Share

6. Allan Maverick

Allan POV

Flashback On 

Rosemary Winata Anderson, sosok wanita yang aku jumpai di salah satu klub malam dalam keadaan yang sangat seksi dan menggairahkan. Bagaimana tidak, jika dia mengenakan gaun warna merah menyala dan juga lipstik warna senada. Belahan dadanya yang menyembul keluar separuh dari gaun belahan dada yang rendah yang ia kenakan, belahan gaun yang ada di bagian pahanya, menampakkan pahanya yang putih mulus, membuat aku sungguh ingin menapakkan tangan ku di atas sana, mengelusnya, menggoda nya.

Aku berjalan menuju ke meja tempat nya duduk dengan membawa dua wine untuk ku berikan padanya.

"Hei, seksi! boleh aku bergabung denganmu?" Tanyaku yang langsung duduk tanpa menunggu persetujuan dari nya.

Aku melihat sorot matanya yang menatap diriku dengan tatapan yang sulit untuk ku artikan. It's ok, setidaknya dia tidak mengusirku yang datang dan langsung duduk tanpa dipersilahkan.

"Ini untukmu, Namaku Allan Maverick. Kau bisa memanggilku Allan jika kau ingin," ucap Allan sambil memberikan satu gelas wine yang ia bawa tadi untuk nya.

Dia tidak menolak, tapi aneh nya dia malah langsung mendekatkan dirinya ke arahku dan membelai dadaku dengan seksi. Dia menggoda ku dengan menaikkan satu kakinya ke atas pahaku, berbisik manja dan seksi. Membuat gairahku bertambah naik dengan godaan nya.

"Baiklah Allan, namaku Rosemary Winata Anderson. Kau bisa memanggilku Rose jika kau ingin. Aku sedikit merasa bosan di sini, Apa kau mau bermain sesuatu yang menarik denganku?" Bisiknya di telingaku hingga payudaranya menempel di lenganku.

Hembusan nafasnya Menyapu telingaku dengan hangat, mengedipkan mata nya sambil menggigit bibir bawahnya. Sungguh penampakkan yang sangat seksi. Rasanya aku ingin sekali menerjangnya saat ini juga, mengurungnya di bawahku dan menjelajahi setiap inci tubuhnya.

"Apa kau yakin, baby? Aku tidak yakin kau bisa menarik ucapanmu kembali jika aku menerima tawaran mu sekarang.

Aku menarik tengkuk nya, mencium bibir nya dengan panas dan kasar, menjelajahi setiap rongga mulutnya. Tanganku pun tak tinggal diam, aku meremas payudara nya dan membuat dirinya menggeram erotis.

"Apa kau mau melakukan nya disini dan ditonton banyak orang, sayang?" Tanyanya di sela ciuman panas kami.

"Aku sama sekali tidak keberatan jika kau mau," kataku sambil meremas bokong sintal nya.

"Kita ke apartemenku saja," ajak Rose, lalu mengangkat satu kaki nya yang ada di pahaku.

Tak butuh waktu lama untuk tiba di apartemen nya. Saat aku dan dia sudah ada di dalam kamar nya, aku tidak berbasa-basi lagi. Aku mencium bibirnya lagi dengan panas dan lebih menuntut. Tanganku bergerak mencari sesuatu dari balik celana dalam nya.

Setelah menemukan apa yang aku cari, aku langsung memainkan nya,mengusapnya dengan jariku menggerakkan jariku dengan cepat, hingga tak lama tubuhnya menegang, menandakan bahwa dia akan meledak. Hanya dengan permainan tanganku saja dia sudah kelimpungan, bagaimana jika langsung dengan juniorku. 

Entah sejak Kapan aku dan dia sudah telanjang tanpa sehelai benangpun.

"Mmpphh give me more darling, aaahhhh ... Fuck me now baby," teriak nya dengan erotis.

Tak mau menunggu lagi, aku langsung memasukkan milikku ke dalam miliknya yang sudah basah karena permainan tangan ku.

"Ooohh, shit! are you seriously? You're still a virgin! thank you darling, kau membuat ku menjadi yang pertama."

Aku menghujam milikku semakin dalam setelah berhasil merobek selaput keperaw4nannya. Aku melajukan pinggulku maju mundur dengan cepat. membuatnya menggelinjang keenakan.

***

Devan buru-buru menyelesaikan pekerjaan nya. Ia ingin memberikan kejutan pada kekasih tercinta nya. Devan berencana akan melamar Bella untuk menjadi istri nya pada malam ini.

Tak butuh waktu lama Devan menyelesaikan pekerjaan nya karena hari ini memang pekerjaan nya hanya sedikit.

"Erik, apa kau yakin Rose akan menerima lamaranku? Entah kenapa aku jadi agak sedikit ragu untuk melamarnya malam ini," kata Devan pada sekertaris sekaligus sahabat nya itu. Seolah Devan merasakan sesuatu yang sedang terjadi.

"Kenapa kau jadi ragu dan tidak bersemangat? Bukankah sebelumnya kau begitu yakin Rose akan menerima lamaranmu? Sudahlah, kau jangan memikirkan yang bukan-bukan, lebih baik kau segera pulang sebelum Rose-mu tambah merajuk kau abaikan sejak kemarin," jawab Erik memberi semangat pada sahabatnya itu.

"Aku bukan sengaja mengabaikannya, tapi karena aku ingin memberinya kejutan. Aku merasa bersalah padanya karena selalu menolak nya melakukan hal yang belum sepantasnya kami lakukan, sebelum kami menikah," kata Devan sambil mengingat penolakan-penolakan yang ia berikan pada Rose.

Bukan karena tak cinta atau tak sayang, Devan melakukan bini semata-mata hanya ingin menjaga wanitanya. Ia tidak ingin melakukan sebelum hubungan nya benar-benar sah dimata hukum dan agama.

"Hahaha, aku yakin setelah ini kau tidak akan menolak nya lagi, bahkan mungkin bisa saja kau yang menerjang nya duluan," kata Erik dengan bercanda.

"Ya sudah lah aku pulang dulu, lebih baik aku bersiap-siap dengan rencanaku daripada aku harus mendengar celotehan yang tak berguna. Aku sungguh tidak sabar melihat bagaimana wajah terkejutnya," jawab Devan dengan nada menyebalkan.

Devan telah tiba di Mension nya, ia segera mandi dan berganti pakaian nya, mengambil kotak kecil berbentuk persegi yang di dalam nya terdapat sebuah cincin berlian seharga satu juta Euro yang ia pesan di Belanda melalui rekan bisnisnya. Bukan perkara susah untuk Devan jika menyangkut orang yang sangat di cinta nya.

Devan  menaiki mobil Bugatti La Voiture Noire. Mobil asal Prancis yang dibanderol dengan harga 12,5 juta dolar AS atau setara dengan 177,6 Miliar ini yang menjadi pilihan nya saat ini. Mobil legendaris dengan harga sadis. Hahaha ...

Devan tiba di The Residence Pacific Place, Ritz Carlton Jakarta. Salah satu apartemen mewah yang Devan  berikan untuk Rose sebagai hadiah saat dirinya ulang tahun. Pria itu memasuki lift dan menekan tombol 10.

Devan tiba di depan pintu apartemen Rose. Devan menekan bel berulang-ulang namun belum ada tanda-tanda jika pintu akan dibuka. Devan mencoba menelepon Rose namun tak juga diangkat. 

"Apakah dia marah karena aku abaikan dua hari ini ya? Tidak biasa nya dia begini," Devan bertanya-tanya dalam hati. "Aah lebih baik aku langsung masuk saja, mungkin dia sedang mandi," kata Devan lagi.

Devan mencoba membuka pintu nya dan ternyata pintu nya tak di kunci.

Devan mencari keberadaan sang pujaan hati namun tak kunjung ia temui. Maklum saja Apartemen Rose sangat Luas, jadi membutuhkan waktu untuk menjelajahi setiap ruangan nya.

"Aneh, kenapa pintunya tidak dikunci? Dasar ceroboh sekali wanitaku ini." Ucap Devan saat ia menyadari kalau ternyata pintunya tidak di kunci.

Devan menaiki lantai atas mencoba mencari dimana kekasih nya berada. Bukan kekasih nya yang ia jumpai, namun belum sampai Jans pada Kamar yang dituju telinga Devan mendengar suara aneh di salah satu kamar yang ada di atas sana.

Devan mendengar desahan demi desahan keluar secara erotis dari mulut wanita yang ia dengar. Bukan nya hilang, justru desahan-desahan itu terdengar lebih kuat dan tanpa jeda.

Tubuh Devan bergetar hebat mendengar nya, lutut nya lemah seolah tak kuat untuk melanjutkan yang ia cari.

"Nggak, nggak mungkin kan kalo itu Rose. Sayang, kamu dimana?" Teriak Devan memanggil Rose.

Seolah tak ingin di buat penasaran, Devan menguatkan kaki nya untuk membuka satu persatu kamar yang ada di atas. Saat baru tiba di kamar yang kedua, Devan  terbelalak sempurna melihat sepasang lelaki dan wanita tengah memadu kasih, bercinta dengan panas nya di tambah dengan desahan dan teriakan si wanita yang Devan cari-cari dari tadi.

BBRAAAKKKK!!!

"Brengsek kalian, berani beraninya kalian bermain di belakang ku!!"

BUGH.. BUGH.. BUGH.. Teriak Devan lalu menghajar laki-laki yang sudah berani bergumul dengan wanitanya.

"Devan stop!! berhenti Dev!! ini semua gak seperti yang kamu bayangin. Devan berhenti, stop!!" teriak Rose mencoba untuk melerai perkelahian itu dengan tangan memegang selimut, mencoba untuk menutupi tubuh telanjang nya.

Saat Rose meraih tangan Devan agar dia berhenti menghajar pria yang bercinta dengan nya tadi, namun bukan nya berhenti, Devan justru berbalik arah lalu ...

PLAAKK!!

"Apa ini balasanmu untukku yang menjaga dirimu dan mencintaimu ha!! " Devan menampar pipi Rose.

Kemurkaan Devan bertambah saat Devan  melihat ada bercak darah di sprei, tempat mereka bergumul dengan menjijikan.

PLAAAK.. PLAAK..PLAAK..

"Dasar pelacur murahan!! bisa-bisanya kau menghianati ku setelah semua kemewahan, cinta dan kasih sayang yang aku berikan padamu. Apa salahku padamu jalang!!" teriak Devan setelah menampar dan menjambak rambut Rose.

Rose benar-benar tidak percaya dengan apa yang baru saja ia lihat. Wanita yang ia lindungi, cintai dan juga ia sayangi justru dengan kejam menghianati nya dengan cara yang sangat menjijikan.

"Sayang, dengerin aku dulu. Aku gak bermaksud untuk mengkhianati kamu. Aku salah, aku khilaf. Aku pernah minta sama kamu dulu bukan? Tapi apa yang kamu bilang? Kamu bilang kalau kita belum SAH jadi suami istri. Aku bosan Dev dengan gaya pacaran kita yang terlalu monoton!" ucap Rose berusaha membela diri.

"Oooh,, jadi kamu bilang kalau kamu khilaf lalu kamu dengan senang hati memberikan tubuh kamu dengan dia dan mendesah dengan erotis suka rela di bawah tubuhnya? iItu yang kamu bilang khilaf Ha!!" teriak Devan.

"Nggak gitu Dev, aku tadi mabuk, aku gak sadar kalau aku sampai ngelakuin hal sejauh ini. Aku pasti di jebak Dev" kilah Rose mencoba membodohi Devan.

Tapi Devan bukanlah lelaki bodoh yang gampang dibodohi lalu dengan mudah dipengaruhi oleh air mata buaya. Apalagi dengan sesuatu yang sudah jelas-jelas ia tahu dan ia melihat dengan mata kepalanya sendiri.

"Hahahaha ... Kau mabuk? Kau di jebak? Lalu kenapa jika kau mabuk, dia tidak membawamu ke hotel atau ke rumah nya saja? Kenapa kau malah membawanya ke Apartemen ini? Apa itu yang kau bilang kau sedang mabuk dan dijebak Ha!!" teriak Devan lagi sambil mencengkram dagu Rose kuat-kuat.

"Pergi kau dari sini! aku tidak mau melihat mukamu lagi. Mulai sekarang kau dan aku tidak ada hubungan apa-apa lagi. Pergilah Sejauh mungkin! jika aku masih melihatmu dan dia berkeliaran di negara ini, aku pastikan kau tidak akan lagi melihat matahari" Usir Devan pada Rose sekaligus memberinya peringatan.

"Nggak Dev, kamu gak boleh kaya gini sama aku. Aku gak mau kita putus Devan. Please dengerin aku" ucap Rose histeris sambil meraih tangan Devan.

Sungguh Rose tak menyangka jika perbuatan iseng nya akan berakhir jadi seperti ini. Namun Devan malah mendorongnya hingga jatuh tersungkur di lantai. Devan bukan tipe lelaki yang mudah memaafkan jika sudah dikhianati.

"Pergi sekarang juga kubilang! atau kau ingin kekasih barumu ini ku gantung hidup-hidup denganmu di apartemen ini ha? Dasar Jalang tak tahu diri!! perempuan murahan!!" ucap Devan yang menghina dan mencoba mengendalikan emosi nya.

Tapi Devan bukanlah tipe orang yang tidak menepati omongannya jika dia sudah mengucapkan atau memperingati sesuatu namun tidak diindahkan ucapan nya.

Rose memunguti pakaiannya yang berserakan, memakainya lalu memakaikan pakaian laki-laki yang tidur dengan nya dan keluar dengan memampah laki-laki yang tersungkur babak belur dihajar oleh Devan.

"Aku bersumpah, aku akan membalas mu, Dev! Kau sudah menghina dan menginjak harga diriku." Ucap Rose dengan tangan mengepal saat mengucapkan sumpah nya.

Ia tidak terima dengan penghinaan yang diberikan oleh Devan. Jelas-jelas ini bukanlah sepenuhnya kesalahannya, melainkan kesalahan dari Devan juga yang berulang kali menolak diri nya.

Akhir nya Rose dan Allan memutuskan untuk pergi ke Amerika dan memulai semuanya dari awal, menyusun rencana dengan matang untuk membalaskan dendam nya suatu saat nanti.

Flashback Off

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status