Share

7. Permintaan Doni Prayoga

Pagi-pagi sekali Erik sudah sampai di mansion Devan. Apalagi yang dia lakukan kalau bukan untuk mengganggu Devan.

"Astaga! Dev, kau benar-benar pemalas ... bangun hei, ini sudah pagi. Aku yakin kau tidak ingin melewatkan berita pagi ini kan?" Teriak Erik sambil mengguncang tubuh Devan.

Erik selalu seperti itu kepada Devan jika sedang di luar kantor. Namun siapa yang tahu jika Erik seperti itu hanya saat bersama dengan Devan saja. Erik yang lain akan muncul saat di kantor ataupun dimana saja jika sedang tidak bersama Devan.

Erik adalah sosok yang sangat patuh, pendiam dan juga dingin saat di kantor maupun diluar. Banyak yang bilang jika raut wajah Devan dan Erik tidak ada bedanya, sama-sama memiliki tampang datar, dingin dan juga sulit di tebak maupun di dekati.

Devan yang di teriaki tidak juga begerak bangun, membuat Erik kembali berteriak kepadanya.

"Jika kali ini kau tidak juga bangun, jangan salahkan jika aku mencium bibirmu Dev. Aku tau kau pasti sangat menginginkan nya kan." Kata Erik dengan seringai nakal nya."Ckkk kau ini  benar-benar…." Imbuh nya lagi namun terhenti ketika Devan mendadak berbicara.

"Selangkah saja kau maju, aku penggal kepalamu lalu aku berikan kepada Blacky!! ( anjing peliharaan Devan )" kata Devan yang sudah mulai tersulut emosi karena ulah Erik.

"Apa kau tidak memiliki waktu untuk hal yang lain selain mengganggu tidurku? Terakhir kau menggangguku hanya karena kau ingin memberitahu jalang sialan itu telah kembali? Lalu ini apalagi ha?" Imbuh Devan yang sudah sangat kesal.

"Oh, jadi kau menyalahkanku karena aku memberitahumu Rose telah kembali? Baiklah aku tidak akan memberitahu informasi tentang nya lagi padamu." Sungut Erik yang berpura-pura merajuk.

"Aaiisshh ... sudah lah, cepat katakan, hal apa yang membawamu pagi-pagi buta seperti ini datang mengganggu tidurku?" Kata Devan mencoba mengalah dengan sahabat nya itu.

"Mmmm, tidak ada." Kata Erik mencoba untuk menggoda Devan.

"Kau …!" Teriak Devan yang sudah geram karena ulah konyol asisten pribadi nya.

"Ah iya baiklah, baiklah. Baru begitu saja sudah marah, pantas saja wanita enggan dekat-dekat denganmu ... garang. Dev, Kau ingat dengan gadis yg pernah kau ceritakan tempo hari? Ternyata dia masuk dalam target nya Rose untuk membalaskan dendam nya padamu.

"Waktu itu aku sedang ada di salah satu minimarket yang ada di sekitar taman. Tak sengaja aku melihat Bella sengaja menabrakkan diri pada seorang gadis yang sedang memilih beberapa belanjaan. Rose sengaja menjatuhkan dompetnya secara diam-diam dan pergi begitu saja. Aku sangat yakin jika dia sudah merancang suatu rencana untuk membalasmu. Namun yang aku tidak mengerti, kenapa Rose melibatkan gadis itu untuk melancarkan rencana nya?" Kata Erik menjelaskan panjang lebar.

Setelah Erik menjelaskan panjang lebar kepada Devan, ia dibuat bingung dengan ekspresi Devan yang datar dan biasa-biasa saja.

Devan duduk di ranjang nya lalu mulai memberi tahu Erik sesuatu yang belum ia ceritakan.

"Apa kau menggangguku karena berita sampah ini? Kau tahu Erik, jauh sebelum kau memberitahuku, aku sudah terlebih dahulu tahu tentang kebusukan nya Rose.

Gadis itu, entah memang polos atau benar-benar bodoh. Dia datang kemarin ke sini dengan membawa sebuah dompet dan tangan yang memegang secarik kertas, mungkin di kertas itu tertera sebuah alamat.

Gadis itu mengira mansion ini milik Rose. Tapi begitu ia tahu bukan Rose yang ia temui, ia memaki-maki diriku dengan mengatakan aku lelaki sialan. Aku mengira dia datang untuk membayar hutang nya, tapi aku salah.

Dia datang dengan niat lain, meski gadis itu tidak menjelaskan kenapa dia bisa kesini, aku langsung tahu dengan melihat sebuah dompet yang ada di tangan nya. Dompet itu adalah dompet pemberian hadiah dariku saat aku dan jalang itu merayakan hari jadi hubungan kami.

Di dompet itu ada foto diriku dan Rose yang sedang bergelayut mesra di lengan ku. Aku juga dulu punya foto yang sama.

Kau tau Erik? Aku tahu semua tentang rencana Rose yang ingin membalasku. Aku akan mengikuti permainan nya dan akan membuat nya tahu, siapa pemenang yang sesungguhnya," kata Devan menjelaskan kepada Erik yang diam mencerna semua perkataan dari Devan.

"Sudah lah Erik, kau dari dulu memang bodoh, mana mungkin kau bisa mencerna perkataan ku dengan mudah." Imbuh Devan lagi.

Devan dan Erik memutuskan perdebatan mereka. Devan dan Erik berangkat ke kantor setelah melakukan sarapan bersama.

"Aku seperti nya mulai suka sarapan pagi di mansion mu. Koki-koki mu pandai memasak dan masakannya sangat lezat" kata Erik dengan binar mata ceria menceritakan masakan yang dibuat para koki di mansion Devan.

"Hahahaha, Sudah ku katakan jika kau memang bodoh dari orok. Mana mungkin aku mempekerjakan koki yang tidak handal Erik. Ada apa denganmu yang semakin bodoh saja semenjak kau pulang dari bali? Apa turis-turis berbikini di sana membuat otakmu jungkir balik ha?" Kata Devan dengan mengejek Erik.

"Sudahlah aku malas berbicara dengan manusia robot sepertimu" jawab Erik dengan raut wajah cemberut.

"Memang nya ada robot setampan diriku, Erik?" Kata Devan dengan percaya diri.

"Ya, terserah kau saja lah. Ada baik nya yang waras mengalah" jawab Erik tak mau kalah.

Setelah menyelesaikan sarapannya, mereka akhirnya tiba di kantor. Seketika wajah Devan dan Erik berubah seratus delapan puluh derajat. Yang tadi nya mereka saling tertawa karena candaan mereka di mobil, tiba-tiba saja raut wajah itu hilang entah kemana.

Baru saja Devan ingin masuk ke ruangan nya, salah satu pegawai nya memberitahu bahwa ada seseorang yang sedang menunggu nya di ruangan.

"Selamat pagi, Pak, Presdir sedang menunggu bapak di ruangan bapak" kata Jessica.

"Ya." Ucap Devan dengan datar.

"Untuk apa papa datang kesini secara tiba-tiba. Tumben sekali." Gumam Devan dalam hati.

Ya orang yang sudah menunggu Devan  adalah Robby Prayoga, ayah dari Devan Arkana Prayoga. Pemilik dari perusahaan Arkana Group.

Tok

Tok

Tok

Suara pintu diketuk.

"Masuk" kata seseorang dari dalam.

Ceklek

Devan  pun masuk dan menyapa papa nya.

"Selamat pagi pa, apa yang membuat papa pagi-pagi sekali sudah sampai di sini? Kenapa papa tidak mengundangku untuk datang ke rumah Papa saja?" Sapa Devan kepada papa nya.

"Apa aku salah mengunjungi putraku disini? Bagaimanapun juga, papa ingin melihat bagaimana perkembangan perusahaan kita, meski bukan itu tujuan utama papa kesini. Kapan kau akan menikah Dev? Sampai kapan kau akan berlarut-larut dalam masa lalumu Devan? Apa kau tidak memikirkan papamu yang semakin hari semakin tua ini Dev? Papa juga ingin melihatmu berkeluarga, mempunyai anak sebagai penerus Arkana Group. Papa harap dengan kembali nya Rose ke Indonesia, tidak memperburuk keadaan hati mu, Dev" jelas Robby kepada putranya.

"Darimana papa tau jika wanita murah-an itu sudah kembali?" Tanya Devan.

"Kau tidak perlu tahu darimana papa tahu jika Rose sudah kembali. Papa hanya ingin kau memikirkan masa depanmu Devan." Kata Robby berharap, pada putranya.

"Devan akan menikah jika sudah waktu nya menikah pa, papa tidak perlu cemas memikirkan Devan" jelas Devan pada papanya. Disini Devan agak terusik dengan permintaan papa nya yang entah sudah keberapa kalinya.

"Papa gak mau tau, jika kamu dalam waktu satu bulan masih belum juga membawa wanita sebagai calon istrimu, papa akan jodohkan kamu dengan anak rekan bisnis papa!! Mau tidak mau kamu harus mau, papa sudah tidak bisa menerima dengan alasan mu yang selalu saja seperti itu," kata Robby menekankan kepada putranya lalu beranjak pergi dari ruangan Devan.

"Aaagghhh Brengseeeekk!!" Teriak Devan frustasi. Kali ini Devan tak dapat mengelak dari permintaan papanya yang terkesan memaksa.

Devan  mengambil ponsel nya lalu menghubungi seseorang lewat pesan aplikasi berwarna hijau tersebut.

Bagaimana, apa kau sudah dapat informasi yang aku minta kemarin?

Tak lama masuk pesan berisikan sebuah alamat seseorang yang Devan minta melalui orang kepercayaan Devan.

***

"Daddy, ayo dong anterin Febby ke tempat Tante Angel. Febby mau mainan sama Tante Angel, daddy.

Kemarin kan daddy udah janji, daddy bilang kalau Febby gak boleh kesana sendiri lagi tapi nanti daddy yang anter. Kok sekarang daddy gak mau anter Febby ke tempat Tante Angel?" Cerocos anak kecil yang merengek sejak tadi di kantor nya.

Mario benar-benar di buat sakit kepala dengan tingkah putrinya ini. Bagaimana tidak, baru saja kemarin ia kembali dari apartemen Angel, tapi hari ini sudah merengek tiada henti ingin berkunjung ke apartemen tante Angel-nya lagi. Febby lebih rela libur dari sekolah nya demi bisa bertemu dengan Tante Angel nya. Febby hanya ingin pergi ke sekolah ditemani dengan Tante Angel-nya...

"Enggak sekarang Febby, kan kemarin Febby habis dari tempat Tante Angel, pulang malam lagi. Mending sekarang Febby berangkat sekolah ya sama Mang Deden. Gak baik loh kalau Febby gak masuk sekolah, nanti Febby ketinggalan pelajaran lagi. Masa sekarang udah mau kesana lagi, lain kali aja lah ya sayang, papa juga kerjaan nya numpuk belum selesai. Febby ngertiin Daddy ya sayang?" Bujuk Mario pada putrinya. Ia merasa tidak enak jika harus terus menerus merepotkan Angel karena putrinya.

"Gak mau daddy, Febby mau nya sekarang ke tempat Tante Angel, Febby gak mau sekolah kalau bukan tante Angel yang anterin. Ayo daddy, ayoo sekarang, ayo daddy" rengek putrinya yang berakhir dengan air mata karena ia bentak.

"FEBBY!!! Kamu gak bisa dengar ya apa kata daddy!" Bentak Mario pada Putri nya yang berakhir dengan penyesalan karena telah membuat anak kesayangannya menangis.

Seumur-umur Mario tidak pernah marah apalagi membentak putri nya, tapi tidak kali ini.

Mario tidak habis pikir, ada apa sebenarnya dengan anaknya? Kenapa anaknya begitu bergantung kepada Angel.

"Daddy jahat! Daddy gak sayang lagi sama Febby" kata Febby di tengah isak tangis nya, lalu pergi keluar dari ruangan daddy nya.

Mario memijat pangkal hidung nya yang terasa pusing. Sudah memang karena pekerjaan nya yang menumpuk tiada habis nya, di tambah lagi dengan putri yang merajuk karena ia marahi.

"Astagaaaa, bisa gila aku lama-lama jika seperti ini terus." Ucap Mario dengan nada frustasi.

***

Angel sudah siap dengan nasi goreng yang ia buat. Pagi-pagi sekali Angel sudah berkutat di dapur mini nya. Pagi ini Angel membuat sebuah nasi goreng dengan telur dadar di atas nya.

Baru saja ia duduk di kursi meja makan nya, tiba-tiba pintu apartemen nya di ketuk.

Maklum, apartemen Angel bukanlah apartemen yang berkelas, jadi tidak ada bel yang dapat di pencet, melainkan hanya pintu yang dapat di ketuk.

Tok

Tok

Tok

"Iya sebentar!" teriak Angel dari dalam.

"Siapa sih pagi-pagi seperti ini sudah bertamu di tempat orang? Mengganggu saja." Gerutu Angel karena sarapan pagi nya terganggu.

Ceklek 

Suara pintu yang ia buka. Saat pintu terbuka, Angel dibuat kaget dengan tamu pagi nya.

Deghh!!

"Kamu …. "

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status