Share

4. Cinta tak di restui.

Setelah menyaksikan pertunjukan Tari yang di persembahkan oleh Dwi setyani Satrio langsung pergi meninggalkan gedung sekolah itu, dengan hati dan perasaan yang hancur menuju lembah di dasar hutan Pinus, dia berdiri merentangkan tangan, rambutnya yang agak sedikit gondrong melembai tertiup angin, wajahnya menengadah ke langit sambil berteriak.

"Dwi setyani !!!"

Teriakannya yang menggelegar membuat seisi hutan kaget, burung-burung yang sedang bernyanyi di ranting-ranting pohon semua terbang ketakutan, begitu juga semua satwa liar seisi hutan mereka lari tunggang langgang, mendengar teriakan Satrio anak dari pemimpin hutan Pinus itu.

" Dwi Setyani !!."

Berkali kali Satrio memanggil nama Dwi setyani sampai merasa lelah lalu terpuruk ke tanah dan tergugu, kedua tangannya mencengkram tanah.

setelah puas meluapkan segala kegundahan hatinya Satrio kembali terbang menuju istana, sesampai di istana Satrio duduk di taman sambil memikirkan nasib percintaan nya.

Tiba-tiba ada tepukan halus di pundak  mengagetkan Satrio.

"Satrio anakku ...? Kenapa kamu menemuinya lagi? Bukankah kemaren kamu telah berjanji kepada ayahmu bahwa kamu tidak akan pernah lagi menemui anak manusia itu?" Lembut suara sang ibunda menasehati anak tercintanya.

Satrio memejamkan mata terbayang semua kisah beberapa hari kemaren, ayahnya begitu murka saat tau dia membawa Dwi setyani kedalam lingkungan istananya bagai kaset filem yang sekarang sedang dia putar dan tonton.

"Satrio!! dari mana saja kamu!". 

Suara sang ayah mengejutkan Satrio, saat itu dia sedang berjalan sambil bersiul siul kecil hatinya diliputi kebahagiaan sebab telah berhasil membawa Dwi jalan-jalan menikmati indahnya panorama istana.

"A-ayah ..? Bikin kaget saja, Satrio dari taman yah!" Satrio menunduk takut tak mampu memandang tatap tajam ayahnya.

"Kenapa kamu membawa anak manusia kesini Satrio!? Ayo ikut ayah !"

Satrio mengikuti ayah, Satrio tahu Ayah akan marah besar, sebab tanpa seizin ayah telah membawa Dwi setyani ke istana, Satrio berfikir kira-kira alasan apa yang akan dia beri ke ayah, namun dia sadar bahwa dia nggak bakalan berkata bohong sebab ayah pasti sudah tau semuanya.

"Duduk ..!" Perintah ayah dengan suara khasnya, setelah Satrio duduk sang ibunda datang mendekati kedua insan tersayangnya.

"Ada apa yah kok marah-marah begitu?" Ucap ibunda lembut.

"Anakmu berulah lagi! Dia membawa anak manusia kemari!" 

Bunda menatap wajah anaknya dengan sendu,.

"Kenapa kau lakukan itu nak? Apakah kamu sudah lupa dengan kejadian yang menimpa kamu 300 tahun yang lalu, kamu membawa Sulastri kemari meski kalian saling mencintai tapi bangsa manusia nggak akan pernah merestui, dan apakah kamu lupa? Gara-gara itu Sulastrimenjadi gila? Dan kamu terusir dari negri ini? 200 tahun kamu terusir, 100 tahun ayahmu mengirim kamu ke luar negri ini untuk memulihkan kekuatanmu dan beberapa bulan kamu di sini kamu akan melakukan kesalahan yang sama lagi! Hentikan putraku jauhi wanita itu!" suara ibunda menghiba.

"Bunda ... Mungkin lebih baik Satrio kita nikahkan saja dengan Larasati, bukankah dia sudah lama kita menginginkan Larasati menjadi menantu kita?" Ucap ayah menimpali

"Tidak ayah ... Tidak ibunda ... Satrio tidak mau menikahi Larasati, Satrio mencintai Dwi setyani anak bapak Suprapto yang tinggal di dusun randu alas sebelah istana ini."

Plak ..!!! Dengan kasar tamparan ayah mendarat di pipi Satrio.

"Ayah ... Sudah ... Jangan sakiti lagi anakku! ratusan tahun bunda menunggu dia kembali, siang malam bunda menangisi kepergiannya, hukum saja bunda sebab tak bisa mendidik Satrio asal jangan lagi ayah menyakiti Satrio" bunda menangis sambil memeluk Satrio.

"Lihat Satrio! Sampai kapan engkau akan menyakiti ibumu? Hentikan kekonyolan ini dan jauhi anak manusia itu! Atau ... Ayah akan mengusirmu dari sini!" Setelah mengucapkan kata itu sang ayah pergi meninggalkan mereka.

"Satrio ... Dengarkan ibu nak ..? Berjanjilah pada ibu, jangan lagi bermasalah dengan manusia hubungan kita dengan manusia sudah sangat baik, kita semua sudah saling berjanji tidak saling menyakiti, ingatlah kejadian beberapa ratus tahun yang lalu itu?"

"Satrio mencintai Dwi setyani Bu? Sebab semua yang ada pada Dwi mengingatkan Satrio kepada Lastri, lihatlah disana ibu ... Lihat baik-baik"

Ibu dan anak itu memperhatikan Larasati dari kejauhan, memang benar Dwi setyani sama persisi dengan Lastri manusia kekasih Satrio.

"Memang benar putraku, bahwa Dwi setyani sama persis Lastri anak sesepuh dusun randu alas, tapi kita semua tahu bahwa bangsa jin dan manusia itu tidak akan bisa bersama, itu kenyataan yang tidak bisa kita pungkiri, coba kamu ingat kembali putraku, ingat kisahmu bersama Sulastri, coba kamu pikirkan lagi dan ibu pergi dulu."

Ibu membiarkan Satrio sendiri di ruang keluarga, akhirnya satrio masuk ke kamar, Satrio tidur di atas peraduan yang sangat mewah, terbuat dari emas dihiasi permata jambrut, Satrio tidur terlentang bertopang kaki, tangan kiri dijadikan bantal dan tangan kanan di atas kening, harum bunga melati menyeruak masuk melalui jendela kamar yang terbuka.

Dia teringat di sore itu Satrio sedang berjalan-jalan di pinggiran sungai, nampak dari jauh ada sesuatu yang mencurigakan karena penasaran dia mendekat dan ternyata seorang gadis muda tergeletak penuh luka memar, Satrio panik lalu memanggil temannya, mereka berdua membawa sang gadis kedalam gua, lalu berusaha membangunkan sang gadis, karena gadis itu tak kunjung bangun Satrio berinisiatif menyalurkan energi kekuatan kedalam tubuh gadis itu, Alhamdulillah atas izin Allah gadis itu bisa siuman.

"Di ... Dimana aku?" Sebab kekuatan Satrio masuk kedalam pembuluh darah sang gadis hal itu menyebabkan gadis ini bisa melihat dan berbicara dengan Satrio.

"Kamu didalam gua hutan Pinus" jawab Satrio.

"Kenapa aku bisa disini? Dan siapa kamu?" gadis itu berbicara lirih sambil menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya.

"Tadi kamu pingsan di sungai lalu aku menyelamatkanmu dan namaku Satrio anak dari pemimpin hutan Pinus ini" jawab Satrio tanpa basa-basi

"Kamu bukan manusia?" tanya gadis itu sambil beringsut ingin duduk.

"Bukan ... Aku bukan manusia." Satrio menjawab dengan jujur.

"Kenapa aku bisa melihat dan berbicara denganmu?"

"Maaf ... Itu karena aku memberimu kekuatan, tujuanku hanya untuk menolongmu, tadi hampir saja nyawamu melayang."

"Kenapa engkau tidak membiarkan aku mati saja? Aku tak mau hidup lagi aku ingin mati!!?" gadis itu berbicara dengan histeris.

"Kenapa kamu bicara seperti itu?" suara Satrio meninggi, dia benci dengan manusia yang mudah putus asa.

"Iya ... Aku ingin mati, sebab kalau aku hidup Romoku akan menikahkan aku dengan laki-laki pilihannya."

"Kenapa kamu nggak mau menuruti perintah Romomu?"

"Aku tidak mau menikah dengan laki-laki yang sudah bau tanah, aku di jodohkan sebab Romoku ingin meluaskan kekuasaannya, dan ingin menguasai daerah tetangga."

"Hemmm ... Itulah kenapa bangsa jin nggak suka dengan bangsa manusia, sebab manusia itu rakus! Tidurlah, aku akan menyalakan api unggun besok kamu aku antar kerumahmu."

"Aku tidak mau pulang ku mohon ... Ijinkan aku tinggal bersamamu?" 

"Kamu bangsa manusia, mana bisa kamu hidup di alamku?."

"Tapi kamu bilang kamu sudah menyalurkan sebagian kekuatanmu kepadaku jadi aku pasti bisa mengikuti aturan hidup bangsa kalian?"

"Baiklah ... Besok aku akan bicarakan hal ini kepada Ayahanda sekarang kamu istirahat dan ini buah-buahan bisa kamu makan aku lihat perutmu sangat kosong."

Demikianlah akhirnya Lastri hidup di alam lain, Lastri bisa diterima dengan catatan dia nggak boleh lagi pulang ke alamnya, seandainya Lastri kembali maka seluruh ingatannya akan hilang, sebab sejak dia bersekutu dengan jin ingatan dia sudah di hapus,.

Hari berganti bulan dan bulan berganti tahun, hubungan persahabatan antara Sulastri dan Satrio semakin dekat dan mereka jatuh cinta, ayah dan ibunda Satrio tidak melarang hubungan mereka, sebab Sulastri memang gadis yang sangat baik, memiliki paras yang rupawan setiap orang yang memandang pasti akan jatuh hati.

Kurang tiga hari pernikahan mereka,  Sulastri berjalan-jalan di taman, tanpa sengaja Sulastri bertemu pemburu, dan pemburu itu mengenali Sulastri yang sudah 4 tahun dikabarkan mati karena bunuh diri terjun dari ketinggian jembatan dan jasadnya tidak di temukan.

Pemburu itu langsung pulang dan memberi tahu perihal hantu Sulastri kepada kedua orang tuanya, akhirnya dilakukanlah pencarian melalui orang pintar, benar saja setelah diterawang Gadis itu benar Sulastri putri sesepuh dusun randu alas yang selama ini menghilang, orang pintar tadi mampu menembus alam ghoib dan bernegosiasi dengan keluarga Satrio.

Satrio sangat murka, dia bersikeras mempertahankan Sulastri, kedua orang tua Satrio juga mempertahankan Sulastri sebab beberapa hari lagi Sulastri alias Lastri akan menikah dengan putra kesayangannya.

Pertarunganpun terjadi, Satrio kalah melawan orang pintar dari bangsa manusia dan terusir dari istana hutan Pinus dengan tuduhan telah mencuri Sulastri, kedua orang tua Satrio ingin melawan namun tidak berani sebab seandainya mereka kalah mereka dan seluruh bangsa penghuni hutan pinus juga akan di usir dari hutan itu, demikianlah sesuai perjanjian 200 tahun kemudian Satrio baru bisa terlepas dari hukuman orang pintar tadi.

Lalu bagaimana dengan Sulastri? Akibat dipisahkan dengan Satrio Sulastri benar-benar kehilangan ingatan, dan akhirnya Sulastri mati mengenaskan.

Sulastri mati bunuh diri sebab dia sama sekali sudah nggak bisa mengenali dirinya, yang dia tahu dia berasal dari bangsa jin namun orang tuanya terus berusaha memaksa Sulastri untuk mengingat tentang dirinya seutuhnya, kedua orang tua Sulastri mencari tabib yang mampu mengobati putrinya namun tidak ada satupun yang bisa mengembalikan ingatan Sulastri, dan akhirnya Sulastri bunuh diri sebab dia tidak bisa menerima kenyataan yang terjadi.

"Aaargh ...." Satrio menggeram penuh emosi, dia teriak membabi buta, sambil membanting semua benda yang ada di kamar.

"Sulastri ... Dwi setyani ... Kenapa kalian menyiksaku!!! Katakan apa kesalahanku." Satrio berteriak murka

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status