Share

Bab 3

Pria yang terbaring di atas tempat tidur sedang memejamkan matanya dan wajahnya terlihat agak pucat. Namun, semua ini tidak memengaruhi parasnya yang sempurna. Dia tidak seperti sedang koma, tetapi bagaikan pangeran dalam dongeng yang sedang tidur.

Meskipun Audrey tidak pernah mementingkan penampilan seseorang, dia tidak bisa menahan diri untuk tidak mengakui ketampanan Zayden. Dia mengamati Zayden, lalu menyadari ada banyak bekas tusukan jarum di punggung tangannya yang putih.

Audrey pun tertegun. Saat melihat bekas luka ini, dia langsung teringat pada ibunya yang juga tersiksa oleh penyakitnya selama beberapa tahun terakhir.

Jika bukan karena mengalami kecelakaan, orang sehebat Zayden tidak mungkin bisa digapai Audrey. Dengan kata lain, dia yang merupakan anak yang ditelantarkan Keluarga Conner tidak mungkin bisa menikahi Zayden. Mereka berdua benar-benar sangat kasihan. Saat memikirkan hal ini, Audrey pun agak bersimpati pada pria itu. Ekspresinya juga berangsur-angsur menjadi lembut.

Timothy tentu saja melihat perubahan ekspresi Audrey. Dia memang membawa Audrey kemari untuk menguji reaksi Audrey. Jika Audrey benar-benar keberatan, reaksinya pasti akan sangat jelas. Namun, jika dilihat dari reaksi Audrey saat ini, Timothy merasa dirinya sepertinya tidak salah memilih orang.

“Kamu seharusnya sudah dengar mengenai insiden Zayden, ‘kan? Kalau kamu ingin mundur atau tidak bersedia, katakan saja. Aku tidak akan memaksamu. Tapi, begitu setuju, kamu tidak boleh menyesal,” tutur Timothy.

Setelah mendengar ucapan Timothy, Audrey mengalihkan pandangannya dan menggeleng dengan pasti sambil menjawab, “Ayah, aku sudah setuju dan nggak akan menyesal. Kelak, aku akan melakukan kewajibanku sebagai seorang istri dan menjaga Zayden dengan baik.”

Setelah kehilangan keperawanannya, Audrey sudah tidak lagi berharap pada cinta. Jika begitu, lebih baik dia tinggal di sini untuk menjaga Zayden. Setidaknya, ibunya bisa mendapatkan pengobatan yang terbaik.

Timothy mengamati Audrey dengan saksama selama beberapa saat dan menyadari bahwa pandangannya terlihat tulus. Dia akhirnya menepiskan kewaspadaannya dan berkata, “Baguslah kalau kamu bersedia. Kelak, kamu itu istri Zayden, kamu akan bertanggung jawab untuk merawat kebutuhan sehari-harinya. Nanti, akan ada yang datang untuk membimbingmu.”

Selesai berbicara, Timothy pun keluar. Tidak lama setelah kepergian Timothy, orang yang dia maksud masuk ke kamar. Salah satu orang itu adalah seorang terapis fisik, sedangkan yang satunya lagi adalah pembantu yang biasanya merawat Zayden.

Audrey terlebih dahulu belajar cara memijat dari terapis fisik itu agar bisa memijat otot-otot tangan dan kaki Zayden. Setelah itu, si pembantu baru membawakan air beserta handuk dan berkata, “Nyonya Audrey, mulai sekarang, kamu yang akan menyeka tubuh Tuan Zayden.”

Menyeka tubuh? Audrey pun tertegun setelah mendengarnya. Kemudian, dia melirik Zayden yang terbaring di tempat tidur dan berpikir, ‘Kalau gitu, bukannya aku bakal melihat tubuhnya dalam keadaan telanjang?’

Setelah memikirkan hal ini, Audrey merasa agak panik dan malu. Saat melihat reaksi Audrey, pembantu itu pun tertawa dan berkata, “Cepat atau lambat, kamu tetap harus melakukannya. Bisa jadi kelak kamu juga harus melahirkan pewaris Tuan Zayden. Lebih baik kalau kamu bisa lebih cepat terbiasa dengan kondisi begini.”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status