Share

Bab 9

Moonela hanya tersenyum, lalu berjalan masuk ke lift. Setibanya di depan pintu kantor presdir, mereka mendengar suara yang acuh tak acuh dari dalam ruangan, "Lorraine sudah datang?"

Lillia dan Moonela terkejut hingga mematung di depan pintu. Mereka saling bertukar pandang dengan Cedron yang berada di dalam ruangan. Moonela yang terlebih dulu bereaksi, "Halo Pak Cedron, aku Lorraine, sekaligus bos Studio LMOON, Moonela."

Cedron menjabat tangan Moonela, tetapi tatapannya tetap jatuh pada Lillia. "Ini adalah ...."

Moonela menjelaskan, "Ini adalah asistenku."

Cedron hampir saja tertawa terbahak-bahak, dia menoleh ke arah samping sambil mengejek, "Kak Claude, kamu sudah mau bangkrut ya?"

Mengikuti arah pandangannya, Lilla melihat sebuah sosok yang familier sedang duduk di sofa sambil membelakangi mereka. Meski hanya dilihat dari belakang, Lillia tetap bisa mengenali bahwa orang itu adalah Claude. Lillia tak kuasa mengerucutkan bibirnya. Memang benar kata orang, musuh bebuyutan selalu saja bertemu. Lantaran tidak sempat bertemu di kantor catatan sipil tadi, mereka akhirnya bertemu di sini sekarang.

Claude juga sedang memandangnya dengan tatapan curiga. Cedron mengalihkan pandangannya ke arah kedua orang itu secara bergantian, lalu berkata sambil tertawa, "Bu Moonela, kami sudah lama menunggumu. Silakan masuk."

Lillia mengalihkan pandangannya dan mengikuti di belakang Moonela untuk berusaha memainkan perannya dengan baik. Pada dasarnya, kerja sama antara Queen dan LMOON sudah ditetapkan. Langkah terakhir adalah persetujuan dari bos kedua belah pihak ini.

Meski Moonela bukan Lorraine yang sesungguhnya, dia cukup mengerti konsep desain karena tinggal dengan Lillia selama setahun lebih saat itu. Jadi, dia sama sekali tidak takut dengan pertanyaan apa pun yang akan diajukan.

Hanya dalam beberapa saat, mereka telah memasuki tahap penandatanganan kontrak. Cedron meletakkan kontraknya ke samping, lalu berkata, "Nona Moonela, kita nggak perlu buru-buru untuk masalah kontrak. Aku punya sebuah permintaan untukmu. Bisakah Anda mendesain sebuah gaun untuk temanku? Ini tidak termasuk dalam kontrak, jadi kamu bisa menetapkan harga sesuka hatimu. Asalkan bisa menyelesaikan gaun ini sebelum acara Met Gala perusahaan kami bulan depan saja sudah cukup."

Di ruangan seluas itu hanya ada Cedron dan Claude. Orang bodoh sekalipun tahu siapa yang dimaksud dengan "teman" itu. Moonela tersenyum dari luar, tetapi hatinya terus mengutuk. Pada akhirnya, dia berkata dengan sopan, "Pak Cedron, belakangan ini suamiku baru meninggal. Khawatirnya, hasil desainku nggak akan bisa memuaskan temanmu itu. Jangan merusak acara baikmu karena berita dukaku, sehingga memengaruhi pertemanan kita."

Usai bicara, Moonela langsung berdiri tanpa ragu-ragu sambil mengambil kontrak itu. "Karena Pak Cedron masih mau mempertimbangkannya, kalau begitu aku ambil dulu kontrak ini. Aku masih ada urusan lainnya, pamit dulu ya."

"Eh!" Cedron mengulurkan tangannya ingin menahan Moonela. Padahal dia hanya mengungkit masalah ini, tidak mengatakan bahwa dia tidak mau menandatangani kontrak. Namun, jelas sekali kedua orang itu tidak berniat untuk tinggal lebih lama lagi. Mereka langsung keluar begitu saja.

Cedron baru berhasil membuat janji temu dengan Lorraine setelah bersusah payah, tapi kini dia malah pergi begitu saja. Cedron menatap Claude dengan heran. "Lho? Kak Lillia adalah asisten Lorraine, kenapa kamu nggak cari dia untuk membantumu?" Kenapa Claude harus menggunakan koneksi sejauh itu?

"Kalian bertengkar?" Cedrom bergumam, "Nggak kelihatan seperti itu. Saat datang tadi, dia menabrak mobilku. Tatapannya masih kelihatan berbinar saat mengungkit namamu."

Claude membatin, 'Mana mungkin tatapan Lillia berbinar karenaku? Yang benar itu tatapan Lillia berbinar karena uangku.' Claude hanya meliriknya sekilas, lalu berkata, "Memang benar ayahmu nggak membiarkanmu mewarisi Keluarga Rusli."

Kalau tidak, perusahaan mungkin sudah hancur dibuatnya. Setelah berkata demikian, Claude mengambil jasnya dan langsung pergi.

....

Setelah keluar, Lillia bersin dengan kuat. Dia mengucek matanya dan bertanya-tanya apakah dirinya ini bersin karena kedua orang itu sedang memakinya di dalam.

Moonela segera melepas kacamata hitamnya dan menggerutu, "Apa-apaan si Claude itu. Kamu saja belum bercerai dengannya, dia malah nggak peduli sama sekali dengan pandangan orang. Memang benar keputusanmu untuk bercerai. Sebaiknya cepat jaga jarak dari pria berengsek sepertinya."

Watak Moonela memang meledak-ledak, tentunya dia juga tidak segan-segan saat memaki orang. "Hebat sekali dia bisa mencari istrinya untuk membuatkan gaun demi pelakor! Memangnya wanita itu pantas memakai gaun rancanganmu?"

Kehilangan klien besar seperti Queen ini membuat Moonela murka. Dia melemparkan semua kesalahan pada Claude. Lillia hanya tersenyum getir. Setiaap ucapan Moonela ini memang fakta yang menyakitkan, tetapi Lillia kini juga tidak merasakan apa pun lagi. Dia hanya ingin bercerai dengan Claude secepatnya.

"Sebaiknya kita cepat pergi. Kalau cedron mengejar kita dan minta ganti rugi mobil, kita akan rugi dua kali." Lillia menambahkan lagi, "Lagi pula, untuk apa kamu perhitungan dengan anjing sepertinya."

Saat Claude menyusul mereka, dia hanya mendengar ucapan Lillia yang terakhir. Seketika, ekspresinya langsung menjadi muram. Wanita ini sudah menggunakannya sebagai tameng, tapi malah mengatainya anjing. Besar sekali nyalinya.

Lillia dan Moonela tidak menyadari hal ini sama sekali. Mereka naik ke mobil sambil mengobrol. Moonela menyalakan mesin mobil, lalu buru-buru kabur. Saat di perjalanan, Moonela masih tidak merasa puas. "Oh ya, aku sudah mendapatkan undangan untuk Met Gala Queen. Nanti kita pergi sama-sama. Aku akan menghabisi pelakor yang berani menindasmu itu!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status