Sementara itu, di salah satu kamar mewah yang di salah satu rumah mewah dan elegan seorang laki-laki tengah merapikan jasnya, untuk kesekian kalinya bibirnya tidak henti-hentinya bersiul, memikirkan wanita yang telah menghabiskan waktu bersama dengannya, untuk pertama kalinya pria tampan depan tubuh yang atletis, berhidung mancung. Jangan lupakan kulitnya yang putih dan perutnya yang kotak-kotak seperti roti sobek. Merasakan kepuasan saat bersama dengan wanita, tidak seperti biasanya, semalam wanita yang tidak di ketahui olehnya telah membangkitkan sesuatu yang telah lama terpendam.
Tidak sia-sia, ia mengeluarkan kocek yang cukup fantastis hanya menghabiskan malam bersama dengan wanita yang telah berhasil mencuri perhatian."Bas, temui aku setelah meeting!"Kali ini ia akan berterima kasih dan berjanji akan memberikan bonus yang cukup besar pada asisten sekaligus sahabatnya. Selama ini, ia selalu meminta pada asistennya untuk menyiapkan satu wanita untuk menemaninya meeting ataupun perjalanan jauh. Pria yang memiliki tinggi 180 cm itu meminta wanita semalam untuk menemaninya."Tuan, Maafkan saya. Tapi—""Jangan kebanyakan minta maaf, lebaran masih lama. Sesuai jadwal temui aku di jam istirahat!""B–baik, Ttuan,"Bastian menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Permintaan bos-nya sulit untuk ia kabulkan permintaan wanita yang sebelumnya telah gagal, tidak mungkin ia gagal untuk kedua kalinya. Jika hal itu terjadi maka tamatlah sudah riwayatnya."Kau akan tetap memilih berdiri di sana tanpa mengikuti perintahku? Cepatlah atur semuanya!' seru pria yang memukul lengan Bastian."Tuan Ken, tunggu!"Bastian mengejar langkah panjang pria yang di panggil tuan Ken, tidak ingin sesuatu terjadi dengan cepat Bastian menyelesaikan semua acara meeting. Tidak menunggu lama lagi, Bastian pun berlari ke arah tuan Ken yang telah lebih dulu meninggalkan ruang meeting yang tidak terlalu lama."Tuan Ken. Apakah ada sesuatu yang sangat penting sehingga Anda memanggil saya untuk menghadap?" tanya Bastian setelah menjatuhkan obat tubuhnya di atas kursi yang berhadapan dengan tua Ken."Hum, kau tahu kenapa aku memanggilmu datang ke sini?"Bastian menggeleng, membuat tuan Ken melempar bolpoin yang berada di tangannya ke arah Bastian."Kau semakin hari bukannya semakin pintar itu sebaliknya aku merasa jika kau semakin bodoh. Bastian! Apakah sama ini kau tidak pernah menyalurkan keinginanmu, sehingga kau lambat dalam bekerja dan pola pikirmu semakin tertinggal jauh dari sebelumnya?"Bastian, bersama usaha bersikap tenang tidak membenarkan apa yang dikatakan oleh Tuhannya. Namun, ia merasa bahwa apa yang terjadi saat ini hanya karena ia merasa bersalah dan bertanggung jawab atas apa yang menjadi keinginan Tuhannya walau ia merasa aneh dengan sikap Tuannya dengan wanita yang di pesan. Tidak seperti biasanya, jika ia gagal mencari wanita yang menjadi keinginan Tuannya, maka terjadi perang yang tidak berkesudahan. Namun tidak demikian tentang pekerjaan tuan Ken, akan selalu menjadi hal utama walau tejadi kesalahan pahaman di antara mereka."Maaf Tuan, anda tahu sendiri apa yang sudah aku lakukan dan tentunya anda tidak akan berhenti memarahiku hanya karena masalah ini, saya mengerti dan sangat memahami jika masalah ini tidaklah sesimpel yang saya pikirkan. tyapi sebelum itu, kembali lagi saya akan memperbaiki semuanya dan saya akan berusaha mencari yang menjadi keinginan anda!""Berhenti lebih cerah! Kau seperti wanita yang tidak ada titik komanya saat bicara, ambil ini ada yang pergilah berlibur aku kasih waktu satu pekan kau berlibur, ah! Tidak bukan satu pekan aku beri kau waktu tiga hari untuk berlibur jika lewat dari tiga hari maka aku akan kehilangan pekerjaanmu.""M–maksud anda, saya akan di beri waktu untuk berlibur? Bukankah anda selalu seperti ini akan memberikan waktu berlibur padaku dan begitu banyak akan memberikan satu pekerjaan yang membuat saya tidak lagi menikmati masa berlibur,""Kamu jangan khawatir tentang itu, kali ini aku bersungguh-sungguh dan aku sangat berterima kasih kamu sudah memberikan yang terbaik untukku tapi sebelum kamu ribut-ribut, kau selesaikan semua pekerjaan ini!""Bastian. Aku ingin kau siap pakai hati yang kemarin malam.""Hah! Wanita?""Ya, wanita yang malam itu kau kirimkan padaku. Aku sangat membutuhkan wanita itu kembali, siapkan untukku malam ini.""T–tapi aku,"Belum usai Bastian mengatakan kebenaran jika kemarin malam bukanlah wanita yang ia siapkan untuk Tuannya, karena kenyataannya Bastian telah gagal, hal yang membuat Bastian merasa bersalah. Namun ia curiga siapa wanita yang menghabiskan malam bersama dengan tuannya? Kegundahan hati Bastian teralihkan dengan sering ponsel milik Tuannya sehingga Bastian terselamatkan dari pemerintah tuannya."Bas, kita bicarakan seorang wanita itu nanti. Kita harus pergi ke luar negeri sekarang juga dan untuk liburan yang aku berikan padamu sebaiknya kamu tunda lagi. Kita harus terbang ke Amerika hari ini juga, kau siapkan semuanya!""B– baik, tuan."***Sementara itu di kediaman keluarga Byantara, Jihan yang tidak kuasa mendengar teriakan sang ayah hingga tubuhnya jatuh di hadapan pria yang sangat ia sayangi dengan erat Jihan memeluk kakinya. Namun dengan kasar sang ayah melepaskannya, bahkan tidak segan menendang tubuh Jihan hingga terjungkal. Hatinya begitu nyeri, mendapati kenyataan pahit dalam hidupnya sang ayah tidak lagi mendengarkan penjelasannya begitu sakit luka yang ia rasakan. Mungkin inilah yang di sebut luka tidak berdarah."Ayah, tidakkah ayah mau mendengarkan penjelasan putrimu ini? Sejak kapan aku berbohong pada ayah? Sedari kecil sampai saat ini, putri ayah tidak pernah melakukan kebohongan. Mereka sudah menjebak ku, jika ayah percaya dengan mereka, tidak apa-apa. Tapi satu hal yang ingin putri ayah ini katakan, bahwa sampai saat ini putri kesayangan ayah selalu memegang kejujuran, kali ini mereka menang karena mereka sudah berhasil membuat putrimu hancur dan mereka berhasil membuat ayah tidak lagi mendengarkan putri ayah dan lagi mereka telah berhasil mengambil apa yang tidak kepercayaan dan memisahkan ayah dengan putrimu ini,""Cukup! Hentikan!""Hei! Anak tidak tahu di untung pergi dari sini. Sekarang juga, atau kau ingin di seret keluar dari sini hah?"Irina menarik kasar pergelangan tangan Jihan mendorongnya dengan kasar, berapa lembar foto berserakan di tubuh Jihan yang terduduk. Mata Jihan membulat mendapati salah satu foto dirinya yang tengah bercumbu dengan pria lain. Bukan hanya itu, sebuah foto saat dirinya tengah mabuk berat dan berlenggak-lenggok di antara pria yang mengelilinginya.Tidak memiliki kekuatan untuk menyakinkan mereka bahwa yang terjadi adalah salah paham, dan dirinya adalah korban akibat kelicikan saudara tiri dan tunangannya. Namun semua tidak ada gunanya lagi, sang ayah begitu membencinya kemarahannya tidak lagi di bendung melihat putri kecilnya telah melakukan hal yang memalukan Jihan menyadari keadaan tidak berpihak padanya tetapi dengan berat hati Jihan menyerah. Meskipun hatinya bertolak belakang, berusaha untuk menjelaskan berharap kali ini sang ayah akan mengerti dan bersedia mengabulkan permintaannya."A–ayah.""Jangan panggil aku ayahmu!""Argh!"Jihan terkejut. Ia mengurungkan niatnya untuk mencoba menjelaskan pada sang Ayah saat pria paruh baya memegang dadanya. Rasa nyeri semakin menyiksa Jihan, pria yang sangat di cintainya menderita karena konspirasi istri dan putri tirinya. Hanya untuk menjatuhkan dirinya, memisahkan mereka demi harta dan kekuasaan. Jihan baru menyadari jika selama ini tunangan dan saudara tirinya begitu hebat menyembunyikan perselingkuhan mereka, dan dengan indahnya mereka menikah setelah berhasil menjebak dirinya dengan pria yang tidak di kenalnya. "Pergilah jangan membuat keributan, beruntung sekali anakku tidak menikahi wanita seperti dirimu. Wanita penipu yang mudah menjatuhkan tubuhnya pada pria yang lain. Menjijikan! Beruntung Nyonya Irina memiliki putri yang cantik dan pandai menjaga martabatnya sebagai seorang wanita, Tuan Cakra yang terhormat. Saya tidak menyangka jika wanita yang saya ketahui putri anda ini adalah seorang wanita yang berpendidikan tinggi. Namun sayangnya, akhlaknya su
Din Din Din!Jihan berjingkat kaget mendengar suara klakson mobil yang tidak hentinya, membunyikan suara yang begitu nyaring. Matanya menyipit mendapati seseorang yang ia kenal berada di balik kemudi. Dengan tatapan yang begitu terlihat khawatir terhadap dirinya."Jihan?""A–ajeng?""Masuklah, kau berhutang penjelasan padaku." Ajeng melajukan mobilnya setalah juga dan duduk di sampingnya. Dengan kecepatan sedang menuju salah satu apartemen miliknya yang berada di pusat kota. Ajeng adalah pemilik dari berapa butik terkenal di ibu kota. Pelanggannya bukan hanya orang-orang kaya tepati selebriti dan para istri pejabat. Mereka menyukai disainer pakaian miliknya yang mampu menembus luar negeri.Tidak membutuhkan waktu lama mobil memasuki apartemen mewah, Ajeng menghentikan mobilnya di basement. Ajeng membantu Jihan yang terlihat menyedihkan."Jihan makanlah dulu, aku tahu kamu belum makan. Setelah itu kamu istirahat, tinggallah di sini sampai kamu benar-benar tenang. Jangan bicara apapun,
Jihan sontak menengok dan menemukan sahabatnya menatapnya dari atas ke bawah."Ajeng bikin kaget aja! Aku kenapa? Apakah ada yang salah?""Tidak, Jihan. Aku hanya takjub melihatmu yang begitu cantik seperti biasanya. Dia benar-benar buta sampai meninggalkan dirimu, dan memilih batu kali yang tidak berharga. Em, Jihan! Kamu sudah siap?" sahut Ajeng panjang lebar."Sudah dong. Ayo!""Ajeng, aku tahu kamu akan mengatakan sesuatu padaku. Tapi, kamu enggan membuatku mengingat kejadian kemarin. Kamu harus percaya jika aku akan baik-baik saja, aku kuat seperti yang kau katakan padaku." lanjut Jihan dalam hatiAjeng mengantar Jihan ke salah satu perusahaan milik sahabatnya yang saat ini berada di luar negeri. Ajeng yakin jika Jihan akan betah bekerja disana, mengingat jika perusahaan milik sahabatnya itu membutuhkan orang yang seperti Jihan dan tentunya dengan gaji yang tidak sedikit."Ajeng terima kasih," ucap Jihan penuh rasa syukur pada sahabatnya."Sekali lagi bilang makasih, aku tidak aka
Jihan yang sibuk dengan aktivitas setiap hari membuatnya melupakan apa yang terjadi dengan dirinya. Mengabaikan rasa sakit dan mengantikan dengan prestasi yang akan ia tunjukan pada sang ayah, walau bukti tidak ia dapatkan untuk membuktikan jika dirinya tidak bersalah. Namun Jihan tidak lagi peduli, hidupnya adalah bagaimana caranya bisa meraih mimpinya yang hilang karena ulah para benalu."Jihan kamu kenapa? Bangun Jihan!"Ajeng terkejut dengan jatuhnya Jihan yang tiba-tiba. Terlebih tubuh dan wajah Jihan yang pucat pasi membuktikan jika dirinya tidak baik-baik saja akhir-akhir ini. Tidak seperti biasanya Jihan selemah ini. Hal yang di takutkan oleh Ajeng kembali menyeruak di dalam hatinya kecemasan dan kekhawatiran keadaan Jihan yang tentunya akan shock mendapati kenyataan yang lebih menyakitkan lagi. "Jihan bangun!!! Jangan membuatku takut Jihan!!! Sadarlah Jihan. Bangun kamu tidak kasihan padaku, hah?!"Ajeng yang cemas melihat kondisi Jihan yang berapa hari ini terlihat pucat, ba
Ajeng tersentak mendengar penuturan Jihan yang semudah itu menolak anak yang ada dalam kandungannya. Tidak ingin menghakimi Jihan apa yang ia rasakan saat ini tidaklah muda. Dengan berlahan Ajeng kembali menasehati agar sang sahabat mengurungkan niatnya untuk menghilangkan nyawa."Dia adalah korban sama seperti dirimu, jangan lakukan apapun padanya, Jihan. Jangan membuat kesalahan untuk kedua kalinya, ingat ada tuhan bersamamu. Kau hanyalah salah satu orang yang tidak beruntung Jihan begitu juga anak yang ada dalam kandungan dia membutuhkan dirimu. Jika dia mampu berkata maka ia akan berkata, Mama aku ingin melihat dunia. Jangan sakiti aku," ujar Ajeng apapun untuk menyadarkan sahabatnya.Ajeng tidak hentinya mencoba menenangkan sahabatnya. Meskipun sulit pada akhirnya Ajeng berhasil menenangkan hati Jihan. "Kamu benar sekali Ajeng, aku hampir saja membunuh anakku. Seandainya kamu tidak mengingatkan dosa yang sudah aku lakukan, mungkin aku akan melakukan kesalahan dan dosa untuk kedu
"B– baik, pak. Saya mengerti hal itu,"Jihan telah menyiapkan hatinya untuk menerima pemecatan dirinya. Namun Jihan tidak menyangka jika waktunya lebih cepat dari yang ia perkirakan."Jihan boleh aku bertanya padamu?" "Pak Fikri? Apa yang ingin anda tanyakan pada saya? Maaf sebelumnya, jika pertanyaan anda mengenai masalah pribadi saya. Dengan berat hati saya tidak ingin menceritakan apapun yang terjadi dengan diri saya kepada anda atau orang lain. Saya harap anda mengerti untuk tidak–""Bukan itu Jihan. Aku hanya merasa ada sesuatu yang terjadi dan ini tidak benar. Maksudku, maaf aku tahu ini bukan urusanku tapi aku tahu jika kamu adalah putri dari keluarga yang tidak di ragukan lagi. Masalah yang terjadi dan gosip itu aku rasa bukan kamu yang bersalah, terlebih saudara tiri mu yang menjadi pengganti kamu di kantor. Aku harap kamu bisa mengakui aku sebagai sahabatmu, aku tahu siapa kamu meskipun kita baru bekerja di tempat yang sama. Aku harap kamu tidak memikirkan hal yang tidak pe
Bruaaaakkk !!"Argghhkkk!!!"Tubuh Jihan terhuyung kedepan, Jihan berusaha untuk menetralkan detak jantungnya dengan cepat meraba perutnya. Senyum terukir indah di bibirnya setelah menyadari bahwa kandungannya baik-baik saja."M– maaf, kamu tidak apa-apa?"Suara bariton terdengar di lembut namun sarat akan tegasnya. Jihan mendongak ke atas seorang laki-laki terlihat di depan wajahnya. Aroma maskulin membuat Jihan terasa nyaman, tanpa menyadari tatapan tegas seorang laki-laki yang mengerutkan keningnya."Aku tidak apa-apa," Tanpa menoleh ke arah wajah pria yang berdiri di depannya, Jihan berusaha untuk berlutut merapikan berkas yang berserakan di lantai. Pria yang berdiri hanya diam terpaku, wajah Jihan telah mengusik hatinya. Walau tidak sepenuhnya melihatnya namun entah kenapa hatinya berdesir seakan ia ingin begitu dekat dengan wanita yang tengah berlutut di depannya."Ken, kenapa ada di sini? Aku mencarimu, cepatlah sebelum karyawan tahu kamu disini, mereka akan berbondong-bondong
"Itu terserah denganmu, tapi kamu yakin akan melakukannya?"Ajeng tidak ingin sahabatnya kembali mengalami masalah terlebih saat ini jiwanya shock setelah menjadi bulan-bulanan di kantor tempatnya bekerja. Meskipun tidak memperlihatkan padanya tetapi sebagai seorang sahabat tentunya Ajeng tahu apa yang di rasakan oleh Jihan saat ini."Kenapa tidak? Aku sangat yakin. Aku titipkan ayah padamu, tolong kunjungi ayah. Selama aku tidak ada di sini,"Ajeng yang tidak ingin sesuatu terjadi pada sahabatnya mencoba untuk meyakinkan sang sahabat bahwa semuanya akan baik-baik saja selama dirinya berada di samping Jihan. Terlebih dengan Ayahnya yang kini berada di kota. Ajeng menyakinkan sahabatnya jika semuanya akan menjadi aman. Walau Ajeng kesulitan untuk mengunjungi ayah dari sahabatnya, namun ia yakin bahwa kesempatan itu akan datang meskipun tidak tahu kapan waktunya. Namun ia yakin jika akan ada kesempatan untuk menemui dan mengatakan kebenaran yang terjadi pada Jihan."Pasti aku akan menja