"Kenapa sih kok kayanya sekarang sering banget ketemu dokter Andreas tanpa sengaja. Mending kalau sama dokter Andreas aja, ini pasti lengkap sama mas Yudistira. Mulutnya itu loh kalau ngomong suka asal ceplos," gumam Anjani berbicara pada dirinya sendiri"Dunia terasa sempit kayanya. Dari sekian orang kenapa harus ibunya dokter Andreas yang tadi aku tolong. Nggak bisa gitu ketemunya sama penulis favorit aku," Anjani terkekeh sendiri dengan khayalannya.Perjalanan pulang terasa begitu panjang. Selain karena macet juga beberapa kali ia terhambat lampu merah. Anjani seperti menemukan dirinya yang dulu yang selalu kemana-mana membawa kendaraan sendiri menikmati jalan dan bernyanyi sendiri di mobil. Anjani yang memang aktif sejak masih sekolah sampai kuliah mengharuskan dirinya bisa membawa kendaraan sendiri agar tidak merepotkan orang lain.Hanya saja Anjani sudah tidak pernah pergi menggunakan mobil semenjak menikah dengan Baskara. Pergi memakai motor pun hanya sesekali jika memang ia ad
Sebulan berlalu, Anjani lebih fokus dengan dunia menulisnya. Ia memantau progres bukunya yang akan terbit. Anjani bahkan mengepakkan sayapnya menulis dari satu platform ke platform lainnya dan pembacanya sama banyaknya.Hari ini, ia sedikit bosan Anjani memutuskan untuk pergi ke glosir untuk belanja bulanan. Biasanya yang belanja ART yang ada di rumahnya, tapi kali ini Anjani menawarkan diri untuk dirinya saja yang pergi.Di glosir besar, Anjani belanja cukup banyak terutama camilan untuk ia stok di kamar. Selesai berbelanja, Anjani membawa trolly ke arah mobil. Tapi langkahnya terhenti saat melihat seorang wanita yang sedang berebut tas dengan jambret.Tanpa pikir panjang Anjani langsung membantu wanita itu dan memukul jambret tersebut."Tolooong! Jambret!" teriak Anjani dengan tangan yang masih tetap memukuli jambret ituTeriakan Anjani mendapatkan perhatian orang-orang sekeliling. Satu persatu orang berdatangan. Jambret itu panik dan melepas tas dengan kasar sampai wanita yang memp
Selly dan Anindita benar-benar kaget dengan kabar yang mereka dengar. Antara tidak menyangka dan sulit percaya mendengar Anjani bercerai dengan pria pilihannya. Anjani menceritakan semuanya dari awal. Mereka merasa iba saat tahu alasan Anjani memilih untuk menyudahi rumah tangganya."Siapa sih ceweknya? Gue penasaran deh," tanya Anindita sedikit kepo. Wanita mana yang mampu memporak porandakan rumah tangga sahabatnya?"Model... Namanya Melati," sahut Syahira dengan nada malas.Terlihat kening Selly yang mengerut."Kok gue kaya tahu ya... Bentar, gue cek dulu," tangan Anindita membuka aplikasi dan mencari nama Melati yang dimaksud oleh Syahira.Ia kaget karena wanita yang di maksud adalah model yang beberapa kali dipakai oleh perusahaannya."Ini beneran cewek ini? Masa sih? Dia itu sering banget diminta sama bos gue buat dijadiin model kalau kita luncurin produk baru... Jujur ya, gue liat dia sebenernya biasa aja, cuma nggak tahu kenapa bos gue selalu kekeh pengen orang ini," jelas Ani
Di rumah Baskara, semuanya berkumpul termasuk Melati. Ia mengadu kepada Basakra perihal Clarissa yang mengundurkan diri sebagai managernya. Melati mengira semua yang dilakukan Clarissa hanya ancaman kosong semata, rupanya dia benar-benar tidak mau lagi bekerja dengannya. "Gimana ini bas? Masa aku harus cari manager lagi disaat kerjaan aku banyak," ucap Melati yang begitu frustasi. Baskara ikut bingung karena ia tidak mengerti dunia kerja Melati. "Coba kamu minta tolong temen kamu yang lain, siapa tahu ada yang mau jadi manager kamu... Masa sih model kaya kamu gak dilirik sama orang? Pasti ini bakalan jadi kesempatan buat mereka gabung sama kamu," sahut Basakra mencoba menenangkan kekasihnya. "Bentar deh, aku coba tanya dulu temen aku yang lain, tapi..." Melati melirik sesaat Baskara "Kamu mau gak jadi manager aku buat sementara selama aku cari manager pengganti Clarissa? Kerjaan aku tetep harus ada yang handle, bas... Dan cuma kamu yang sekarang bisa aku andalkan.” Melati berkata
Anjani melajukan mobilnya ke arah puncak. Meski sudah sedikit tegar tetap saja perasaannya belum sepenuhnya pulih. Ia pun memilih untuk melipir sejenak ke arah puncak, berharap ia bisa menikmati waktunya sendiri.Di jalanan yang cukup lengang Anjani menekan gas sampai mobil melaju cepat. Di belakang, satu mobil mengikuti meski tidak Anjani sadari.Anjani keluar dari mobil. Ia menatap hamparan luas di hadapannya udara sejuk dan sedikit dingin menusuk kulitnya."Diminum dulu," seseorang menyodorkan segelas air hangat ke hadapan Anjani.Anjani kaget tiba-tiba ada yang memberinya minuman. Kepalanya melihat sedikit tidak percaya."Dokter Andreas," ucap Anjani masih tidak percaya.Andreas tersenyum dan berdiri di samping Anjani yang sedang bersandar di kap mobil."Cuaca cukup dingin, bandrek bisa sedikit menghangatkan tubuh kamu," ucapnya lagi tangannya masih mengulurkan gelas.Anjani mengambil bandrek yang ditawarkan oleh Andreas. Ia melihat ke belakang pria itu, mencari Yudistira yang bia
Anjani masih termenung. Ia tidak tahu bahwa semua pesan yang masuk ke email dan aplikasi chatnya berasal dari teman lamanya. Ia bertanya kenapa Clarissa bisa memberikan itu semua. Clarissa hanya memberi alasan, ia merasa berhutang budi atas kebaikan yang sudah diberikan oleh Anjani saat SMA. Ia selalu ingat bagaimana Anjani sudah banyak membantunya. Clarissa tahu, mungkin ini adalah bentuk pengkhianatan. Tapi melihat perilaku Melati yang tidak sejalan dengan prinsipnya memaksanya untuk membongkar semuanya kepada istri sah yang kebetulan orang yang ia kenal. "Dari mana aja? Perasaan tadi elu ikut gue ke pengadilan, kok tiba-tiba ngilang," ucap Melati bertanya kepada managernya. "Gue ada urusan," sahut Clarissa tidak peduli. Melati hanya mencebik saja melihat managernya yang cuek. "Clarissa, elu tuh sebenernya kenapa? Lu ada masalah sama gue? Gue liat-liat elu kayanya ngejaga jarak kaya gitu? Kalau ada yang salah dari gue, ngomong lah! Jangan cuma bisanya diem aja.” "Lu yakin g