Share

Bab 4

Penulis: empat2887
last update Terakhir Diperbarui: 2023-06-03 14:14:46

"Iya, Bu, bahkan mereka mengataiku sebagai perempuan jalang segala." Aku berterus terang kepada Ibu, sebab dia adalah orang yang selalu setia mendengarkan curhatanku.

"Ya sudah, kamu jangan ambil pusing perkataan mereka. Biarkanlah mereka berkata apa, toh semua perkataan baik dan buruknya juga akan berbalik ke diri mereka masing-masing." Ibu memberi pepatah kepadaku, supaya aku tidak membalas perbuatan jelek semua orang yang selalu menghinaku.

Aku pun mengiyakan, apa yang ibuku pesankan kepadaku. Karena apa yang diucapkan Ibu itu memang benar, serta merupakan jalan terbaik untukku.

"Bunda, Arka mau membantu Kakek lagi ya," pinta anak sulungku, yang baru berusia sepuluh tahun dan kini mau masuk ke kelas lima Sekolah Dasar.

"Iya, Bun, Azka juga mau membantu Kakek lagi." Anak bungsuku meminta izin untuk membantu kakeknya.

Azka kini baru berusia lima tahun dan mau masuk Sekolah Taman Kanak-Kanak.

"Boleh, tapi kalian tetap harus berhati-hati ya. Jangan sambil bercanda membantu kakeknya," pesanku.

"Iya, Bun," sahut mereka.

Setelah mendapat izin dariku, mereka pun kini membantu kakeknya mengangkut batang padi yang baru dipotong. Aku membereskan bekas makan, sedangkan Ibu pun langsung bekerja seperti semula. Selesai membereskan sisa makanan, aku pun membantu Ibu merontokan padi dari batangnya.

Aku membantu hingga terdengar suara adzan ashar. Aku kemudian mengajak kedua anakku untuk pulang ke rumah, sedangkan Ibu dan Bapak shalat ashar di gubuk yang ada di sana. Mereka juga membereskan padi, yang baru kami panen untuk di simpan di saung, biar besok pagi tinggal dijemur.

Aku dan anakku bergegas pulang, sebab mereka mau mandi. Tapi dipertengahan jalan, aku malah diberhentikan oleh suara orang yang memanggilku.

"Mira, tunggu!" serunya.

Aku pun menoleh dan ternyata itu Mas Hamdan.

"Iya, Mas, ada apa?" tanyaku.

"Mira, maafin sikapnya Susi ya. Dia memang tidak suka sama kamu, gara-gara aku pernah bilang sama dia, kalau sebenarnya dulu aku menaruh perasaan sama kamu." Mas Hamdan memberitahu kenapa Susi bersikap dingin kepadaku.

"Oh ... ternyata begitu ya, Mas. Pantesan saja istrimu bilang, kalau aku perempuan jalang dan lain sebagainya. Rupanya ia itu cemburu dan ia juga takut, jika aku beneran menyukaimu. Bahkan ia memprovokasi Ibu-ibu, supaya menjaga para suaminya agar jangan sampai tergoda olehku," terangku.

Aku pun akhirnya berterus terang, tentang perkataan yang diucapkan Susi tadi pagi

Mas Hamdan pun bengong, saat mendengar apa yang aku ucapkan barusan. Sepertinya ia tidak percaya, jika istrinya sampai berbuat seperti itu karena rasa cemburunya.

"Mira, apa Susi beneran berkata seperti itu kepadamu?" tanyanya tidak percaya.

"Iya, Mas," jawabku.

Aku menjawab apa adanya, sesuai dengan apa yang diucapkan Susi dan warga yang lain tentang diriku.

"Ya ampun Susi, katanya kamu mau berubah. Tapi kok tetap saja menjadi perempuan bar-bar," ujar Mas Hamdan mengomentari sikap istrinya.

"Ya sudah, Mas, aku duluan ya! Aku nggak mau istrimu salah paham lagi, nanti ia bisa berbuat yang lebih dari pada ini." Aku pamit kepada Mas Hamdan ingin segera pulang, sebab tidak mau Susi kembali salah paham.

Setelah pamit, aku dan kedua anakku pun kembali berjalan menuju rumahku, meninggalkan Mas Hamdan yang masih mematung.

Sesampainya di depan rumahku, aku dikagetkan dengan tarikan dari tangan seseorang, yang menarik tanganku dari arah belakang secara brutal. Beruntung aku memegang perabotan dengan kuat, jadi tidak sampai tumpah.

"Ada apa sih ini, main tarik-tarik tangan orang saja?" tanyaku dengan nada suara yang aku buat naik satu oktaf, sebab aku merasa kesal.

"Kamu jangan pura-pura tidak tau, dengan apa yang telah kamu lakukan ya, Mira! Ngomong apa kamu sama suamiku, hingga ia datang-datang marah besar sama aku? Ayo jawab ngomong apa?" tanya Susi malah bertanya balik kepadaku.

Rupanya Mas Hamdan telah memarahi istrinya, setelah aku beritahu kelakuan istrinya yang pencemburu itu. Namun Susi bukannya menyadari kesalahannya, tetapi ia malah menyalahkan aku. Memang dasar Susi orangnya egois, ia tidak mau mengakui kesalahan dan tidak merasa bersalah.

"Kamu mau tau, apa yang aku katakan kepada suamimu, Susi? Aku memberitahu Mas Hamdan, tentang semua ucapan yang tadi pagi kamu katakan kepadaku. Kamu nggak terima dengan semua itu? Makanya kamu itu berpikir dulu, jika mau melakukan apapun kepada orang lain. Karena orang yang selalu kamu jahatin, tidak akan selamanya diam, tetapi bisa saja ia juga akan berontak," tegasku.

"Kurang ajar kamu, Mira! Jadi kamu mengatakan semuanya kepada suamiku? Pantas saja, jika dia sampai murka begitu. Dasar perempuan penggoda, awas kamu ya!" Susi berkata sambil  memelintirkan tanganku, hingga barang yang sedang  aku pegang terjatuh.

Susi mengamuk, ia juga menjambak kerudung masukan yang aku pakai hingga terlepas. Aku pun berusaha meminta pertolongan, anak-anakku pun ikut melerai tapi tidak bisa. Karena tenaga Susi saat ini seperti orang yang sedang kesetanan.

Ia terus mengamuk, hingga tidak kusangka ia mendorong anak bungsuku, yang ikut membela ibunya. Susi mendorong Azka, hingga Azka terbentur kesudut teras rumah yang lancip. Anakku menjerit kesakitan, akupun terperanjat karena melihat darah yang mengucur dari kening anakku.

Arka yang melihat adiknya menangis dan terluka langsung menghambur menolong Azka. Karena aku terus berteriak minta tolong, banyak warga yang datang menghampiri. Mereka pun melerai kami, termasuk Mas Hamdan.

"Plak," satu tamparan dari tangan kekar Mas Hamdan mendarat di pipi Susi.

"Aww ... sakit, Mas," ucap Susi, sambil memegang pipi yang barusan ditampar suaminya itu.

Bersambung ...

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Susi lowati
ya Allah hanya karna cemburu ,jadi jahat ya susi
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Dihina Miskin Saat Pulang Kampung   Bab 55

    "Alhamdulillah, Bu. Aku tidak pernah memberikan foto apapun, walaupun ia pernah memintanya. Beruntung Allah masih melindungiku," sahut Bi Minah."Alhamdulillah kalau begitu," ucapku.Aku terus memberikan arahan kepada Bi Minah, supaya tidak terulang lagi. Aku memberitahu bagaimana trik penipu tersebut, serta memberi sedikit ilmu, bagaimana caranya melihat itu akun asli ataupun bukan. Bi Minah sampai manggut-manggut, saat mendengarkan celotehanku."Bu, jadi Ibu mau ngerjain orang ini?" tanya Bi Minah."Insya Allah Bi, nanti bersama Mas Arsya," sahutku."Iya, Bu, bikin dia kapok ya, Bu," ujar Bi Minah.Ia memintaku, supaya membuat kapok si penipu. Mungkin karena Bi Minah merasa kesal dan juga sakit hati, telah ditipu oleh pria yang dikiranya akan menjadi teman hidupnya tersebut."Iya, Bi, doain supaya berhasil ya, Bi. Nanti kalau berhasil kan lumayan, uang Bibi bisa kembali. Daripada uangnya dipakai buat makan si penipu, mending diberikan kepada orang tua dan adik-adik Bibi," ungkapku.

  • Dihina Miskin Saat Pulang Kampung   Bab 54

    "Mas, kamu setuju nggak kalau aku mau ngerjain penipu itu?" tanyaku meminta izin pada Mas Arsya, sambil berharap agar Mas Arsya mengizinkan aksiku."Maksud kamu, kamu mau ngerjain penipu yang menipu Bi Minah, Dek?" Mas Arsya bertanya balik kepadaku, menanyakan maksudku tersebut."Iya, Mas, kamu setuju nggak? Pokoknya harus sampai uang Bi Minah bisa kembali.Soalnya aku gemes banget, saat mendengar cerita Bi Minah tadi. Aku juga sering sekali melihat, kalau di facebook banyak sekali korban penipuan seperti Bi Minah. Makanya aku berinisiatif untuk mengerjai orang tersebut. Kira-kita kamu mau izinin aku nggak, Mas?" Aku bertanya lagi, sembari menegaskan apa yang menjadi rencanaku. Aku ingin segera tau, Mas Arsya mau mengizinkan aku atau tidak tentang apa yang akan dilakukan oleh aku nanti. Karena prinsipku, aku tidak akan mengerjakan sesuatu apapun tanpa seizin suamiku. Apalagi ini masalah yang bersangkutan dengan uang dan juga laki-laki."Kira-kira kalau kamu mengerjai mereka, kamu ak

  • Dihina Miskin Saat Pulang Kampung   Bab 53

    "Aku baru ngebangunin Bi Minah, Mas. Dia kesiangan, gara-gara main handphone," jawabku."Lho kok bisa, Bi Minah kesiangan karena main handphone?" Mas Arsya bertanya lagi kepadaku, tentang alasan Bi Minah kesiangan.Aku pun menjelaskan kepadanya, kenapa Bi Minah sampai kesiangan. Setelah itu Mas Arsya baru faham, setelah aku menjelaskannya."Bilangin sama Bi Minah, hati-hati berkenalan di media sosial. Karena tidak semua yang memakai media sosial itu profil asli," saran Mas Arsya."Iya, Mas, nanti aku bilangin," sahutkuSetelah itu kami pun makan bersama, selesai makan mereka bersiap untuk berangkat. Kedua anakku pun berangkat diantar Ayahnya, sebab Mas Arsya berangkat pagi. Biar nanti aku tinggal menjemput saja.Selesai mengantar anak serta suamiku, aku kembali masuk ke dalam. Aku langsung ke dapur untuk menyampaikan saran dari suamiku. Sampai ke dapur, aku melihat Bi Minah sedang mencuci bekas makan dan masak tadi. Kemudian aku menghampirinya dan bertanya sedikit, tentang perkenalan

  • Dihina Miskin Saat Pulang Kampung   Bab 52

    "Lupa apa lagi, Dek?" tanya Mas Arsya."Tunggu sebentar, aku akan segera kembali," kataku lagi, sambil membuka pintu mobil.Setelah itu aku pun segera turun dan kembali ke tempat Mbak Nina berada."Mira, kok kamu balik lagi?" tanya Mbak Nina."Iya, Mbak, aku ada yang kelupaan," sahutku.Aku pun segera membuka tas salempang dan merogohnya, kemudian aku segera memberikan dua amplop, yang telah aku siapkan tersebut untuk Uak dan juga Kakak sepupuku. "Ini Uak, Mbak, lumayan untuk tambah-tambah beli temen nasi. Maaf tadi lupa, saking senangnya melihat Mbak Nina sudah ada perubahan," ungkapku, sambil memberikan amplop ke tangan masing-masing."Ya ampun, Mira, aku kira kamu kembali karena ada apa? Ternyata kamu mau berbagi rezeki terhadap kami. Terima kasih ya, Mira, semoga keluargamu ditambahkan lagi rezekinya yang lebih berlimpah lagi." Mbak Nina mendoakanku."Sama-sama, Mbak. Semoga kita semua digampangkan dalam perihal mencari tezeki," sahutku lagi.Setelah itu aku kembali berpamitan ke

  • Dihina Miskin Saat Pulang Kampung   Bab 51

    "Mi-Mira, kamu datang menemuiku? Pasti kamu datang karena mau menertawakan aku ya, sebab sekarang hidup aku sudah hancur begini." Mbak Nina menudingku, kalau aku datang karena mau meledaknya, tetapi ia tetap tidak mau menoleh ke arahku."Mbak, kok kamu ngomongnya seperti itu sih? Aku sama sekali nggak punya pikiran seperti itu, Mbak. Justru aku merasa prihatin melihat dan mendengar Mbak seperti ini," kataku lagi.Setelah mendengar perkataanku barusan, Mbak Nina langsung menoleh kearahku. Kemudian ia menghambur kepelukanku sambil menangis. Aku pun membalas pelukannya, sambil mengusap rambutnya yang berantakan."Mira, maafin aku ya. Mungkin semua ini terjadi karena dulu aku selalu menyakitimu. Ini mungkin karma buatku, Mira. Maafkan aku," ucapnya sambil tersedu."Iya, Mbak, aku sudah memaafkan semuanya kok. Mbak jangan selalu menyalahkan diri sendiri, Mbak juga jangan menyiksa diri sendiri seperti ini. Mbak harus bangkit, tunjukkan sama mantan suami Mbak, kalau Mbak itu wanita yang kuat

  • Dihina Miskin Saat Pulang Kampung   Bab 50

    "Ya ampun, kamu lupa padaku, Mira? Padahal dulu kita sebangku lho, waktu kita sekolah menengah dan berada di kelas lima belas." Ia menerangkan, kalau kami pernah sebangku di kelas lima belas.Calon pengantinnya Mas Hamdan memberitahuku, kalau ternyata dia adalah teman sebangku aku sewaktu di kelas lima belas. Apa benar dia ini Lia, kok wajahnya beda banget ya? Apa karena dia memakai make up, sehingga aku tidak dapat mengenalinya? Tapi kalau bukan Lia, lalu siapa lagi? Karena waktu itu aku hanya sebangku dengan dia."Apa benar kamu itu Lia?" tanyaku."Iya, Mira aku ini Lia. Apa kamu tidak lagi mengenaliku?" tanya wanita itu yang ternyata adalah Lia. "Bukan begitu, Lia. Kamu sekarang beda banget tau, makanya aku tidak mengenali kamu. Maaf ya, bukan maksud aku sombong atau bagaimana? Cuma kamu sekarang perfect banget tau," kataku.Aku langsung memeluknya, saat aku tahu kalau itu adakah Lia. Ternyata Lia tidak melupakan aku, atau mungkin juga wajahku yang tidak banyak perubahan. Tetapi L

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status