirkan   Extra Part (Ending)

    Sepuluh Tahun KemudianLangit pagi itu cerah di kawasan perbukitan tempat kediaman keluarga Manggala berdiri megah. Rumah bergaya modern tropis dengan sentuhan klasik itu dikelilingi taman bunga dan pepohonan rindang, dibangun oleh Aldino, sang kakek yang visioner. Di halaman belakang, terdengar suara tawa anak-anak dan langkah kaki berlarian.Kini Manggala mengambil alih perusahaan sang ayah, sedangkan Jeena menjadi seorang pianis seperti ibunya. Ia juga bahagia menjadi seorang ibu dari empat orang anak. “Mas Sagara! Tunggu aku dong!” seru Bintang, bocah sepuluh tahun yang berusaha mengejar kakaknya.Sagara menoleh sambil tertawa. “Cepat dong, Bintang! Katanya mau lomba lari?”Dari balik pintu kaca, dua gadis kembar berambut panjang hitam–berusia tujuh tahun, Savana dan Aurora, berseru bersamaan, “Mamaaa! Mas Sagara gak mau ajak kita main!”Jeena, yang tengah menyiram bunga, menoleh sambil tersenyum. “Kalian gak usah ikut main lari-larian. Kalian bisa kan main yang lain,”Savana dan

  • Dicampakkan Setelah Melahirkan   Bab 431

    Tiga minggu telah berlalu sejak kecelakaan itu.Alby akhirnya pulang ke Jakarta. Ia masih lemah, tubuhnya belum sepenuhnya pulih, tapi kesadarannya sudah kembali. Dan itu saja sudah cukup membuat seluruh keluarga menghela napas lega.Di kamar yang tenang, Alby perlahan duduk di sisi ranjang. Levina sigap menopangnya.“Kamu yakin udah kuat buat berdiri?” tanyanya pelan, seolah takut suaranya akan membuat Alby goyah.Alby tersenyum tipis. “Aku nggak selemah itu, Lev… Tapi kalau kamu tetap mau di sini, aku nggak keberatan.”Senyum itu begitu lemah, tapi cukup untuk menggetarkan hati Levina. Ia membalas tatapan itu dengan lembut, menyembunyikan guncangan di dadanya. Sejak hari pertama Alby tak sadarkan diri, Levina tidak pernah meninggalkan sisinya.Ia bertahan, bahkan ketika dokter kehilangan harapan. Dan, keluarga Basalamah mengabaikannya. “Lev,” suara Alby pelan.Levina menoleh cepat. “Hmm?”“Makasih ya… sudah rawat aku.”Alby menatap Levina dengan senyum tipis.Levina diam kemudian m

  • Dicampakkan Setelah Melahirkan   Bab 430

    RS Bali International Cahaya lampu rumah sakit memantul di lantai keramik yang licin, menciptakan suasana dingin dan sepi. Di balik pintu ICU yang tertutup rapat, Alby tengah berjuang mempertahankan hidupnya. Tubuhnya penuh luka, sebagian tulangnya retak, dan kepalanya mengalami trauma berat akibat benturan keras dalam kecelakaan.Di ruang tunggu ICU, suasana dipenuhi ketegangan.Dokter Bagas, ahli bedah saraf yang menangani Alby, keluar dengan wajah serius langsung mengabari kondisi Alby saat ini pada keluarga; Sulis-Ali, Beryl, Ana-dr Zain, dan Manggala-Jeena yang langsung terbang ke Bali setelah mendapat kabar buruk mengenai kecelakaan yang menimpa Alby.Dokter Bagas berkata. “Kami sudah melakukan tindakan penyelamatan secepat mungkin. Alby mengalami pendarahan hebat di otak serta beberapa patah tulang rusuk yang melukai paru-paru kirinya. Kami telah memasang ventilator dan melakukan dekompresi kranial untuk mengurangi tekanan pada otaknya.”Tak ada yang berbicara. Wajah Ali pucat,

  • Dicampakkan Setelah Melahirkan   Bab 429

    “Hari ini mendadak sepi, ya?”Levina menoleh. Alby ada di sampingnya, berjalan santai di antara deretan pohon mahoni yang mulai meranggas. Cahaya senja memantulkan rona keemasan di wajah mereka, menciptakan siluet yang tenang namun menyimpan gelombang perasaan yang tak terucap.Alby menatap tunangannya dengan lembut. Banyak hal ingin ia katakan, tapi belum waktunya. Ia hanya meraih jemari Levina dan menggenggamnya erat. Namun, kali ini Levina tidak menolak. Ia tahu harus berpura-pura menjadi kekasih Alby dengan sebaik mungkin.“Besok kita menikah. Tapi hari ini… izinkan aku jujur.”Alby menatap Levina dari samping. Meskipun Levina selalu menampilkan wajah dengan minim ekspresi, di matanya gadis itu terlihat cantik. Mungkin wanita tercantik yang pernah ia sukai. Ia menyukai segala hal tentang dirinya. Entah sejak kapan, Ia mulai merasakannya. Alih-alih merespon perkataan Alby, Levina menatapnya dalam. “Aku dengar kau sudah melaporkan Bella dan Roger.”Alby mengangguk pelan. “Aku rekam

  • Dicampakkan Setelah Melahirkan   Bab 428

    “Lihat nih! Komennya udah tembus sepuluh ribu. Gila, Bella, kamu viral!”Manager Bella, seorang wanita berkacamata bernama Fara, tertawa kecil sambil menyodorkan ponsel ke arah kliennya. Di layar, unggahan Bella sedang dibanjiri komentar dan likes. Foto-foto kontroversial dengan Alby—yang sengaja diposting ulang oleh akun fanbase-nya, membuat namanya melejit dalam semalam.Bella tersenyum tipis, membolak-balik notifikasi dengan santai.“Ya... kalau skandal bisa bikin aku trending, kenapa nggak?” ujarnya ringan.Fara menyikut lengannya. “Kamu jahat juga, ya.”Bella menjawab dengan anggukan percaya diri. “Dunia hiburan bukan tempat buat yang terlalu baik.”Namun sebelum mereka bisa tertawa lagi, pintu studio tempat mereka santai tiba-tiba terbuka keras.BRAK!Keduanya terlonjak kaget. Di ambang pintu, berdiri Alby dengan sorot mata yang tak pernah Bella lihat sebelumnya—dingin, tajam, dan penuh kemarahan yang ditekan.“Untuk apa kamu lakukan ini, Bella?”Nada suaranya rendah, tapi mengge

  • Dicampakkan Setelah Melahirkan   Bab 427

    “Astaga, Bella, sialan!” gumam Alby saat melihat layar ponselnya. Foto-foto itu terpampang jelas. Ia dan Bella terlihat terlalu dekat. Mereka seperti sepasang kekasih.Skandal itu tersebar begitu cepat. Akun-akun gosip di X dan I*******m berebut menaikkannya, sementara bot-bot anonim memperkeruh suasana dengan komentar tajam dan spekulasi kejam. Nama Alby mendadak trending, bukan karena prestasi, tapi karena ciuman yang tak pernah benar-benar terjadi.Dengan geram, Alby melemparkan ponselnya ke meja. Ia ingin menyangkal semua ini, tapi bagaimana? Mata kamera tidak pernah peduli pada kebenaran—hanya pada apa yang terlihat.Ponselnya bergetar. Nama “Mommy” tertera di layar.Sulis tidak pernah menelepon tanpa alasan. Dan kali ini, Alby tahu persis apa yang membuat ibunya menelepon di tengah malam, saat hujan mengguyur kota seperti murka langit yang tak tertahan.Sulis duduk anggun di sofa ruang tamu. Ruangan itu sepi, tapi hawa di dalamnya menggigit seperti salju saat musim dingin. Alby

  • Dicampakkan Setelah Melahirkan   Bab 426

    Di kediaman Mahesa“Levina…” suara Roger terdengar pelan dan penuh simpati saat ia masuk ke dalam ruang tamu di mana Levina sedang duduk, membaca buku.Levina menatapnya, keningnya berkerut. “Roger? Ada apa?”Hubungannya dengan Roger mulai membaik. Keluarga Roger datang dan meminta maaf pada Mahesa atas apa yang telah Roger lakukan.Roger tersenyum lalu duduk bergabung dengan Levina, seolah menimbang-nimbang kata-kata yang ingin ia ucapkan. “Aku mendengar kabar yang cukup mengejutkan.” Ia mencoba menatap Levina dengan ekspresi prihatin, namun dalam hatinya, ada kepuasan yang terselip. “Aku... aku dengar kalau Alby terlibat hubungan dengan seorang penyanyi pendatang baru. Mereka... kedapatan di beberapa tempat bersama. Selingkuh, mungkin.”Levina hanya mengangkat alis. “Oh,” jawabnya singkat, tanpa ekspresi lebih lanjut. “Kapan kamu mendengarnya?”Roger sedikit terkejut dengan respons Levina yang begitu datar. “Baru beberapa hari yang lalu. Sepertinya mereka terlihat sangat dekat. Aku h

  • Dicampakkan Setelah Melahirkan   Bab 425

    Di sebuah lounge hotel mewah, Roger duduk menyilangkan kaki sambil menatap layar ponsel. Di sampingnya, seorang wanita berambut panjang duduk dengan senyum menggoda—Bella, penyanyi pendatang baru yang sedang naik daun.“Jadi... lo cuma mau gue foto bareng dia?” tanya Bella dengan alis terangkat. “That’s it? Gue pikir bakal lebih ekstrem.”Roger tertawa pelan, suaranya tenang namun licik. “Nggak perlu ekstrem. Cukup satu foto. Waktu yang pas, tempat yang pas. Publik akan percaya kalau Alby ternyata sama aja kayak pria lainnya. Dan Levina... perempuan dengan prinsip seperti dia? Dia akan mundur sendiri.”Bella mengangkat bahu. “Easy. Asal bayarannya sepadan.”Roger menyerahkan sebuah cek yang sudah ditandatangani olehnya. “Lihat sendiri.”Bella tersenyum licik. “Deal.”Roger bersandar, lalu menyesap kopinya. Matanya menatap kosong ke depan. “Sorry, Alby... Aku lebih dulu kenal Levina. Dan aku nggak akan biarin kamu ambil Levina,” Roger sudah mendengar kabar tentang Levina yang sudah di

  • Dicampakkan Setelah Melahirkan   Bab 424

    Rumah besar keluarga Ana Basalamah sore itu lebih sunyi dari biasanya. Dedaunan bergerak pelan ditiup angin, dan cahaya matahari yang menembus kaca jendela membuat ruangan terlihat hangat—meski hati sebagian penghuninya masih membeku.Di ruang keluarga, Sagara duduk di atas karpet bulu berwarna krem. Bocah empat tahun itu memeluk boneka dinosaurus hijau miliknya. Matanya masih sembab, dan tak ada satu pun senyum terukir di wajah kecilnya.Pasha duduk tak jauh darinya, memangku salah satu putra kembarnya—Rayyan—yang tengah bermain mobil-mobilan sambil tertawa sendiri. Di sisi lain, Rosa menggendong Rafael yang baru saja tertidur di pangkuannya. “Gara,” panggil Pasha dengan suara pelan.Sagara menoleh perlahan. Ia belum sepenuhnya nyaman, belum juga paham sepenuhnya apa yang terjadi dengan ayahnya.Pasha mencoba tersenyum. “Papa Pasha bawa mainan, mau lihat?”Bocah itu hanya mengangguk kecil. Pasha mengeluarkan satu set puzzle binatang dari dalam tasnya.“Coba tebak ini apa?” Ia mengang

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status