Share

Dihamili CEO Koma
Dihamili CEO Koma
Penulis: Luna

Bab 1

Tengah malam.

Audrey Conner sedang membersihkan kamar tamu sesuai tugasnya. Sejak ibunya sakit parah, dia bekerja di pagi hari dan datang ke tempat ini di malam hari untuk melakukan pekerjaan bersih-bersih. Dengan bekerja begitu keras, dia baru sanggup membayar biaya pengobatan ibunya yang mahal.

Akhirnya, pekerjaannya hari ini sudah hampir selesai, hanya tersisa sebuah kamar presidensial saja. Audrey menyeka keringat di dahinya, lalu masuk ke kamar itu.

Kamar ini gelap gulita. Baru saja Audrey hendak mencari saklar lampu, sepasang tangan yang kuat tiba-tiba menekannya. Dia langsung terkejut dan hampir berteriak. Namun, sebelum dia sempat berteriak, pria itu membekap mulutnya dan berkata, “Jangan bersuara.”

Audrey membelalak ketakutan. Dia tidak tahu siapa pria ini dan apa maksudnya. Apa pria ini adalah orang cabul atau orang gila? Saat memikirkan hal ini, Audrey langsung memberontak dengan sekuat tenaga. Hanya saja, dia benar-benar tidak bisa melawan pria yang begitu tinggi dan kekar.

Sebelumnya, pria ini sudah merasakan hal yang tidak beres. Dia menyadari dirinya sudah diberikan obat perangsang dengan khasiat yang sangat kuat. Jadi, dia menyuruh asistennya untuk mengantarkan seorang wanita kemari. Namun, sekarang … entah kenapa gadis yang sangat putus asa dan tidak berdaya ini bisa menarik perhatiannya.

...

Keesokan paginya.

Audrey tiba-tiba membuka matanya dan menyadari sudah tidak ada orang di sisinya. Noda merah yang tertinggal di seprai sangat menusuk matanya. Begitu dia bergerak, tubuhnya juga terasa sangat sakit. Hal yang paling berharga baginya ... sudah direbut oleh seorang pria asing. Kesedihan yang tidak dapat dideskripsikan dengan kata-kata pun merayap ke dalam hatinya.

Pada saat ini, Audrey melihat sebuah jam tangan yang ditinggalkan pria itu di meja samping tempat tidur. Di bawahnya, terdapat sebuah notes yang bertuliskan sepatah kata “Kompensasi”.

Apa pria itu mengira dirinya menjual diri? Audrey langsung merasa sangat terhina. Dia membanting jam tangan itu ke lantai dengan kuat, lalu langsung menangis dengan getir. Setelah menangis sebentar, dia baru perlahan-lahan kembali tenang. Saat ini, dia tidak boleh menangis maupun runtuh. Ibunya yang berada di rumah sakit masih membutuhkannya.

Setelah memikirkan hal ini, Audrey turun dari tempat tidur dan memakai bajunya dengan kesulitan. Kemudian, dia meninggalkan kamar yang terasa bagaikan mimpi buruknya tanpa menoleh sama sekali.

Setelah keluar dari hotel, Audrey berjalan menyusuri jalan raya. Saat melihat mobil yang berlalu-lalang, dia bahkan berniat untuk langsung mengakhiri hidupnya. Hanya saja, begitu memikirkan ibunya yang masih sakit, dia mau tak mau menyingkirkan niat itu. Dia tidak boleh runtuh. Jika terjadi sesuatu padanya, tidak akan ada orang yang mengurus ibunya. Dia hanya perlu berpikir bahwa dirinya sudah digigit oleh seekor anjing rabies dan tidak perlu memedulikannya.

...

“Tuan Zayden, aku sudah menangkap orang yang memberimu obat semalam. Dia seharusnya adalah orang yang diutus Tuan Zachary. Apa yang harus kita lakukan?”

Setelah mendengar laporan dari asistennya, Zayden Moore memicingkan matanya. Dia baru kembali dari luar negeri beberapa hari yang lalu, tetapi orang-orang itu sudah tidak sabar?

“Beri dia pelajaran baik-baik, lalu antar dia kembali,” perintah Zayden. Setelah itu, terdengar teriakan kesakitan dan permohonan ampun seseorang dari ujung telepon. Namun, ekspresi Zayden tetap terlihat datar. Hanya saja, saat melihat pergelangan tangannya yang kosong, dia tanpa sadar teringat kejadian semalam. Entah kenapa, insiden itu sangat sulit dilupakannya ....

Tatapan Zayden menjadi kelam, lalu dia berkata, “Berikan tambahan uang kepada wanita semalam.”

Caleb Yohan, asisten Zayden itu langsung tertegun dan bertanya, “Wanita semalam? Saat wanita itu sampai, dia bilang sudah ada wanita lain di sana. Jadi, dia langsung kembali ....”

Setelah mendengarnya, genggaman Zayden pada setir langsung menjadi lebih erat. Jika begitu, orang yang dia tiduri semalam bukanlah wanita yang dicari Caleb, melainkan seorang gadis tak berdosa?

Saat memikirkan gadis yang meronta dengan sekuat tenaga itu, ekspresi Zayden langsung menjadi suram. Pada saat itu, dia mengira wanita itu hanya ketakutan dan tiba-tiba ingin mundur. Tak disangka, ternyata dia bukanlah wanita yang disiapkan Caleb.

Tanpa berpikir panjang, Zayden langsung memutar setirnya untuk kembali ke hotel. Namun, ada sebuah truk besar yang tiba-tiba melintas dengan cepat dari sampingnya.

Setelah itu, terdengar suara ledakan yang kuat. Kemudian, api yang besar menelan segalanya dan menyambar ke sekitar hingga menjadi lautan api ....

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status