Share

Kelalaian Berkendara

Penulis: NihayatuZain
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-05 17:37:57

Hari demi hari terus berlalu. Sandrina mencoba untuk terus melupakan Michael dalam hidupnya. Masa lalu biarlah masa lalu, Sandrina tidak ingin mengingatnya lagi. Sudah cukup dia disakiti oleh Michael maupun keluarganya. Sekarang, Sandrina hanya ingin fokus pada kehidupannya. Sebagai seorang janda, Sandrina kini telah bebas dari peraturan suami yang harus dia patuhi. Itu sebabnya sekarang Sandrina mencoba untuk bangkit dan berdiri di atas kakinya sendiri. Perempuan cantik berkulit putih itu kini berencana membuka rumah makan miliknya sendiri. Berbekal pengalaman di pondok indah mertua, sedikit demi sedikit Sandrina bisa memasak makanan khas Indonesia. 

"Semoga usaha ini berjalan lancar dan aku bisa sukses," ucap Sandrina pada dirinya sendiri. 

Meskipun Sandrina belum punya anak, tapi dia tetap ingin mendapatkan penghasilan dari usahanya. Selain itu, Sandrina juga tidak ingin terus mengingat penderitaan yang pernah dia rasakan selama tinggal bersama orang tua dan adik Michael yang jahat padanya. Maka dengan cara inilah dia akan banyak kegiatan dan melupakan masa lalunya yang menyakitkan. 

"Heh, perempuan mandul!" Terdengar suara seorang wanita yang tak lain adalah Clara.

Sandrina menoleh dengan ekspresi wajah jutek. Setelah kejadian itu, baru hari ini Sandrina kembali bertemu dengan Clara. Sandrina ingin sekali memukul mulut Clara yang asal bicara padanya. Padahal jelas-jelas dia bukan wanita mandul, tapi Clara terus-terusan mengatainya mandul.

"Puas kamu sudah menghancurkan hubungan aku dengan Michael, hah?!" Clara bicara dengan nada tinggi dan ekspresi marah. Dia semakin membenci Sandrina yang telah membuat kebohongannya terbongkar. 

Sandrina tersenyum sinis. "Meskipun kamu berhasil mendapatkan Michael, itu bukan urusanku lagi."

Clara menyilangkan kedua tangan di dadanya. "Aku penasaran, istri yang katanya sangat mencintai suaminya, tiba-tiba bersedia meninggalkan suaminya yang ketahuan mandul. Apa jangan-jangan kamu juga berselingkuh dari Michael?" 

"Jaga ucapan kamu!" sentak Sandrina, "Aku bukan wanita murahan seperti dirimu!" lanjutnya dengan tatapan marah dan tidak terima.

"Jangan sok suci! Kamu bahkan tega meninggalkan Michael saat tahu dia mandul. Jadi selama ini, kamu mencintai Michael karena hartanya saja? Dasar matre!" umpat Clara sembari mendorong tubuh ramping Sandrina.

Sandrina memelototkan kedua mata dan benar-benar geram atas ucapan serta perlakuan Clara. Padahal dia tidak ingin lagi berurusan dengan perempuan ular itu, tapi Clara tiba-tiba datang dan membuatnya kesal. "Kamu nuduh aku atau nyindir diri kamu sendiri?" 

"Apa katamu? Kurang ajar!" Clara terpancing emosi. Dari kejadian itu, dia semakin membenci dan dendam pada Sandrina. Perempuan itu kini hendak melayangkan tangannya pada pipi Sandrina, tapi saat itu juga Sandrina dapat menangkisnya.

"Jangan kotori wajahku dengan tanganmu ini, wanita ular!" umpat Sandrina sembari menghempaskan dengan kasar tangan Clara.

Mata Clara melebar. Dia tidak menyangka jika Sandrina bisa lebih kuat darinya. Kekuatan dan keberanian Sandrina telah berhasil membuatnya semakin geram dan marah. Namun, sebelum dia melakukan hal lain, Sandrina sudah berjalan pergi meninggalkannya. 

"Sialan! Dia sudah berani melawanku," umpat Clara dengan ekspresi marah dan benci.

Sandrina kini bergerak masuk ke dalam mobil. Namun betapa kagetnya dia saat tiba-tiba seseorang menarik tangannya. "Hei, lepaskan!" Seketika itu juga Sandrina teriak panik.

"Ikut aku!" Lorenza bicara dingin disertai tatapan tajam.

Ada apa lagi? Sandrina sangat tidak habis pikir pada sosok mertuanya yang masih saja mengganggu hidupnya. "Lepaskan tanganku! Aku banyak urusan. Jadi, tidak bisa ikut denganmu."

Lorenza terperanjat kaget mendengar jawaban Sandrina. "Menantu tidak tahu diuntung! Berani-beraninya kamu hidup bebas setelah membuat putraku menderita!" 

Rahang Sandrina terjatuh. Mulutnya terbuka dan kedua alis saling beradu. Kedua mata menatap heran dan setengah tidak percaya.

"Hah? Menderita? Mami nggak salah ngomong?" Sandrina kini tersenyum miring. "Bukannya kalian yang selama ini selalu bikin aku menderita!?" 

"Putraku terpuruk dan sekarang dia benar-benar sedih dengan keadaan yang menimpanya. Jika dari awal kamu menyembunyikan surat itu, maka putraku tidak akan terpuruk dan stres seperti ini!" bentak Lorenza dengan tatapan marah dan penuh kebencian. Lorenza tidak terima melihat Sandrina baik-baik saja, sedangkan putranya kini terpuruk atas kenyataan yang terjadi padanya.

"Oh, tak mungkin! Kalian mau aku yang terus disalahkan dan seolah-olah aku yang mandul? Haha, jahat sekali," celoteh Sandrina sembari tertawa renyah.

Sandrina tidak mau lagi ditindas oleh mertuanya itu. Apapun caranya, dia akan melawan jika disakiti lagi. Lorenza sekarang benar-benar semakin kesal. Sebagai seorang ibu, Lorenza sangat khawatir dan ikut sedih atas kemandulan putranya. Yang dia inginkan, Sandrina menyembunyikan soal kemandulan Michael dan berpura-pura tidak tahu. Dengan begitu, Michael tidak akan merasa sedih dan akan tetap percaya diri.

"Kamu yang jahat! Setelah tahu putraku mandul, kamu pergi meninggalkannya," tuding Lorenza dengan tatapan sinis.

"Bukankah kalian yang ingin aku pergi? Kenapa sekarang menyalahkan aku?" seloroh Sandrina yang tak kalah sinisnya.

Lorenza mendengus kesal. Napasnya naik turun begitu cepat keluar dari hidungnya. "Lihat saja nanti, kamu pasti akan menyesal!" Dia bicara dengan nada kesal. 

Sandrina tidak menggubris. Wanita cantik itu kini sudah berbalik badan lalu bergegas masuk ke dalam mobil. Sungguh tidak penting sekali meladeni manusia jahat seperti Lorenza. Sekarang ini, Sandrina sedang menjauhi orang-orang toxic dan mencoba menenangkan dirinya sendiri.

"Huft! Sepertinya mereka memang tidak akan puas sebelum mendapatkan karma," ucap Sandrina dalam hati.

Dering di ponsel berhasil membuat lamunannya menghilang. Sandrina menolehkan wajahnya, melirik layar ponsel yang ia biarkan berada di sampingnya. Kedua tangan kini sedang fokus menyetir, untuk sesaat dia biarkan ponsel itu hingga panggilan terputus sendiri. 

Jalanan di ibu kota cukup ramai. Sandrina kini sangat berhati-hati menyetir mobilnya. Saat dering di ponsel kembali terdengar, Sandrina berusaha meraih dengan menggunakan tangan satu. Ini sedikit rumit, karena banyaknya kendaraan dan fokus berkendaranya terganggu oleh seseorang yang menelepon di seberang sana, tiba-tiba saja mobil Sandrina menabrak belakang mobil putih tepat di depan mobilnya..

Brugh!

Kepala Sandrina terhuyung. Dia benar-benar kaget saat mobilnya menghantam mobil lainnya. Untung saja dia segera mengendalikan mobilnya itu. Ini sial, seseorang di dalam mobil itu keluar dengan ekspresi marah. Mendadak Sandrina merasa tegang dan panik. Ini kali pertamanya dia melakukan kelalaian semacam ini.

"Astaga! Apa yang aku lakukan? Ck, ini gara-gara penelepon sialan!" Sandrina mendengus kesal.

Tok tok tok!

Kaca mobil diketuk dari luar. Seorang petugas jalan memberi kode agar Sandrina cepat keluar. Kelalaian ini terjadi tidak disengaja, tapi tetap saja Sandrina harus bertanggung jawab.

Seorang lelaki bertubuh tinggi, lebih tinggi dari Michael, kini berdiri di depan mobil Sandrina. Kacamata hitam bertengger di hidung mancungnya. Sandrina tidak bisa melihat bagaimana lelaki itu menatap dirinya, tapi dia yakin jika lelaki itu kini sedang marah dan ingin memakinya.

"Saya minta maaf atas kejadian ini. Ini kesalahan saya, dan saya akan bertanggung jawab atas kerugian yang Anda alami," ucap Sandrina dengan suara sedikit gemetar karena panik dan tegang.

Lelaki di hadapannya itu tidak menjawab. Sandrina tidak tahu apa yang sedang dipikirkan oleh pria itu. Wajahnya yang menunduk juga tidak tahu apa yang sedang lelaki itu lakukan sekarang.

"Katakan, berapa banyak yang harus saya keluarkan untuk—" Sandrina menggantung ucapannya, karena lelaki itu tiba-tiba menyelanya.

"Bawa dia ke kantor polisi!" ucap lelaki itu dengan suara dingin.

Bersambung...

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Diceraikan Suami Toxic, Dibahagiakan CEO Romantis   Happy Ending

    Kabar kehamilan Sandrina sudah sampai ke telinga kedua orang tuanya. Mendengar kabar itu, mereka berdua sangat bahagia dan bersyukur. Sejak putri mereka menikah dengan Michael, sejujurnya keduanya sangat menantikan sosok seorang cucu, tapi mereka tidak berani mendesak atau memaksa putri mereka untuk segera memberikan cucu pada mereka. Sekarang, tanpa diminta pun Sandrina sudah dipercayai oleh Tuhan untuk mengandung anaknya. "Alhamdulillah, anak kita benar-benar sehat dan subur, Yah. Berarti memang rezeki dia bersama Hurraim. Tuhan memang tahu apa yang terbaik untuk hamba-Nya," ucap Marlinda penuh syukur. Sang suami mengangguk pelan diiringi senyuman kemenangan. Mereka juga sudah tahu kalau nanti malam di kediaman Pristilla akan mengadakan acara syukuran atas kehamilan Sandrina. Jadi, keduanya akan hadir untuk ikut mendoakan, serta memberikan ucapan selamat dan support terhadap Sandrina juga Hurraim. "Semoga Tuhan selalu menjaga mereka. Menjaga Sandrina dari hal buruk. Menjaga calon

  • Diceraikan Suami Toxic, Dibahagiakan CEO Romantis   Hurraim Pingsan

    Hurraim berlari ke loteng. Mendengar hal yang mengkhawatirkan tentang istrinya, dia langsung menemui Sandrina di sana. Jantungnya berdetak kencang. Hurraim takut Sandrina kenapa-kenapa. Saat ini, Sandrina tengah duduk sembari memegangi perutnya. Ekspresinya membuat Hurraim semakin panik. Tentu saja Sandrina mulai berakting. Perempuan cantik itu seolah sedang merasakan sakit di bagian perutnya. "Arrgggh!!" pekik Sandrina."Sayang, apa yang terjadi padamu?" tanya Hurraim dengan kekhawatiran yang semakin mendalam. Ditangkapnya tubuh sang istri. Kemudian dia mengelus perut rata Sandrina yang tanpa disadari tengah mengandung sang buah hati. Sandrina meringis seperti kesakitan. Pristilla dan Fery hanya menonton saja. Begitu juga dengan Eleanor. Mereka diam-diam sedang menunggu waktu untuk memberikan surprise pada Hurraim."Perutku, sayang...." Sandrina mengeluh. "Ayo kita ke rumah sakit! Ini tidak bisa dibiarkan," ucap Hurraim tampak panik. Hampir saja dia menggendong tubuh Sandrina, ta

  • Diceraikan Suami Toxic, Dibahagiakan CEO Romantis   Suprise

    "Awas, hati-hati. Jangan sampai jatuh," ucap Pristilla dengan sangat antusias. Begitu tahu bahwa menantunya sedang mengandung, Pristilla sangat menjaga ketat Sandrina. Tentu saja dia takut Sandrina dan juga calon bayi dalam perutnya kenapa-kenapa. Sandrina digandeng oleh dua asisten rumah tangga. Ini terlalu berlebihan, tapi Sandrina tidak bisa menolak. Sebenarnya dia juga bisa berjalan sendiri sampai kamarnya. Namun, kekhawatiran sang mertua telah membuatnya seperti seorang ratu. "Kita akan mempunyai cucu!" seru Pristilla pada Fery. Sontak hal itu membuat Fery melebarkan kedua mata dan menatap setengah tidak percaya. "Hah, yang benar? Maksudnya Sandrina hamil?" Fery bertanya dengan raut wajah kaget serta penasaran. Pristilla mengangguk cepat. "Iya! Kita harus merayakan ini. Secepatnya kita atur acara perayaan kehamilan Sandrina.""Bun, itu terlalu berlebihan," protes Sandrina sedikit tidak setuju. "Apanya yang berlebihan? Kita akan mengadakan syukuran atas kehamilan kamu, Sandri

  • Diceraikan Suami Toxic, Dibahagiakan CEO Romantis   Sandrina Sakit

    Hari demi hari terus berlalu. Sandrina dan Hurraim sudah menjalani rumah tangga selama satu bulan. Hari demi hari mereka lalui dengan penuh kebahagiaan. Tidak ada satu pun orang yang berani mengganggu kebahagiaan mereka. Dalam satu bulan ini, Sandrina masih tinggal bersama mertuanya. Hal itu dikarenakan keinginan Pristilla yang merasa masih belum siap berpisah jauh dengan Hurraim. Hurraim sendiri sudah ingin pindah rumah. Bahkan sebelum menikah pun, Hurraim sudah membeli rumah untuk dihuni dengan istrinya. Namun, saat ini dia belum bisa meninggalkan rumah orang tuanya itu. Padahal Hurraim sudah membujuk Pristilla berulang kali. Namun, Pristilla tetap kekeuh belum siap dan tidak mengizinkan Hurraim untuk pindah rumah. Pagi ini, Sandrina terbangun dalam keadaan lemas. Dia yang sudah tidak menjadi sekretaris Hurraim, hanya melakukan tugasnya sebagai seorang istri sekaligus owner San Kitchen. Selain itu, Sandrina juga mulai menekuni bisnis perhiasan media online. Hal ini sengaja dia lak

  • Diceraikan Suami Toxic, Dibahagiakan CEO Romantis   Tidak Ingin Memberatkan

    Hurraim mengelus lembut perut rata Sandrina. Perasaannya senang tak menentu. Telah terpikirkan olehnya bagaimana jika di dalam perut rata itu ada janin sang buah hati mereka. Tentu saja Hurraim sangat tidak sabar. Dia menikah, tujuan menikah memang tidak melulu tentang anak. Akan tetapi, memiliki anak setelah menikah adalah suatu kebahagiaan. Hurraim sendiri tidak pernah berniat untuk menunda-nunda punya anak. Jika Tuhan berkehendak, maka dia berharap Sandrina segera diberi momongan. "Semoga secepatnya kamu mengandung anak kita, sayang," ucap Hurraim dengan suara lembut. Sandrina tersenyum tipis. Waktu itu dia dengan Michael pun mengharapkan hal yang sama. Setiap saat menanti kehadiran sang buah hati mereka. Namun, takdir tidak sampai membuat mereka memiliki anak. Bahkan Sandrina sempat dituding wanita mandul oleh mertuanya sendiri. Semoga saja kali ini tidak. Sandrina sebenarnya sedikit trauma jika seandainya Tuhan sedikit lama memberikan anak padanya. Khawatir mertuanya mengira di

  • Diceraikan Suami Toxic, Dibahagiakan CEO Romantis   Aku Milikmu

    Selesai pesta pernikahan, Hurraim membawa kabur Sandrina ke sebuah hotel mewah yang sudah dipesannya. Segenap keluarga melepas dengan penuh kebahagiaan. Senyuman mengembang di sudut bibir kedua mempelai pengantin pria dan wanita. Taburan bunga mengiringi kepergian mereka. Sorak sorai keceriaan menambah kesan bahagia di sana. "Kamu milikku sayang!" ucap Hurraim. Pria tampan itu membopong tubuh ramping Sandrina dari luar hingga ke dalam hotel. Nuansa honeymoon terasa kental di sana. Taburan bunga dan gemerlapan lampu menyambut mereka. Belum lagi aroma harum dari berbagai sudut pun tercium menyengat indera penciuman mereka. "Malam ini aku tidak akan menahan diri lagi," ucap Hurraim lagi. Pria tampan itu nampak perkasa. Dia bahkan tergesa-gesa dan tidak sabaran. Maklum, Hurraim adalah sosok pria dewasa yang tidak pernah melakukan hubungan intim dengan wanita mana pun. Maka saat dia telah menikahi wanita pujaan hatinya, jangan heran jika Hurraim begitu semangat dan tidak sabar. Sekaran

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status