Share

Bab 4. Rahasia Alea

Penulis: Nona Kim
last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-09 14:24:56

Bab 4. Rahasia Alea

“Sayang, Mama minta maaf.” Emilia merasa bersalah.

Alea membaringkan tubuhnya. “Tolong keluar, Ma. Aku mau sendiri.”

Emilia beranjak. Ia berhenti di depan pintu, menatap kembali ke putrinya itu.

“Mama selalu ada untuk kamu.”

Alea menarik selimut. Memilih tidak menjawab ucapan mamanya. Dia kemudian tidur karena besok harus menjalani aktivitas rutin lagi.

Hari-hari dihabiskan Alea dengan kesedihan meski tidak ada Zardan di rumah.

Sudah sepuluh hari sejak Reivan yang dibentak kemarin, sepuluh hari ini juga Zardan tidak ada di rumah karena mengurus perusahaan di luar negeri.

Aleza yang waktu itu sedang bahagia karena kekasihnya ingin mereka makan malam privat, menghampiri Alea di sofa ruang tamu. “Untuk kembaranku yang cantik.” Aleza meletakkan piring berisi sepotong kue ke depan Alea, lengkap dengan segelas jus jeruk.

Alea menoleh, tersenyum tipis. “Makasih.”

“Dicoba, ini enak banget,” kata Aleza sambil menunggu.

Namun, Alea hanya diam. Aleza mendesah kesal, lalu mencoba menyuapi. “Aa ... buka mulut.”

“Nanti saja.” Alea menolak. “Belum selera.”

Aleza mengangguk. Tidak mah memaksa. “Kamu masih sedih, ya?” Ia menggenggam tangan kembarannya. “Masih kecewa sama Papa? Atau kamu kecewa sama aku?”

Alea menarik tangannya. “Aku udah biasa. Tiap hari Papa selalu marah sama aku. Beda kalau sama kamu. Selalu memujimu setinggi langit.”

“Maaf,” gumam Aleza.

“Buat apa minta maaf?” Alea menatap lurus. “Aku memang gak pernah bisa jadi kebanggaan Papa.” Tersenyum getir. “Dari kecil juga udah begitu.”

“Alea, kamu jangan merendah diri. Papa mungkin—”

“Mungkin apa?” potong Alea. Ia melebarkan senyumnya. “Udah jam delapan. Aku harus kerja.” Alea beranjak ke kamarnya mengganti pakaian.

Aleza terdiam, menatap punggung saudarinya yang menghilang. Rasa bersalah mendera. Kuenya tak tersentuh sama sekali.

Di saat pikirannya berkecamuk, ponselnya bergetar. Sebuah pesan masuk dari Javier.

[Sopirku sudah di depan rumah. Ikut dengannya ke kantor. Aku mau sarapan bersama.]

Senyum Aleza mengembang. Ia bergegas mengambil tas dan keluar. Benar saja, sebuah mobil hitam menunggu di depan gerbang. Ia masuk dengan wajah berbinar.

“Apa aku kelihatan cantik, Pak?” tanyanya malu-malu.

Sopir menoleh sekilas dari kaca spion. “Tentu saja, Nona. Tuan Javier pasti terpesona.”

Pipi Aleza memerah. Ia berkaca dengan ponselnya, menambahkan lipstik merah di bibirnya. Si sopir tersenyum. Mobil itu melaju, meninggalkan rumah, tepat ketika Alea keluar dengan motor matiknya.

Alea sebenarnya kesal dengan Aleza yang mengungkit kembali ingatan amarah papanya.

Dia tidak membenci Aleza.

Dia tahu Aleza peduli.

Yang membuat Alea semakin panas ketika Aleza menyambut Javier sebagai tamu istimewa keluarganya. Terlebih, ketika Zardan membandingkannya dengan Aleza.

Sepanjang perjalanan ke kantor, Alea terus kepikiran apakah yang dia lakukan pada Aleza tadi pagi benar atau salah.

Dia takut menyakiti hati Aleza. Mau bagaimanapun, mereka saudara kembar. Mereka juga saling support dari awal. Meski beberapa kali dimarahi Zardan karena membela Alea, Aleza tetap melakukannya.

Saat hendak turun dari motor, sebuah suara memanggil.

“Alea!”

Ia menoleh. Reivan berjalan mendekat dengan wajah serius.

Alea menarik napas, berusaha tetap tenang.

“Aku mau bicara,” kata Reivan sambil melepas helm dari kepala Alea. Ia terperanjat melihat sudut bibirnya yang terluka. Sentuhannya spontan, suaranya menurun. “Ini salahku. Maaf.”

Alea menepis perlahan. “Tidak apa-apa. Luka kecil, aku sudah terbiasa.”

Reivan kembali menghela napas pelan. “Ayo kita bicara sambil minum teh.”

“Aku harus kerja. Banyak deadline hari ini.”

“Sebentar saja. Lima menit.” Reivan memohon.

Alea menatap jam tangannya, pura-pura terburu. “Di sini saja.”

Reivan mendengus. Ia menatap dalam, lalu bertanya,  “Soal malam itu di bar. Kenapa kau pulang tanpa memberitahuku? Aku bisa mengantarmu.”

Alea menelan ludahnya susah payah. “I-itu karena kepalaku pusing. Aku minta maaf.”

“Aku khawatir, Alea. Malam itu kau kelihatan berbeda. Kau menciumku paksa. Kau tidak melakukan itu dengan orang lain, kan?”  Reivan menatap dalam kepada Alea.

Alea bergeming.

“Aku sempat berpikir kau mencari teman pria lain.”

Kalimat itu benar walau menusuk. Alea mengeratkan genggamannya setang motornya.

“Reivan!” Alea meninggikan suaranya. “Apa maksudmu mengucapkan hal itu? Kau yang mengajakku ke bar. Kau juga yang menjemputku malam hari. Selama satu tahun kita pacaran, apa pernah aku mengajakmu ke tempat seperti itu? Sekarang apa? Kau mau menuduhku sebagai cewek murah hanya karena aku pergi dari bar jam 1 dini hari?”

“Bu-bukan itu maksudku.” Revina tertunduk. Ia sadar, ucapannya menyakiti hati Alea. “Aku kebingungan mencarimu sampai jam tiga malam. Aku menghubungimu, tapi kau mengabaikannya.”

“Maaf,” lirih Alea sekali lagi.

“Aku lega saat kau mengirim pesan bahwa kau pulang.” Reivan menghela napas gusar. “Tapi dua minggu ini kau menghindariku.  Menolak teleponku, tidak membalas pesanku, bahkan kau tidak pernah menghubungiku balik. Kenapa?”

Alea memalingkan wajah.

Tiba-tiba saja ia ingin muntah. Ia mengembuskan napas kasar. Tiga hari setelah kejadian itu, Alea merasa aneh. Dia sering mual dan porsi makannya berkurang drastis.

Seperti ada yang berubah dari tubuhnya, entah apa.

“Reivan, aku benar-benar harus masuk. Kita bahas lain kali.”

Tanpa menunggu reaksi, Alea bergegas masuk ke dalam kantor. Reivan hanya berdiri di parkiran, menatap punggungnya yang menjauh.

Reivan sempat melihat Alea yang mual tadi dan berujar pelan, “Alea, kau menyembunyikan sesuatu dariku.”

 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Anonim
reivan cowok baik ihh. javier kayak hantu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Dihamili Suami Saudara Kembarku   Bab 89

    Bab 89Bram mengangguk. Javier menggertakkan giginya. Dia sudah menduga itu. “Kau bilang tidak tau namanya. Tapi apa barusan?” Aldo menyudutkan Bram. “A-aku—”Javier menghampiri Bram dan dengan gilanya mengambil tang pemotong itu lalu mengapit mulut Bram agar lidahnya keluar. “Berani berbohong padaku!” “A-apa yang ka-kau lakukan?” Bram memberontak. Ia yakin, Javier akan melukai dirinya. Javier menyeringai. “Lidahmu itu menyebalkan.” Bram mengatupkan mulutnya, tapi Javier memaksa untuk membuka dan lidahnya terjulur. Dengan cepat Javier memotong sedikit, darah mengalir deras dari sana. “Aaaaaa!” Bram menjerit kesakitan. Untuk berbicara saja, ia sudah tak sanggup. “Astaga.” Sontak Billy berucap seperti saat melihat kekejaman bosnya. Walau dia sudah biasa, tetap saja, ia sedikit terkejut. Sementara Aldo meringis, bulu kuduknya merinding melihat darah menglir dari mulut Bram. Ia juga sudah biasa menangani hak seperti ini, tapi tetap saja, jika sang bos yang bertindak akan lebih b

  • Dihamili Suami Saudara Kembarku   Bab 88. Dalang di Balik Penculikan

    Bab 88Rumah tua itu berdiri seperti bayangan masa lalu yang menolak mati. Cat dindingnya longsor, jendelanya pecah, dan pohon liar merayap sampai ke atap. Ini adalah salah satu properti keluarga besar Javier—dulunya villa musim panas milik almarhum papanya, kini berubah menjadi tempat penyekapan gelap yang hanya diketahui orang-orang tertentu dalam lingkaran dalam Javier.Lampu-lampu kuning temaram menyala samar, menerangi lorong berbau lembap. Dari kejauhan terdengar suara logam beradu dan desahan tertahan seseorang.Javier berjalan di depan, langkahnya mantap, meskipun wajahnya menyimpan kemarahan yang belum padam sejak ia menemukan Alea tergeletak pingsan di gudang. Billy mengikutinya dari belakang, sementara Aldo sudah menunggu di ruang bawah tanah.Saat Javier membuka pintu besi itu, bau amis menyambutnya. Bram diikat pada kursi besi, kedua pergelangannya terikat ke belakang, wajahnya penuh lebam. Sebagian bajunya robek, dan napasnya terengah pendek. Namun meski begitu, ia masih

  • Dihamili Suami Saudara Kembarku   Bab 87. Hampir Keguguran

    Bab 87“Alea, bertahan,” gumam Javier saat ia membawa Alea keluar dari mobil setelah tiba di depan rumah sakit.Seketika lampu-lampu neon rumah sakit memantulkan cahaya putih pucat di sepanjang lorong ketika Javier berlari masuk sambil menggendong Alea di dadanya. Napasnya memburu, wajahnya penuh keringat bercampur debu dari gudang tadi. Pintu UGD terbuka lebar, dan beberapa perawat langsung menghampiri begitu melihat kondisi Alea yang lemas dan pingsan.“Pasien wanita, hamil! Ada pendarahan!” seru Juan dari belakang.“Bantu saya!” Javier nyaris berteriak, suaranya pecah di ujung kalimat. “Dia kesakitan. Tolong!”Perawat segera mendorong ranjang dorong ke arahnya. Javier menunduk, memeluk Alea untuk terakhir kalinya sebelum meletakkan tubuh ringan itu di atas ranjang.“Alea … aku di sini,” bisiknya dengan suara parau. “Jangan tidur terlalu lama. Kau harus bangun, dengar?”Alea tidak menjawab. Kelopak matanya tertutup rapat, wajahnya pucat pasi, bibirnya membiru. Napasnya pendek, seola

  • Dihamili Suami Saudara Kembarku   Bab 86. Menemukan Alea

    Bab 86Pintu besi itu terhempas terbuka dengan suara nyaring yang memantul di seluruh ruangan besar dan kosong itu. Cahaya senter para lelaki itu menembus gelap dan langsung disambut oleh udara lembap yang dingin, bercampur bau karat, debu, dan entah apa lagi yang amis. Lantai beton retak-retak di beberapa titik, seperti sudah lama tidak disentuh siapa pun.Javier berdiri paling depan, pistol sudah dalam genggaman, rahangnya mengeras, tubuhnya kaku seperti busur yang siap dilepaskan.Billy dan Juan berada di sampingnya, masing-masing menyorotkan senter mereka ke setiap sudut gudang yang luas itu. Atap tinggi di atas kepala tampak gelap pekat, penuh sarang laba-laba dan besi berkarat yang berderit tertiup angin malam.Sesuatu bergerak di dalam. Sangat pelan. Seolah makhluk yang tidak ingin terlihat."Gerakan jam sembilan," bisik Billy dengan suara sangat rendah.Javier menoleh sedikit, matanya menyipit, mengikuti arah cahaya Billy. Cahaya diarahkan ke tumpukan kayu yang berserakan di u

  • Dihamili Suami Saudara Kembarku   Bab 85. Gudang Terbengkalai

    Bab 85Jam sudah menunjuk pukul satu dini hari. Udara di apartemen itu menegang seperti tali yang ditarik terlalu kencang—siap putus kapan saja. Hanya suara detik jam dinding yang terdengar, berpadu dengan langkah kaki berat yang terus mondar-mandir di ruang tamu. Javier tidak berhenti berjalan, bolak-balik di depan sofa, seperti singa yang kehilangan arah di kandangnya sendiri.Rambutnya acak-acakan, matanya merah, dan napasnya berat. Di tangannya, ponsel terus ia genggam erat—sesekali ia menatap layar yang masih kosong, berharap ada panggilan, pesan, atau apa pun yang bisa memberinya sedikit harapan. Akan tetapi nihil. Tidak ada kabar dari Aldo. Tidak ada dari Billy. Tidak ada tanda-tanda Alea telah ditemukan oleh anak-anak buahnya itu.“Di mana kau, Alea …?” gumamnya dengan suara serak, seperti bicara pada dirinya sendiri. Ia menekan ponselnya lagi, membuka pesan terakhir yang dikirimkan Billy dua jam lalu—hanya berupa informasi singkat bahwa mereka masih melacak van putih yang te

  • Dihamili Suami Saudara Kembarku   Bab 84. Benarkah Javier Peduli?

    Bab 84Udara di ruangan itu berat, lembab, bercampur dengan bau karat dan oli mesin yang menyesakkan dada. Lampu neon di langit-langit terus berkedip, seperti akan mati setiap saat. Suara tetesan air di ujung ruangan memecah kesunyian, menimbulkan gema kecil yang membuat suasana semakin mencekam.Alea menarik napas di antara isaknya yang parau. Tangannya masih diikat erat di belakang kursi besi berkarat. Tali kasar itu sudah melukai pergelangan tangannya hingga terasa panas dan perih. Setiap kali ia berusaha menggerakkan tangan, serat tali itu menembus kulitnya, meninggalkan luka baru yang berdenyut.“Kau sudah bangun, Cantik?” suara berat itu kembali terdengar dari sudut ruangan.Alea menoleh dengan mata membulat. Lelaki bertopeng hitam itu masih berdiri di sana, menatapnya tanpa ekspresi dari balik kain yang menutupi wajah. Bayangan tubuhnya yang tinggi besar terpantul di dinding kusam di belakangnya.“Ka—kau siapa? Kenapa kau mengikatku begini?” suara Alea gemetar, terputus-putus.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status