Share

Bab 218

Penulis: Felix Harrington
Rumah Sakit Insani.

Ryan bergegas datang ke rumah sakit. Roland sudah menunggu sejak tadi.

"Pak Roland, di mana mereka?" tanya Ryan.

"Eric ada di bagian keamanan. Anak buah kami sedang mengawasinya. Peter sekarang di ruang perawatan intensif. Putriku yang jaga," jawab Roland.

Sekilas, Roland memandang Angie yang berdiri di samping Ryan, lalu menoleh ke empat pengawal berwajah dingin di belakangnya. Sebagai orang yang sering berurusan dengan orang-orang dunia mafia, Roland dengan mudah membaca aura mengancam di tubuh Angie.

Namun, masalah Peter lebih penting, jadi Ryan tidak sempat memperkenalkan Angie. Roland pun tidak menanyakannya lebih jauh.

"Bawa aku lihat Peter!" kata Ryan.

"Ayo," sahut Roland.

Di depan pintu ruang perawatan intensif, Roland memperingatkan, "Yang lain jangan masuk dulu untuk mengurangi risiko infeksi!"

Ryan mengangguk, lalu menatap Angie. "Kak Angie, kalian tunggu di luar ya."

"Oke," jawab Angie sambil tersenyum.

Setelah disemprot disinfektan dua kali, Ryan mengik
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Dijaga Gadis-Gadis Berdasi, Dikejar Para Janda Berdaster   Bab 326

    Hanya dalam dua hari, berkat upaya Amanda, Ryan berhasil mendapatkan kualifikasi uji obat dan mulai memasuki tahap uji coba.Ryan tidak membiarkan Jesse datang langsung ke lokasi, melainkan dia sendiri yang masuk ke kamar pasien.Karena sekalipun memakai baju pelindung, masuk ke kamar pasien tetap sangat berbahaya. Dia tidak akan membiarkan Jesse mengambil risiko itu.Hari pertama uji obat, Ryan memasuki ruang rawat Amanda. Ini juga pertama kalinya mereka bertemu sejak Amanda terinfeksi."Amanda, kamu makin kurus." Ryan melihat Amanda yang terbaring di bawah selimut putih, tak kuasa merasa kasihan.Dia masih teringat pertemuan pertama mereka. Amanda gagah, tegas, cantik sekaligus keren, benar-benar membuat orang terpukau.Namun kini, setelah diserang virus, wajahnya menjadi kusam dan tampak letih. Seluruh dirinya kehilangan energi yang dulu begitu mencolok.Namun, Amanda punya dasar yang bagus. Hidung mancung, bibir mungil merah. Dipandang dari sudut mana pun tetap cantik.Sekalipun sa

  • Dijaga Gadis-Gadis Berdasi, Dikejar Para Janda Berdaster   Bab 325

    "Amanda, jangan terburu-buru. Ayah nggak akan membiarkan kamu celaka. Kamu nggak perlu bertaruh," kata Waldo. "Putri ayah mana mungkin dijadikan relawan uji obat orang lain? Itu terlalu berbahaya!"Waldo hanya memiliki satu anak perempuan. Amanda adalah segalanya bagi dirinya."Ayah!" Nada bicara Amanda tiba-tiba menjadi serius, "Putri Ayah juga manusia biasa, nggak ada bedanya dengan orang lain. Kalau orang lain bisa menjadi relawan uji obat, putri Ayah juga bisa!"Amanda menarik napas dalam-dalam beberapa kali. Kilatan keteguhan tampak di matanya saat dia berkata, "Ayah, selama bertahun-tahun ini, apa pun yang aku lakukan, aku selalu menghormati pendapat Ayah. Hampir semua keputusan besar dalam hidupku dibuat oleh Ayah. Tapi kali ini, aku ingin memutuskan sendiri.""Apa pun konsekuensinya, aku nggak akan menyesal. Dan aku harap Ayah nggak menghalangi langkahku selanjutnya. Kalau Ayah memaksa, kemungkinan besar aku nggak akan bisa keluar dari zona wabah ini."Setelah berkata demikian,

  • Dijaga Gadis-Gadis Berdasi, Dikejar Para Janda Berdaster   Bab 324

    "Bu Amanda, kamu nggak bercanda, 'kan?" Ryan terkejut. Detik berikutnya dia segera sadar dan bertanya, "Bu Amanda, kamu tertular?"Amanda terbatuk dua kali, lalu berkata, "Iya. Sepertinya tertular dua hari lalu saat ke Desa Seisha. Hari ini hasil tes menunjukkan positif.""Hah ...." Ryan menghela napas. "Semakin banyak orang di sekitar yang tertular. Kalau obat khusus ini nggak segera diluncurkan, seluruh Kabupaten Tosa benar-benar bisa runtuh.""Karena itu, aku akan sebisa mungkin membantumu melakukan uji obat. Bukankah kamu butuh tiga relawan? Sekretaris dan satu bawahanku juga tertular. Kami bertiga bisa menjadi relawanmu," kata Amanda.Ryan menarik napas dalam-dalam. "Bu Amanda, kalau kamu bersedia ikut uji obat, tentu aku sangat menyambutnya. Karena aku sangat yakin dengan obatku. Aku pasti akan memberimu kejutan."Namun di tengah kalimatnya, Ryan tiba-tiba berhenti, lalu berkata dengan nada berubah, "Hanya saja ....""Hanya saja apa?" tanya Amanda."Hanya saja aku nggak punya sta

  • Dijaga Gadis-Gadis Berdasi, Dikejar Para Janda Berdaster   Bab 323

    Gandhi merentangkan kedua tangannya dengan senyum palsu. Ryan menghela napas panjang, merasa benar-benar tidak berdaya.Selama tahap uji obat tidak bermasalah, obat yang dia kembangkan sebenarnya sudah bisa resmi digunakan, dan jutaan pasien akan mendapatkan harapan hidup. Namun tanpa dukungan tim proyek, dia tidak bisa memulai uji obat. Sekalipun obat itu benar-benar manjur, tetap tidak bisa digunakan.Hal itu membuat Ryan merasa muak sekaligus marah."Ryan, kita pergi saja," kata Jesse. "Sepertinya urusan ini memang nggak bisa diselesaikan.""Aku mau bicara lagi dengan Profesor Gandhi," kata Ryan dengan keras kepala."Ryan!" Jesse langsung menarik Ryan, menatap lurus ke dalam matanya, lalu menggeleng pelan.Pada saat itu, harapan Ryan terhadap tim proyek benar-benar runtuh. Sebenarnya dia juga sangat sadar, terus memohon pun tidak akan membuahkan hasil."Baiklah."Detik berikutnya, Ryan melangkah pergi dari gedung tim proyek dengan perasaan hampa."Ryan, Gandhi itu terlalu kaku. Kamu

  • Dijaga Gadis-Gadis Berdasi, Dikejar Para Janda Berdaster   Bab 322

    "Pfft, hahahahaha!" Bara langsung tertawa terbahak-bahak. "Kupikir kamu punya dasar apa, ternyata cuma tabib jalanan!""Bara!" tegur Gandhi dengan suara rendah dan Bara segera menahan tawanya.Gandhi menatap Ryan dengan dingin lalu berkata, "Sebuah obat khusus dibuat untuk menyelamatkan jutaan pasien, bukan untuk mencelakai mereka! Kamu cuma bilang 'berdasarkan pengalaman', lalu ingin lolos begitu saja. Itu benar-benar meremehkan dunia kedokteran!"Ryan segera menjelaskan, "Profesor Gandhi, aku sama sekali nggak berniat asal-asalan ....""Nggak berniat asal-asalan?" Tatapan Gandhi tajam seperti pisau, menanyai Ryan layaknya dosen menginterogasi mahasiswa. "Kalau begitu, katakan padaku, obat khususmu itu sudah diuji dan disertifikasi oleh lembaga apa? Berdasarkan prinsip ilmiah apa obat itu bisa mengobati virus spiral? Atas dasar apa aku harus percaya obatmu bisa menyembuhkan virus spiral?"Sorot mata Ryan muncul api amarah. Dia berkata dengan tegas, "Pengobatan tradisional adalah ilmu

  • Dijaga Gadis-Gadis Berdasi, Dikejar Para Janda Berdaster   Bab 321

    "Kalau sudah buat janji, kenapa Profesor Gandhi nggak datang menemui kalian?" Bara menanyai dengan nada menekan.Jesse mengerutkan alis indahnya dan berkata, "Kami benar-benar punya urusan yang sangat penting dengan Profesor Gandhi.""Cantik, bukan aku nggak mengizinkanmu bertemu Profesor Gandhi. Hanya saja beliau kadang sangat sibuk," kata Bara. Kilatan licik melintas di matanya. "Begini saja, kita tukar kontak dulu. Kamu pulang dulu, nanti kalau Profesor Gandhi ada waktu, aku hubungi kamu untuk datang."Ryan tahu jelas orang ini tidak berniat baik. Dia pun tidak ingin bertele-tele dan langsung berkata, "Di mana kantor Profesor Gandhi?""Kalian disuruh pulang dulu nggak dengar, ya?" bentak Bara.Di belakangnya, tiga sampai empat peneliti muda langsung berdiri.Setelah kejadian terakhir, Bara memang sengaja berkoordinasi dengan rekan-rekannya. Kalau ada orang datang membuat keributan lagi, mereka harus bersatu mengusirnya.Melihat hal itu, Ryan merasa kesal. Dia menyerahkan ransel beri

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status