Kalea meminta ditemani Clara untuk membeli beberapa stel baju kantor, karena dia akan mulia bekerja lusa. Tentu ini sebuah keputusan yang sedikit berat, karena dia harus mulia berinteraksi dengan banyak orang.
"Maaf, aku merepotkan mu dan Gio." Ujar Kalea, karena dia meminta anak dan Ibu menemaninya berbelanja. "Tak apa, aku juga tidak ada kerjaan kok. Jadi santai saja, Gio juga jarang keluar pasti senang diajak keluar," kata Clara yang melihat kearah putranya. "Kenapa kamu tidak bekerja?" tanya Kalea. "Aku hanya lulusan SMA, jadi mana mungkin bisa dapat pekerjaan bagus. Jika aku bekerja siapa yang mengurus Gio, sedangkan orang tua ku sudah tidak ada. Dan orang keluarga dari suamiku juga tidak mau direpotkan oleh cucunya, karena hanya materi yang mereka lihat," jelas Clara. "Astaga, tega sekali mereka pada anak, cucu, dan menantunya." Kesal Kalea, tapi tiba-tiba dia memiliki ide. Setidaknya membantu perekonomian temannya, karena dia akan segera sibuk bekerja di kantornya. Jadi sudah jelas membutuhkan asisten rumah tangga, tak banyak pekerjaan yang dikerjakan disana. Hanya agar rumah terurus, dan juga urusan lainnya ada yang berjaga. "Bagaimana jika kamu bekerja denganku?" tanya Kalea, yang memuat Clara bingung. "Bekerja denganmu? Ke kantor? Tentu tudak bisa," jawab Clara, karena dia sadar pendidikannya tidaklah tinggi. "Bukan, tapi dirumahku. Jadi kamu bisa mengurus Gio, apa kamu mau?" tanya Kaela untuk penawarannya pada Clara. "Be-benarkah? Kamu serius memberikanku pekerjaan?" tanya Clara dengan mata berbinar. "Untuk apa aku berbohong, saat aku sibuk jadi ada yang mengurus rumah. Jika mau maka mulailah lusa ketika aku mulai bekerja ke kantor," pinta Kalea dengan senyumannya yang khas. "Tentu aku mau, aku mau. Terimakasih Kalea, kamu begitu peduli pada kami," ujar Clara yang terharu akan kebaikan temannya. "Hem, kita sudah berteman lama. Jadi ini adalah hal kecil, ajak Gio saat bekerja dirumah. Dia seperti anakku sendiri." Menatap ke arah Gio yang sedang bermain dengan mainannya. Clara mulai meitikan air mata, sungguh dia hanya memiliki teman yang dekat dengannya hanyalah Kalea. Mereka segera masuk ke dalam toko pakaian kantor, Kaela memilih dan mencoba beberapa stel yang pantas untuknya. Lalu membeli beberapa pasang sepatu, bukan yang bermerk atau barang branded. Bagi Kalea barang lokal juga tidak kalah bagusnya, karena hanya untuk bekerja bukan untuk gaya. Setelah berbelanja mereka mampir disebuah restauran didalam mall, Kalea mentraktir temannya juga anaknya. "Kalea, ini restauran cukup mahal bukan? Apa kamu ada uang?" tanya Clara merasa khawatir dan merepotkan temannya. "Kita tidak tiap hari atau tiap mingu kesini bukan, jadi jangan sungkan. Kalo aku tidak ada uang untuk apa aku mengajakmu makan disini bersama Gio," ujar Kalea sembari menyesap jus miliknya. Clara hanya tersenyum, Gio amat senang karena dia kali pertama makan ditempat yang begitu bagus. Namun saat mereka tengah menunggu pesanan tiba-tiba ada seseorang yang mendekati mereka, tak asing bagi Kalea ketika mendengar suara pria tersebut. "Hai Nona Kalea? Sedang apa kamu disini?" tanya Rigel yang langsung duduk di sebelah Kalea, Kelvin hanya terdiam menahan malu melihat sikap Tuannya. Clara yang bingung dengan kehadiran Rigel tentu saja hanya memberikan reaksi tanda tanya, karena tiba-tiba saja pria itu duduk disamping Kalea seolah mereka kenal. "Kalea? Siapa dia?" tanya Clara. "Kamu tak mengenalnya?" tanya Kalea balik pada Clara. Clara hanya menggeleng, karena memang dia tidak mengenal pria disisi Kalea. "Rigel, Kakak kelas kita dulu waktu SMA. Harusnya kamu ingat," ujar Kalea. "Astaga! Dia yang tinggal sendiri didepan rumahmu dulu kan, dan tiba-tiba pergi tanpa kabar." Melirik ke arah Rigel yang menampilkan wajah tak bersalah. "Hem." Singkat Kalea. "Sedang apa kalian, jika sudah mengingat kita bisa berteman kembali bukan," harap Rigel dengan senyuman khasnya. "Kamu hilang tiba-tiba, dan muncul tiba-tiba. Apa tak ada rasa bersalah pada Kalea?" tanya Clara yang mengingat akan masa lalu. "Maaf, aku tak sempat pamit dengan benar. Aku keluar negeri demi pendidikan, jadi maaf aku tak memberikan kabar apapun. Ijinkan malam ini aku yang traktir, dan selanjutnya aku akan meminta maaf dengan benar." Dengan wajah seriusnya. Clara terdiam tak bisa berkata-kata, melirik ke arah Kalea memberikan persetujuan atau tidak. "Biarkan saja jika dia mau mentraktir kita, anggap saja permintaan maaf pertamanya," ujar Kalea agar tak ada lagi perdebatan. "Baiklah, karena Kalea mengizinkan maka aku iyakan," kata Clara menatap Rigel. "Baiklah, jika begitu pesan sesuka kalian. Aku yang bayar," kata Rigel dengan nada senang karena dia berhasil pendekatan dengan Kalea, walaupun hanya untuk makan malam. Rigel meminta kevin hampir memesan semua menu, jika tak habis mereka akan membungkusnya. 'Dia tak berubah sama sekali, tapi sayangnya kita keadaan yang sudah berubah tak seperti dulu lagi.' dalam hati Clara, netranya menatap lekat wajah pria disisinya yaitu Rigel.Ucapan selamat datang dari berbagai rekan bisnis, teman, keluarga, dan masyarakat. Akhirnya Rigel mempublikasikan jika sang istri sudah melahirkan seorang putri, dan semua orang turut bahagia dengan kebahagiaan yang mereka rasakan. Tak hanya itu, hadiah dari rekan bisnis Rigel juga berdatangan hingga begitu banyaknya. Kini kediaman Rigel dan Kalea begitu ramai dengan kehadiran keluarga, teman, serta kerabat mereka. Mereka merayakan penyambutan Sanna, membuat pesta kecil untuk anak mereka sebagai tanda rasa syukur. "Astaga, aku tidak percaya jika kamu sudah memiliki anak." Kata Calra yang merasa ini semua mimpi. "Aku sendiri saja masih merasa jika semua ini mimpi, tapi jika dipikir lagi waktu aku aku tidak menerima Rigel. Pasti aku belum memiliki anak hingga kini, aku hanya menyesal kenapa kami dipertemukan diwaktu yang begitu telat." Ujar Kalea. "Tuhan menghadirkan orang pertama untuk dijadikan pembelajaran, tapi Tuhan menghadirkan orang kedua untuk mengisi juga mengobati lukamu.
Didalam ruang oprasi Rigel terlihat tegang, dia merasa tak tega melihat proses melahirkan istrinya yang harus melalui prosedur pembedahan. Karena pendarahan yang terjadi mengharuskan Kalea melakukan pembedahan demi keselamatan Ibu juga bayinya. Sepanjang prosesnya Rigel terus memegang dan mengecup kening sang istri untuk menguatkan, Kalea tetap[ tersenyum pada ssuami walaupun tidak banyak bicara. Akibat tubuhnya yang sudah lemas, ditambah efek samping dari obat bius yang disuntikkan ke tubuhnya.“Sayang, sabar ya. Sebentar lagi kok.“ Bisik Rigel walaupun hatinya juga ngilu melihat proses pembedahan, dan dia juga tidak lupa meminta pihak rumah sakit mengabadikan momen ini.Setelah beberapa sayatan dibuat, akhirnya dokter bisa mengeluarkan bayi yang ada didalam rahim Kalea. Suara tangisnya terdengar nyaring hingga membuat Rigel mennagis haru saat melihat tubuh kecil itu didepannya, dia mengecup istrinya yang setengah sadar. Lalu memastikan anaknya juga baik-baik saja tanpa kurang apapun
Bulan demi bulan berganti, penantian Kalea dan Rigel juga keluarga besar mereka akhirnya akan terbayar. Karena bulan ini adalah jadwal Kalea melahirkan, sungguh penantian yang panjang bagi Kalea sendiri. Kini bentuk tubuhnya berisi namun tetap terjaga, hingga banyak yang mengagumi jika Kalea hamil tidak banyak perubahan pada tubuhnya.Kalea sudah merasakan jika perutnya merasakan kontraksi, namun itu belum intens, jadi dia meminta suaminya tetap berangkat bekerja dari pada menunggunya yang belum tentu jelas."Sayang? Kamu serius meminta aku berangkat kerja? Padahal kamu sudah merasakan kontraksi," kata Rigel yang tetap ingin tinggal dirumah."Pergilah ke kantor, akan aku kabari secepatnya jika aku mau melahirkan. Jangan lepas dari tangung jawabmu, bukankah ada tamu penting datang. Jadi sambutlah dia, mungkin nanti setelah rapat anak kita baru mau lahir." Kata Kalea sembari tersenyum, menahan sakit dimana wajahnya juga sudah mulai sedikit memucat."Baiklah jika kamu sangat memaksa, aku
Kalea dan Rigel sudah memikirkan hadiah untuk Kelvin juga Mona, mereka memilih membelikan apa yang mereka butuhkan. Kelvin masih mengontrak apartemen, karena dia masih bingung ingin membeli rumah dimana. Karena menurutnya apartemen bukan tempat tinggal yang bagus ketika sudah berkeluarga, dan akhirnya Kalea dan Rigel membelikan rumah yang tak jauh dari tempat tinggal mereka.Memang sengaja Tidka berjauhan, agar mereka tetap saling dekat satu sama lainnya."Sayang, ayo kita berangkat sekarang." Ajak Rigel pada Kalea yang masih bingung memilih sendal."Kamu kenapa sayang?" tanya Rigel yang melihat istrinya berada didepan tempat sandal."Sayang, aku bingung memakai sandal mana.""Astaga sayang ku cintaku, aku pilihkan." Memilih yang pas untuk sang istri."Ini, pakailah." Kata Rigel."Terimakasih." Senyumnya merekah, Rigel segera menggandeng tangan sang istri untuk berjalan. Karena dia tau posisi Klaea saat ini yang tengah hamil besar, membuat tubuhnya tak nyaman walaupun jika di lihat tu
Rigel pulang dengan membawa kabar gembira, dia tidak sabar memberikan kabar tersebut pada sang istri. Yang pastinya Kalea akan ikut bahagia, karena dia pasti menantikan kebahagiaan untuk Mona."Sayang, aku pulang." Seru Rigel dengan nada lembutnya, dia langaung menghampiri sang istri yang tengah berada didapur bersama Bibi."Tumben pulang cepat," ujar Kalea yang menyambut suaminya dengan membawakan secangir teh hijau hangat."Karena pekerjaan sudah selesai, dan ada kabar baik untukmu." Senyum."Duduk dulu, minum pelan-pelan." "Baiklah." Rigel menurut pada sang istri, bibi hanya menonton kemesraan pasangan tersebut sembari menyiapkan masakan untuk makan malam."Kamu jangan syok ya dengarnya, emmm... Kelvin akan menikah besok." Memberitahu kabar bahagia dari asistennya."Apa? Serius sayang? Kak Kelvin akan menikah?" tanyanya dengan rasa yang masih tidak percaya."Eumm benar, dia bahkan sudah mendaftar untuk pernikahan besok. Tapi tidak ada acara apapun, mereka akan menikah tanpa pesta
Mona tak kuasa menahan tangisnya, dia bingung dengan kehamilan ini. Bukan tau saat dia ke dokter, tapi saat menyadari tamu bulanannya tidak kunjung datang, dan juga melakukan tes dengan alat tes kehamilan."Apa yang harus aku lakukan? Apa Ayah dan Ibuku masih menerima diriku." Tangisnya sesenggukan disamping toko kue tempatnya dia bekerja.Aurelia tidak ada ditempat, jadi dia tidak mengetahui apa yang terjadi pada Mona. Karena beberapa hari ini dia sedang ada acara keluarga, jadi tidak bisa datang ke toko kue.Kelvin yang hendak datang membawakan makanan mendengar semua yang di katakan oleh Mona, ternyata dia menghindar dari Kelvin karena ini sebabnya. Kelvin baru menyadari jika Mona menyembunyikan sesuatu darinya, namun dia sangat menerima keadaan Mona dalam bentuk apapun."Apakah aku harus muncul sekarang? Atau, sudahlah aku harus memberikan makanan ini padanya."Kelvin keluar dari persembunyiannya, dia berdiri tepat didepan Mona yang tengah menunduk dengan wajah sembam."Berdirilah