Share

3. Kenyataan Pahit 3

"Argh!"

Jihan terkejut. Ia mengurungkan niatnya untuk mencoba menjelaskan pada sang Ayah saat pria paruh baya memegang dadanya.

Rasa nyeri semakin menyiksa Jihan, pria yang sangat di cintainya menderita karena konspirasi istri dan putri tirinya. Hanya untuk menjatuhkan dirinya, memisahkan mereka demi harta dan kekuasaan. Jihan baru menyadari jika selama ini tunangan dan saudara tirinya begitu hebat menyembunyikan perselingkuhan mereka, dan dengan indahnya mereka menikah setelah berhasil menjebak dirinya dengan pria yang tidak di kenalnya.

"Pergilah jangan membuat keributan, beruntung sekali anakku tidak menikahi wanita seperti dirimu. Wanita penipu yang mudah menjatuhkan tubuhnya pada pria yang lain. Menjijikan! Beruntung Nyonya Irina memiliki putri yang cantik dan pandai menjaga martabatnya sebagai seorang wanita, Tuan Cakra yang terhormat. Saya tidak menyangka jika wanita yang saya ketahui putri anda ini adalah seorang wanita yang berpendidikan tinggi. Namun sayangnya, akhlaknya sungguh tidak bermoral. Entah seperti apa ibunya di masa lalu, sampai-sampai melahirkan anak seperti dia!! Atau jangan-jangan ibunya melakukan hal yang sama sehingga memiliki anak yang tidak seharusnya di lahirkan!!"

Jihan mengepalkan tangannya mendengar perkataan Naifa ibu dari Ivan, laki-laki yang menjadi tunangannya satu bulan yang lalu. Dengan suara lantang, Naifa menghinanya Bukan hanya dirinya, tetapi juga ibu kandungnya, wanita yang telah melahirkan dirinya dan kini telah meninggal dunia di hina begitu dahsyatnya.

Jihan lantas berdiri dengan kekuatan yang entah dari mana dengan syara yang tidak kalah lantangnya Jihan bersuara.

"Jaga ucapan anda nyonya Naifa yang terhormat! Anda begitu mudah menghina saya, tanpa berfikir lebih dulu. Dengan ikhlas saya terima hinaan itu. Tetapi saya tidak terima jika mendiang ibuku anda hina! Tahukah anda siapa yang terhina di sini? Tentu anda tidak tahu bukan? Anda hanya melihat apa yang terjadi dengan saya tapi anda tidak tahu bagaimana hal itu bisa terjadi dan siapa yang harus bertanggung jawab atas kejadian ini! Apakah anda sudah bertanya pada anak dan menantu anda? Apa yang mereka lakukan saat kejadian? Kenapa mereka membawa saya kesana hanya untuk--"

"Sudah cukup!! Keluar dari sini. Jika kau sayang pada ayahmu! Perlu kau ingat dalam otakmu, bahwa kau adalah sampah tentunya yang pantas di tempat sampah. Kau tahu itu bukan? Pergi dengan sendiri atau mereka yang akan menyeret mu!!"

Dengan langkah berat Jihan pergi tangan lemahnya menarik koper meninggalkan rumah yang sejak kecil menjadi tempat ternyaman untuknya, sebelum kedatangan Irina dan Luna kedalam hidup mereka. Wanita yang di perkenalkan sebagai ibu sambung untuknya dan seorang gadis yang seusianya menjadi saudara tirinya.

Hatinya yang begitu lembut tidak dan tutur katanya yang mendayung membuat siapapun akan nyaman berada di sisinya. Jihan adalah gadis yang periang meskipun sifatnya yang lembut. Namun sayangnya itu adalah kelemahannya sehingga mudah bagi siapapun untuk menipunya seperti yang terjadi saat ini. Saudara tiri dan tunangannya bersekongkol menjebak dirinya hingga harus terbuang dari keluarganya.

"Bagaimana rasanya di buang Jihan? Ah! Aku lupa, seharusnya aku bawa ayahmu yang sialan itu untuk melihat putrinya sedang memadu kasih dengan pria lain. Pasti akan menyenangkan bukan? Terlebih saat itu juga ayahmu mati karena serangan jantung. Sayangnya aku hanya ingin bermain-main dengan mu dan pria tua bangka itu, akan menunggu gilirannya. Saat putrinya tidak lagi mampu untuk melindunginya, Jihan kau tahu apa yang aku inginkan saat ini? Tentunya adalah harta. Ya! Harta itu, aku menginginkannya menjadi milikku maka aku pastikan dia akan mati."

Kepalan tangan Jihan semakin kuat hingga otot terlihat begitu jelas. Kesabarannya telah mencapai batas ingin ia lampiaskan semuanya tidak peduli apa yang akan terjadi tetapi akal sehatnya kembali bekerja sehingga Jihan memilih diam menyimpan kemarahannya sendiri.

"Aku tahu jika kau ingin marah padaku? Jika kamu ingin, kamu bisa melakukannya. Tapi aku tahu kamu tidak akan bisa, karena apa? Kau takut ayahmu mati seketika bukan? Haha, Jihan kau menyedihkan sekali. Kau begitu pandai menyimpan kemarahan mu, coba kau lihat tanganmu terluka. Kuku mu begitu tajam setajam otakmu, tapi sayang hatimu yang mengalahkan otakmu."

Jihan ingin menampar Luna, namun dengan kuat ia menahannya tidak ingin sang ayah mengalami serangan jantung. Sehingga Jihan memutuskan untuk pergi, hatinya begitu rapuh dengan kenyataan saat ini kenyataan pahit yang harus ia hadapi. Di tatapannya pria yang sangat ia cintai bersamaan dengan rasa benci yang begitu mendalam atas apa yang mereka lakukan padanya. Melihat mereka tersenyum indah senyum yang sebenarnya adalah mencemooh ke arahnya. Belum lagi ia melangkah tiba-tiba suara Luna kembali terdengar.

"Jihan apa yang kamu katakan, aku berusaha untuk menutupi semuanya dari ayah. Kamu tahu 'kan kalau ayah pernah sakit jantung? Aku hanya berusaha untuk melindungi ayah, tapi kenapa kamu begitu marah padaku?" ujar Luna dengan sandiwara yang indah dan air mata palsunya.

Jihan menggeleng lemah, sungguh pandai sandiwara yang mereka mainkan. Berusaha menyembunyikan kebenaran jika Luna dan kekasihnya yang telah melakukan konspirasi untuk menyingkirkan dirinya.

"Hatimu begitu busuk, Luna. Kau wanita tidak berhati." lirih Jihan penuh penekanan tepat di telinga Luna.

"Itu kamu tahu, Jihan. Kenapa kamu begitu bodoh menerima kami? Huss! Cepat pergi aku tidak ingin mengatakan padamu sekarang. Pikirkan kenapa jadi orang terlalu bodoh dan tentunya hati kamu itu, lembek."

"Berbahagialah Luna, apa yang kau ambil dariku suatu saat nanti kau akan merasakan seperti yang aku rasakan saat ini. Mungkin jauh lebih menyakitkan dari ini. Aku berharap pada saat itu kau tidak mengambil jalan pintas, kau tahu kenapa? Aku ingin kamu menikmatinya dengan air matamu itu. Kehilangan orang yang kita cintai dan sakitnya saat di khianati, terlebih saat kau melihat suami yang kau ambil dariku tidur dengan wanita lain."

"Jihan, aku bukan kau. Karena aku tahu caranya untuk mempertahankan. Kau wanita bodoh dan aku tentu jauh lebih pintar darimu, jika aku bisa mengambilnya darimu bagaimana bisa dia lepas dariku? Kau begitu naif Jihan. Terima kenyataan di usir dari rumah, kehilangan harta dan laki-laki yang menjadi tunanganmu itu. Kau memiliki semua tapi sayangnya kau tidak bisa menikmatinya, selamat jalan Jihan, hiduplah dengan baik dan selamat menjalani kemiskinan."

Tanpa menjawab perkataan Luna, Jihan mencari taksi yang biasa lewat di tempat tinggalnya. Tidak ingin menunggu kedatangan taksi online yang di pesannya yang akan membutuhkan waktu lama. Jihan menyusuri jalan yang terlihat ramai karena waktu yang sebentar lagi jam istirahat. Wajahnya yang begitu menyedihkan dan matanya yang sembab membuat dirinya tidak mudah di kenali terlebih dengan penampilan yang begitu berantakan seakan dirinya adalah orang yang tidak waras.

Din Din Dinn!!

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status