Putrinya bisa menikah dengan keluarga Brahmana? Pasti setelah ini, posisinya di ibu kota ini bisa naik beberapa tingkat.
Pria itu lalu segera memanggil kedua anak gadisnya dan Laras istrinya. Tomi terlihat sangat bersemangat dengan senyum lebar di hadapan Laras dan kedua anak gadisnya. Dia lalu berkata, "Nyonya Brahmana baru saja menelponku, dia bilang dua hari lagi akan datang ke rumah kita untuk melamar putri kita." "Melamar putri kita?" tanya Laras agak kebingungan. "Melamar siapa? Terus , Nyonya Brahmana itu siapa?” Laras terlihat berpikir, lalu setelah ingat sesuatu dia berkata setengah berteriak karena kaget. “Nyonya Brahmana, maksudmu, keluarga kaya raya itu?” "Iya, ya yang itu, lah! Nyonya Brahmana! Dia bilang, Tuan muda Shaka sangat menyukai anak gadis kita. Sekarang ini, dia itu sedang ada di luar negeri dan akan segera terbang kembali ke sini. Setelah dia tiba di tanah air, dia akan datang ke rumah kita untuk mengatur perjodohan dengan anak kita." "Apa?" Mendengar berita itu, Laras juga berubah jadi sangat antusias. Dia menoleh, menatap kedua anak gadisnya yang tampak bengong karena ketinggalan berita. "Rania , Lisa? Siapa di antara kalian? Ini benar-benar membuatku bangga… haha! Semua orang tahu kalau Tuan Muda Shaka memang ingin menikah, tapi tidak tahu siapa gadis yang akan dipilihnya. Dan ternyata itu adalah anak gadisku! Tuan Muda Shaka benar-benar punya pandangan yang baik! Dia tahu barang yang bermutu!” Lisa menundukkan kepalanya dan bergumam, "Bukan aku..." Dia menatap kakak perempuannya Rania, yang duduk di sebelahnya dengan sedikit iri dan juga kesal. Tanpa diduga-duga, kakaknya itu ternyata adalah tunangan Tuan Muda Shaka dan tidak memberitahunya. Padahal dia adalah adik kandungnya sendiri, benar-benar kelewatan! Rania juga merasa aneh. Lalu, dia teringat sesuatu, dia kemudian menepuk jidatnya dan berteriak kaget, "Ah, iya! Aku ingat! Malam ini tadi saat aku pergi ke toko obat, aku memang melihat mobil Tuan muda Shaka terparkir di sana. Pantas saja, aku melihatnya menatap ke arahku terus. Aku berdiri beberapa saat, tapi mobil itu tidak kunjung pergi. Dan setelah aku pergi, aku menoleh lagi untuk melihat, tapi mobil itu sudah tidak ada." "Kalau begitu, memang benar! Tidak salah lagi!" kata Tomi menepuk pahanya dengan semangat. "Pasti itu kamu." "Ah anak gadisku, kamu benar-benar kebanggaan ibu! Bisa menikah dengan Tuan Muda Shaka, berapa banyak orang di ibukota ini yang bakal iri denganmu!" Ucap Laras sambil memeluk Rania. Rania merasa kalau dirinya seperti kejatuhan durian runtuh dan hampir pingsan saking senangnya. Ditengah kebahagiaan seisi orang rumah yang tidak karu-karuan itu, Lisa pun berkata dengan suara yang terdengar lemah, "Tapi.. Bukannya pernikahanmu dengan Rega baru saja dirundingkan?" Dan satu kalimat itu mampu membuat semangat seluruh orang di satu ruangan itu menghilang. Tomi memang sudah membuat janji kesepakatan kerjasama dengan keluarga Lesmana. Dan untuk menjalankan kerja sama itu, mereka juga memutuskan melakukan pernikahan antara Rania dengan Rega anak lelaki yang terhormat dari keluarga Lesmana. Ditambah lagi, hal itu sudah ditentukan dan keduanya akan dipertemukan besok. "Bagaimana ini? Di satu sisi ada keluarga Lesmana, disisi lain ada keluarga Brahmana?" kata Laras dengan panik. Tomi pun berkata tanpa perasaan, "Tentu saja keluarga Brahmana, lah! Apa keluarga Lesmana bisa dibandingkan dengan keluarga Brahmana?" "Tapi keluarga Lesmana juga lumayan, ditambah lagi rencana kerja sama itu sudah mencapai persetujuan. Dalam satu tahun, sedikitnya bisa menghasilkan beberapa puluh milyar..." Mendengar hal itu, perasaan Tomi menjadi bimbang. Laras tiba-tiba tersenyum dan berkata, "Tidak apa-apa. Soal ini gampang untuk dipecahkan. Kita kan bukan hanya punya seorang anak perempuan, bukannya masih ada Lisa? Biar dia yang bertemu dengan Rega dan Rania dinikahkan dengan Tuan muda Shaka." "Itu tidak mungkin!" bentak Tomi sambil mengernyitkan alisnya dengan kesal. "Lisa masih di bawah umur, jadi tidak bisa. Sepertinya, kita cuma bisa mengesampingkan rencana perjodohan dengan keluarga Lesmana. Setelah menikahkan Rania dengar Tuan muda Shaka, maka akan ada banyak orang yang lebih baik nantinya datang untuk memperistri Lisa. Janganlah kita merasa sayang dengan sesuatu yang kecil sampai-sampai membuat kita kehilangan sesuatu yang besar." Keputusan Tomi memang tepat, namun kalau dipikir-pikir, memang ada kemungkinan keluarga Lesmana akan memusuhi mereka dan menjadi tidak kooperatif jika mengesampingkan pernikahan itu. Mereka akan kehilangan beberapa puluh milyar setiap tahunnya dengan sia-sia dan hal itu juga cukup menyakitkan hati. Tiba-tiba Rania mendapatkan sebuah ide cemerlang. Dia langsung berjalan ke hadapan Tomi, memegang lengan ayahnya dan berkata dengan bahagia, "Ayah, kita masih bisa bekerja sama dengan keluarga Lesmana." Tomi sedikit terkejut dan bertanya, "Apa kamu ingin dinikahkan dengan Rega?" "Tidak, kok!" "Adikmu masih belum cukup umur, tidak bisa kalau dijodohkan dengan keluarga Lesmana," kata Tomi. "Bukan!" ucap Rania. "Ayah, kamu lupa ya, kalau masih punya satu anak perempuan lagi? Ayah bisa membuatnya untuk menikah dengan Rega!" "Aku masih punya satu anak? Ah…” Tomi tiba-tiba berteriak keras, "Benar juga! Bagaimana bisa aku melupakannya. Aku masih punya satu anak perempuan lagi dan bisa membuatnya menikahi Rega Lesmana! Benar, benar, ini ide yang sangat bagus! Aku akan meneleponnya dan memintanya untuk datang ke ibu kota." *** Sementara itu, selama satu minggu di ibukota, Lirea sama sekali tidak mengaktifkan ponselnya. Baru hari ini dia mengaktifkan ponselnya untuk beberapa jam, tapi bukan telepon dari ibunya yang masuk, melainkan malah telepon dari orang itu. Lirea melirik jam untuk melihat waktu, rupanya sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Orang itu meneleponnya pada jam seperti ini, apa mungkin Rania sudah mengadu padanya? Apa pria itu akan menyuruhku agar jangan berkhayal? Jangan berkhayal perkara apa? Jangan berkhayal untuk memanggilnya ayah atau jangan berkhayal untuk meminta uang darinya? Sepertinya, aku memang tidak pernah berkhayal soal itu semua… Lirea meletakkan ponselnya di atas kasur. Dia membiarkan benda itu berdering dan tidak mempedulikannya. Saat itu, Shaka muncul dari kamar mandi dengan kepulan uap putih yang menyembur kemana-mana, membawa aura yang begitu menggoda. Tubuhnya yang cukup seksi itu hanya ditutup dengan sehelai handuk pada bagian bawah. Dia lalu menggosok-gosok rambut pendeknya yang basah dengan gaya yang seolah menggoda. Shaka melirik Lirea yang sedang bermain game di atas kasur. Dia berkata, "Ponselmu bunyi, tuh!" "Ya, aku dengar. Biarkan saja. Aku tidak ingin mengangkatnya." "Siapa?" Tiba-tiba, Shaka mengulurkan tangannya, mengambil ponsel itu dan langsung memencet tombol untuk menjawab telepon, "Halo.." Lirea seketika melempar tabletnya dan berteriak keras, "Kenapa kamu menjawab telepon milik orang lain, sembarangan?!" Shaka sama sekali tidak memikirkan kalau hal ini bisa menyebabkan Lirea marah sampai seperti itu. Dia malah merasa kalau ini adalah hal yang wajar. "Kamu calon istriku, kenapa aku tidak boleh menjawab teleponmu? Atau mungkin kamu takut kalau ini adalah pria selingkuhanmu?" Lirea membelalakkan mata pada Shaka sambil bangkit dari kasur lalu berjalan ke arah balkon. "Kamu memang gila!" Sesampainya di balkon, Lirea lalu menempelkan ponselnya di telinganya dan berkata, "Ada urusan apa?" Lirea tidak menegur pria yang menelepon itu dengan sopan. Tapi dia berpikir kalau pria itu benar-benar suka pamer karena keempat angka paling belakang di nomornya, semuanya adalah angka lima. "Pria yang mengangkat telpon tadi siapa?" tanya Tomi di seberang telepon dengan suara yang sedikit mendingin. ____Karena sulit untuk membuatnya muncul secara langsung.Di lantai atas, dia mendengar Lirea tidak menyukai Shaka saat bermain game, dan menyuruhnya untuk menyingkir. Shaka hanya menatapnya saat itu dan mengatakannya dalam hati tanpa menunjukkan jejak apapun. Lirea tidak melihat tindakan itu, tetapi Resta benar-benar melihatnya.Dan dia benar-benar terpana.Shaka diteriaki, dan dia tidak marah.Hanya mengerutkan bibir, sepertinya tidak puas dengan permainannya dan melupakannya begitu saja.Setelah waktu yang singkat itu, Resta telah mengidentifikasi calon menantunya, Lirea.Lalu dia tertawa dan menarik tangan Lirea, "Bagaimana bisa aku tidak menyukainya? Sering-seringlah datang bermain ke rumah ini saat kamu ada waktu luang. Tidak ada wanita di keluarga kami, dan tidak ada teman untuk menghilangkan rasa bosan. Sekarang Shaka sudah berhasil mencarikan teman untukku. Aku terlalu senang memilikinya!"Mendengar itu, Lirea memberikan senyum termanisnya, "Baik."Resta segera memberi Lirea kaki
Khawatir Lirea akan menderita jika bersama dengan Shaka.Siapakah Shaka? Lirea sama sekali tidak bisa mengendalikannya. Di hadapan Shaka, ini hanya soal pengakuan.Akhirnya, Resta mengeluarkan sepanci besar sup dari dapur, dan berkata kepada beberapa orang yang duduk di sofa, "Kemarilah, makanan sudah siap. Cuci tanganmu dan bersiaplah ke meja. Shaka, pergi dan panggil kakak sepupu keduamu."Shaka tertegun sejenak."Kak Rio pulang?""Pagi tadi dia pulang, sekarang dia sedang tidur di kamarnya. Pergi dan panggil dia untuk makan."Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Shaka langsung naik ke lantai atas.Melihat Shaka naik ke atas, Resta meraih tangan Lirea sambil tersenyum dan memperkenalkannya pada Rachel, "Dia Rachel, keponakanku juga. Seharusnya Shaka sudah mengenalkannya, kan?"Lirea sedikit malu, karena Shaka tidak memperkenalkannya."Aku kenal dengannya Bu, dia teman sekelasku dulu.""Teman sekelas?" Resta tercengang mendengarnya. Ternyata Lirea dan Rachel sebenarnya teman sekelas?
Shaka mengangguk paham, lalu berjalan ke sisi Lirea, dan sekilas melihat pakaian kusut dan rambutnya yang berantakan. Sepotong daging besar yang dilapisi kulit putih itu sedikit menonjol dari dadanya, yang baru saja disentuh olehnya. Lalu dia segera mendorongnya ke kamar mandi."Rapikan sebelum kamu keluar."Lirea yang didorong oleh Shaka, seketika melihat penampilannya yang berantakan di cermin. Seketika itu juga dia serasa ingin menemukan lubang di tanah.Untungnya, Rachel-lah yang datang mengetuk pintu. Jika Resta yang mengetuk pintu, Lirea tidak akan merasa perlu tinggal di sini lebih lama lagi.Sayang sekali!Shaka benar-benar bisa tak terkendali kapan saja dan di mana saja.Namun, saat mengingat bertemu Rachel dengan begitu tiba-tiba, tidak peduli bagaimana dia bersikap tenang, dia masih merasa tidak nyaman.Ya, ini tidak nyaman. Sangat tidak nyaman. Jika dia bisa keluar masuk rumah Shaka seperti ini, dia pasti memiliki hubungan yang berbeda dengan Shaka.Tidak, dia masih perlu
Setelah satu gigitan itu, Lirea menghela napas dengan puas, "Wah, manis sekali. Satu potong lagi!"Shaka langsung memberinya satu lagi.Kali ini, saat tangan Shaka yang menyuapinya menghalangi pandangannya, dia memberikan raungan rendah. "Hei, jangan halangi aku dari bermain game, minggir! Whoa, whoa! Hati-hati, aku hampir mati!"Melihat itu, Resta benar-benar tercengang. Kapan Shaka tumbuh besar seperti ini?Dan melihat tatapan Shaka pada Lirea, itu penuh dengan cinta!Bahkan itu hampir meluap.Dan ini benar-benar nyata.Resta diam-diam tersenyum, lalu dengan hati-hati menutup pintu dengan perasaan berbunga yang menyeruak di hatinya.Salah satu dari tiga dalam putra di keluarga ini akhirnya tercerahkan.Ah... Dia berharap Outie yang sudah berumur 30 tahun itu akan tercerahkan dulu!Saat ini, Lirea memainkan permainan dengan Dewa Agung Shaka dan perasaan itu terasa sangat nyaman."Ya!"Di akhir permainan, Lirea menatap Shaka dengan senyum di wajahnya, "Shaka, ini benar-benar hebat!"M
Namun, Shaka mengabaikan Lirea yang tertegun dan tertekan. Tanpa peduli apa pun, dia langsung meraih tangan kecilnya, dan membawanya ke atas.Sementara Resta menatap mereka sambil tersenyum, dan mengingat ekspresi dan kata-kata Shaka barusan. Meminta Lirea memanggil dirinya dengan sebutan ibu begitu dia muncul. Jelas keberadaan Lirea telah dikonfirmasi. Di sini, kata menantu hanyalah tinggal masalah kepastian dan waktu saja. Sudah dipastikan Gadis itu akan menjadi menantunya.Shaka bahkan menjauhkannya dari dapur dengan mengatakan jika kekasihnya tidak bisa membantu apa pun. Sebenarnya bukankah Shaka yang tidak menginginkan Lirea berada di dapur dan enggan berpisah?Enggan berpisah? Haha..Saat itu juga Resta berpikir jika dirinya dapat segera mempersiapkan pesta pertunangan.Pasangan itu berpegangan tangan sepanjang waktu, benar-benar sangat manis.Sepertinya dia benar-benar akan menjadi ibu mertua.Tata letak vila diatur di kiri dan kanan kamar, dengan total tiga lantai. Lantai bawa
Sontak, Lirea melompat dengan tidak terkendali, dan kemudian sabuk pengaman menariknya kembali yang membuat kepalanya terbentur mobil. Rasa sakit itu membuatnya berkaca-kaca, tapi dia tidak merasakan apa-apa saat itu. Sekarang ini, pikirannya sedang dikejutkan oleh kata-kata yang keluar dari mulut Shaka.Itu artinya mereka akan bertemu dengan orang tua Shaka?"Kenapa kamu tidak mengatakannya dari awal??"Melihat kepanikan di wajah Lirea, Shaka hanya mengangkat bahu acuh tak acuh, "Cepat atau lambat, kita akan datang untuk makan malam keluarga. Ibuku ingin bertemu denganmu, jadi aku membawamu ke sini.”Saat ini, Shaka sudah tiba di rumahnya dan menghentikan laju mobilnya.Penampilan Lirea saat ini tak kalah mengerikannya seperti monster. Dengan mencengkeram erat pintu mobil, wajahnya terlihat sangat tegang."Kamu tidak bisa melakukan ini. Aku tidak membeli apa pun saat aku datang ke rumahmu untuk pertama kali. Aku datang ke sini dengan tangan kosong, ini sangat tidak benar. Haruskah ki