Share

Jaminan

Auteur: Amarta Bleue
last update Dernière mise à jour: 2024-08-02 23:52:25

"Apa yang kau bicarakan, Bella?! Adelia baru saja datang kembali!"

Teguran pelan tersebut nampak sama sekali tak dihiraukan dan bahkan dianggap seperti lelucon hingga membuat wanita berambut pendek yang tengah menatap Adelia tersenyum tipis.

"Datang kembali untuk apa, Bu? Untuk memperbaiki semua kekacauan yang telah dibuatnya? Atau malah menambah masalah baru?"

"Mau sampai kapan kau terus memperkeruh semuanya, Bella?!"

"Aku tidak apa-apa, Oma. Apa yang dikatakan Tante Bella tidak sepenuhnya salah. Aku sudah terlalu banyak melakukan kesalahan, tetapi tidak untuk Bintang." Adelia terpaksa menyela pembicaraan untuk meredakan ketegangan dua wanita berbeda usia di dekatnya.

"Bintang sama sekali tak bersalah, dia hanyalah korban dari semua keegoisan dan keputusan bodohku!" lanjutnya kembali menunduk dalam.

"Baguslah kalau kau sadar, Adelia! Kau memang sudah mengobarkan banyak hal! Ada banyak yang harus kau pertanggung jawabkan jika kau benar-benar ingin kembali ke rumah ini!"

"Bella!"

Emosi Oma Nora kembali terpancing membuat Adelia langsung bergerak menenangkannya. Ia usap tangan keriput itu pelan dan sesekali menggenggamnya erat seiring dengan seutas senyum yang dipaksakannya tumbuh.

Sedari dulu hubungan Adelia dengan Tante Bella memang tak begitu baik. Ini juga salah satu penyebab Adelia nekat meninggalkan keluarganya. Adik almarhum ayahnya tersebut merupakan satu-satunya orang yang paling menentang keras hubungannya dengan Ardi, bahkan wanita itu juga yang pertama kali mengusirnya dari rumah ketika mengetahui status ekonomi calon suaminya yang tak setara.

"Sudahlah, lebih baik kalian semua bersiap-siap untuk makan malam! Aku akan menyusul nanti setelah berganti baju!" titah Oma Nora akhirnya dengan tegas yang tak bisa dibantah oleh siapa pun lagi.

Dengan suasana hening, Adelia menyusul langkah tantenya yang lebih dulu keluar. Ia sesekali melihat sekitar mencari keberadaan Bisma yang tiba-tiba menghilang, hingga langsung tersenyum lega kala mengetahui pria itu masih berada di rumah ini dan tak meninggalkannya.

"Oma Nora meminta semuanya untuk makan malam bersama! Kau jangan pulang dulu, Bisma. Ada hal lain yang ingin kubicarakan juga padamu nanti, terutama tentang perusahaan!"

Bisma hanya mengangguk tanpa mengeluarkan suara. Dengan segera ekor matanya melirik ke arah Adelia untuk memastikan keadaan wanita itu secara diam-diam, sebelum akhirnya keluar sesaat dan kembali tepat sebelum acara makan malam dimulai.

Tak ada percakapan yang berarti selama sepuluh menit pertama, yang terdengar hanya sayup-sayup suara denting alat makan. Awalnya Adelia merasa senang karena bisa kembali merasakan hangatnya sambutan Oma Nora setelah sekian lama, tetapi sayang semuanya lagi-lagi berubah kala dirinya baru menyadari sorot tajam Tante Bella yang terus tertuju ke arahnya.

"Sekarang katakan yang sebenarnya, Adelia. Apa tujuanmu kembali? Apa kau kembali hanya karena hartamu yang telah habis?" Wanita itu langsung bertanya tanpa basa-basi membuat Adelia hampir tersedak.

"Apa lagi yang ingin kau bicarakan, Bella?! Bukankah semuanya sudah jelas? Adelia kembali untuk memperbaiki semuanya!" Oma Nora segera menimpali membela sang cucu dengan tatapannya yang tak kalah tajam.

"Jangan percaya begitu saja padanya, Bu. Apa jaminannya dia tidak akan pergi meninggalkan dan mengkhianati keluarga ini lagi? Adelia belum sepenuhnya lepas dari pria miskin itu! Bisa saja dia masih dipengaruhi, sehingga berpura-pura kembali dengan cara memanfaatkan kebaikan Bisma?"

"Bella ...."

Tatapan peringatan itu lagi-lagi diabaikan oleh putrinya. Bella semakin menatap Adelia tanpa kedip, hingga membuat wanita yang baru saja kehilangan putranya tersebut terpaksa menyudahi makannya.

"Apa yang harus aku lakukan agar membuat Tante percaya padaku?" Adelia bertanya tanpa ekspresi sampai dua alis lawan bicaranya sedikit terangkat.

"Kenapa kau malah bertanya padaku? Seharusnya kau berpikir sendiri tentang apa yang harus kau lakukan agar orang-orang yang telah kau tinggalkan bisa kembali percaya padamu!"

"Bella!"

Wanita berambut pendek itu lantas bangkit dari tempat duduknya saat kembali mendapatkan tatapan tajam sosok yang telah melahirkannya. Suasana yang semakin terasa panas membuatnya tak betah berada di sini lama-lama, terlebih setelahnya Adelia ikut bangkit dan menahan tangannya dengan cepat.

"Adelia! Apa yang kau—"

"Apa aku harus bersujud di depan kaki Tante lebih dulu untuk membuktikan semuanya?" Adelia langsung memotong pembicaraan yang sontak membuat semua netra yang tengah memandangnya melebar.

"Apa yang ingin kau lakukan, Adelia? Aku membawamu ke sini bukan untuk itu!" Bisma berbicara pelan memperingati, tetapi hal tersebut langsung membuat wanita di sampingnya menggeleng perlahan.

"Aku tidak bisa terus diam begitu saja, Bisma! Apa kau tahu rasanya tidak pernah dipercayai oleh orang lain? Semua gerak-gerikmu pasti akan selalu terlihat salah! Aku sudah pernah merasakannya, sehingga sekarang aku tidak ingin merasakannya lagi di rumah ini!"

Tangis Adelia hampir pecah kala mengingat kembali semua perlakuan tak baik yang diterimanya selama ini dari Ardi dan sang ibu mertua. Setiap kata yang keluar dari mulutnya terdengar bergetar, hingga dengan netra basahnya ia bersimpuh tepat di hadapan wanita yang sedari tadi menatapnya sinis.

"Adelia, cepatlah berdiri. Bisma benar, kau tidak perlu sampai seperti ini!" Kini gantian Oma Nora yang bersuara.

"Jika ini bisa kembali membuat hubungan keluarga kita hangat seperti dulu. Aku akan melakukannya, Oma. Aku mengaku salah pada keluarga ini!"

Adelia tetap kukuh membuat wanita di hadapannya semakin tersenyum miring. Bella hanya diam saja kala keponakannya kembali menatapnya dan mulai sedikit menunduk seolah benar-benar ingin melakukan apa yang telah diucapkannya.

"Kau pikir dengan begini kau bisa menebus semua kesalahanmu?"

"Tidak, Tante. Tetapi setidaknya hal ini akan menepis sedikit anggapan burukmu padaku!"

Tepat sebelum Adelia bersujud, Bisma segera bangkit dan menarik tubuh wanita itu menjauh. Dengan segera ia menahan tangan Adelia kala wanita itu memberontak, hingga Oma Nora dan beberapa pelayan yang ada di sana sedikit panik dan kebingungan.

"Bisma! Lepaskan aku! Aku hanya ingin memperbaiki semuanya!" Adelia berujar dengan berusaha melepaskan cengkraman di tangannya.

"Memperbaiki semuanya dengan cara apa? Merendahkan dirimu sendiri?"

"Ya, jika itu akan membuat semuanya jadi lebih baik!"

Bisma lantas menggeleng sesaat sebelum mengembuskan napasnya pelan. Dengan segera ia membawa Adelia ke belakang tubuhnya dan berhadapan langsung dengan wanita yang sedari tadi tak kunjung bisa menampakkan raut wajah ramahnya tersebut.

"Saya yang akan menjamin bahwa Adelia tidak akan pernah kembali dipengaruhi pria itu dan mengkhianati keluarga ini lagi!" tekannya serius dengan tatapan matanya yang tak main-main.

Tanpa langsung menanggapi, Bella akhirnya bergerak sedikit maju. Sekali lagi ia melirik ke arah Adelia yang terlihat sesekali menunduk, sebelum mulutnya mengeluarkan sederet pertanyaan dengan netranya yang menatap penuh menyelidik.

"Kenapa harus kau lagi yang menjamin semuanya, Bisma? Sebenarnya apa hubunganmu dengannya? Apa kalian berdua akan segera menikah?"

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Latest chapter

  • Dihina Mantan Suami, Diratukan Cinta Sejati   Cinta yang Tulus

    "Harapannya kecil, Ayah. Kata dokter, untuk saat ini kita hanya bisa berharap dan berdoa untuk kebaikan Adelia dan anaknya."Sosok wanita bertubuh tinggi di belakang Oma Nora yang akhirnya menjawab pertanyaan Tuan Brata alias mertuanya sendiri. Setelahnya hening, tak ada lagi percakapan yang terdengar hingga tiba-tiba Oma Nora tak sadarkan diri di atas kursi roda yang ditempatinya."Biar aku yang membawanya ke ruang perawatan, Bella. Kamu dan yang lainnya di sini saja untuk memantau keadaan Adelia," tutur Bunda Alice berusaha tenang di tengah kegentingan suasana ini."Terima kasih, Kak. Tolong kabari aku jika ada sesuatu yang penting."Mengangguk, ibu kandungnya Bisma tersebut segera berjalan ke ruangan lain. Keadaan sekarang benar-benar terasa mendebarkan. Tak ada satu orang pun yang bisa bernapas lega, terlebih saat ini Adelia sedang berada di tengah ambang hidup dan mati.Seperti yang dikatakan oleh Bella tadi, sekarang semuanya hanya bisa terus berdoa dan berharap tentang keselama

  • Dihina Mantan Suami, Diratukan Cinta Sejati   Di Ujung Harapan

    "Bagaimana keadaannya, Dok?"Di sisi lain, ada seorang pria yang sedang sangat cemas menunggu kabar baik dari wanita yang kini tengah terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit. Napasnya masih tak beraturan setelah tadi sempat berlari sekencang mungkin ke tempat ini, begitu pula dengan tangannya yang masih terasa dingin karena rasa panik yang sempat menyerangnya.Bagaimana bisa Agler tak merasakan semua sensasi menegangkan ini? Adelia yang tiba-tiba tak sadarkan diri dengan sesuatu yang mengalir deras di kedua kakinya membuatnya tak bisa banyak berpikir. Tujuannya saat itu hanya satu, yaitu membawa wanita tersebut ke rumah sakit agar bisa segera ditangani oleh dokter."Maaf, Pak. Apa Anda suaminya?" Sang dokter malah balik bertanya hingga membuat cucunya Tuan Brata itu sedikit mengembuskan napasnya dengan berat."Saya ... Kebetulan saya hanya temannya saja, Dok. Dia dan suaminya sudah lama berpisah," ucapnya sedikit terbata-bata mengingat dirinya yang sebenarnya tak tahu apa-apa tent

  • Dihina Mantan Suami, Diratukan Cinta Sejati   Dalang Penculikan

    "Sial! Kenapa jadi semakin rumit seperti ini?!"Tak bisa melakukan apa pun, Bella hanya bisa sesekali berteriak memaki dari dalam kamarnya. Salah satu tangannya kini mencengkram kuat ponselnya. Beberapa saat lalu jari-jemari yang ada di tangan itu sudah mengetikkan cukup banyak kata untuk mencoba menghubungi pria yang baru saja menjadi suaminya selama beberapa Minggu ini, tetapi sayang semua upayanya tersebut sama sekali tak membuahkan hasil."Ken ... Jika kali ini kau benar-benar bermain dengan Adelia, aku tentu tidak akan membiarkanmu pergi ke ujung dunia sekalipun!"Sekali lagi Bella mendengkus seraya menatap sekilas isi kamarnya. Ia mencoba mencari petunjuk yang mungkin saja ditinggalkan oleh suaminya, hingga kedua netranya memicing saat tak sengaja menemukan sesuatu yang memantulkan cahaya dari atas meja riasnya."Flashdisk? Hmm, baiklah. Mari kita lihat apa yang sudah kau simpan di dalam benda kecil ini, Ken. Kau sudah melakukan kesalahan yang sangat fatal dan sudah melanggar ke

  • Dihina Mantan Suami, Diratukan Cinta Sejati   Ancaman yang Tak Main-main

    Kedua netra Agler membulat saat menyadari tubuh Adelia yang sudah jatuh tersungkur di atas tanah. Dengan segera ia berusaha menjuhkan Citra dari wanita yang sebenarnya tadi sudah berada di sampingnya itu dan tak ragu lagi untuk mendorongnya dengan kencang, sampai beberapa saat kemudian kedua netranya membulat saat menyadari sesuatu yang kini tengah mengarah kepadanya."Ck! Wanita ini benar-benar gila!" gumamnya mendengkus kesal sebelum akhirnya kembali membantu Adelia untuk berdiri tegak di sampingnya."Dia tidak akan pernah berhenti selagi masih melihatku sadar, Agler. Aku mohon, tolong aku! Aku sebenarnya tak peduli dia menghabisiku saat ini, tetapi aku ingin anak ini selamat!" Adelia berucap dengan terengah dan tubuh yang kembali bergetar saat lagi-lagi Citra menggunakan sebuah benda yang sangat ditakuti olehnya."Kau mau berjalan sendiri ke arahku atau aku yang akan menarikmu, Adelia? Cepatlah pilih karena aku tidak mau membuang-buang waktu lagi!"Citra nampak tak main-main dengan

  • Dihina Mantan Suami, Diratukan Cinta Sejati   Wanita Kejam

    Suara teriakan dari kejauhan lantas membuat seorang pria yang baru saja mengeluh tersebut mempertajam indra pendengarannya. Dengan perlahan langkahnya kembali maju menelusuri jalan setapak yang entah akan membawa dirinya ke mana. Hingga beberapa menit kemudian, kedua netra kembali membulat saat melihat sebuah mobil hitam yang terparkir di lahan kosong dengan bayangan dua orang perempuan yang sedikit terlihat di sampingnya."Tidak mungkin! Apa salah satu dari wanita di sana adalah Citra? Kalau memang benar Citra, itu berarti wanita yang sedang disiksa olehnya adalah ....""Sial! Tidak mungkin! Apa iya dia berani segila itu pada Adelia?!"Pria itu mengusap wajahnya dengan gusar sambil perlahan kembali bergerak mendekat. Rencananya yang ingin menemui Citra secara langsung akhirnya ia urungkan, karena kini dirinya berpikir akan jauh lebih aman jika wanita itu tak mengetahui keberadaannya lebih dulu.Keputusannya ini sebenarnya bukan untuk mengamankan dirinya. Pria yang sudah semakin jauh

  • Dihina Mantan Suami, Diratukan Cinta Sejati   Sebuah Peringatan

    "Bisma! Bisma! Tunggu! Ke mana saja kau ini! Aku sampai pusing mencarimu karena ibuku terus bertanya tentang keberadaanmu dan Adelia!"Tanpa diduga-duga Tante Bella kini berjalan mendekat ke arah Bisma yang baru saja keluar dari area belakang villa. Wajahnya seketika menegang melihat tantenya Adelia tersebut, apalagi wanita itu memasang ekspresi tak ramah yang mana juga terlihat dengan jelas aura kemarahan di sana."Maaf, Tante. Tadi aku—""Tadi aku sudah mencarimu di kamar Adelia! Ternyata sampai lelah tanganku mengetuk pintu, tidak ada satu orang pun yang menyahut dari dalam sana. Katamu tadi Adelia ingin beristirahat di kamarnya bukan? Kenapa sekarang dia tidak ada di sana?" Tante Bella yang belum selesai dengan emosinya kembali berbicara mencecar, hingga tak sadar memotong pembicaraan pria di hadapannya.Dengan berpikir keras, Bisma berusaha mencari cara yang tepat untuk membicarakan keadaan Adelia saat ini. Ia tahu walau sikap sehari-hari Tante Bella pada Adelia terkesan cuek, wa

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status