Share

2. Kenyataan Pahit 2

Sementara itu, di salah satu kamar mewah yang di salah satu rumah mewah dan elegan seorang laki-laki tengah merapikan jasnya, untuk kesekian kalinya bibirnya tidak henti-hentinya bersiul, memikirkan wanita yang telah menghabiskan waktu bersama dengannya, untuk pertama kalinya pria tampan depan tubuh yang atletis, berhidung mancung. Jangan lupakan kulitnya yang putih dan perutnya yang kotak-kotak seperti roti sobek. Merasakan kepuasan saat bersama dengan wanita, tidak seperti biasanya, semalam wanita yang tidak di ketahui olehnya telah membangkitkan sesuatu yang telah lama terpendam.

Tidak sia-sia, ia mengeluarkan kocek yang cukup fantastis hanya menghabiskan malam bersama dengan wanita yang telah berhasil mencuri perhatian.

"Bas, temui aku setelah meeting!"

Kali ini ia akan berterima kasih dan berjanji akan memberikan bonus yang cukup besar pada asisten sekaligus sahabatnya. Selama ini, ia selalu meminta pada asistennya untuk menyiapkan satu wanita untuk menemaninya meeting ataupun perjalanan jauh. Pria yang memiliki tinggi 180 cm itu meminta wanita semalam untuk menemaninya.

"Tuan, Maafkan saya. Tapi—"

"Jangan kebanyakan minta maaf, lebaran masih lama. Sesuai jadwal temui aku di jam istirahat!"

"B–baik, Ttuan,"

Bastian menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Permintaan bos-nya sulit untuk ia kabulkan permintaan wanita yang sebelumnya telah gagal, tidak mungkin ia gagal untuk kedua kalinya. Jika hal itu terjadi maka tamatlah sudah riwayatnya.

"Kau akan tetap memilih berdiri di sana tanpa mengikuti perintahku? Cepatlah atur semuanya!' seru pria yang memukul lengan Bastian.

"Tuan Ken, tunggu!"

Bastian mengejar langkah panjang pria yang di panggil tuan Ken, tidak ingin sesuatu terjadi dengan cepat Bastian menyelesaikan semua acara meeting. Tidak menunggu lama lagi, Bastian pun berlari ke arah tuan Ken yang telah lebih dulu meninggalkan ruang meeting yang tidak terlalu lama.

"Tuan Ken. Apakah ada sesuatu yang sangat penting sehingga Anda memanggil saya untuk menghadap?" tanya Bastian setelah menjatuhkan obat tubuhnya di atas kursi yang berhadapan dengan tua Ken.

"Hum, kau tahu kenapa aku memanggilmu datang ke sini?"

Bastian menggeleng, membuat tuan Ken melempar bolpoin yang berada di tangannya ke arah Bastian.

"Kau semakin hari bukannya semakin pintar itu sebaliknya aku merasa jika kau semakin bodoh. Bastian! Apakah sama ini kau tidak pernah menyalurkan keinginanmu, sehingga kau lambat dalam bekerja dan pola pikirmu semakin tertinggal jauh dari sebelumnya?"

Bastian, bersama usaha bersikap tenang tidak membenarkan apa yang dikatakan oleh Tuhannya. Namun, ia merasa bahwa apa yang terjadi saat ini hanya karena ia merasa bersalah dan bertanggung jawab atas apa yang menjadi keinginan Tuhannya walau ia merasa aneh dengan sikap Tuannya dengan wanita yang di pesan. Tidak seperti biasanya, jika ia gagal mencari wanita yang menjadi keinginan Tuannya, maka terjadi perang yang tidak berkesudahan. Namun tidak demikian tentang pekerjaan tuan Ken, akan selalu menjadi hal utama walau tejadi kesalahan pahaman di antara mereka.

"Maaf Tuan, anda tahu sendiri apa yang sudah aku lakukan dan tentunya anda tidak akan berhenti memarahiku hanya karena masalah ini, saya mengerti dan sangat memahami jika masalah ini tidaklah sesimpel yang saya pikirkan. tyapi sebelum itu, kembali lagi saya akan memperbaiki semuanya dan saya akan berusaha mencari yang menjadi keinginan anda!"

"Berhenti lebih cerah! Kau seperti wanita yang tidak ada titik komanya saat bicara, ambil ini ada yang pergilah berlibur aku kasih waktu satu pekan kau berlibur, ah! Tidak bukan satu pekan aku beri kau waktu tiga hari untuk berlibur jika lewat dari tiga hari maka aku akan kehilangan pekerjaanmu."

"M–maksud anda, saya akan di beri waktu untuk berlibur? Bukankah anda selalu seperti ini akan memberikan waktu berlibur padaku dan begitu banyak akan memberikan satu pekerjaan yang membuat saya tidak lagi menikmati masa berlibur,"

"Kamu jangan khawatir tentang itu, kali ini aku bersungguh-sungguh dan aku sangat berterima kasih kamu sudah memberikan yang terbaik untukku tapi sebelum kamu ribut-ribut, kau selesaikan semua pekerjaan ini!"

"Bastian. Aku ingin kau siap pakai hati yang kemarin malam."

"Hah! Wanita?"

"Ya, wanita yang malam itu kau kirimkan padaku. Aku sangat membutuhkan wanita itu kembali, siapkan untukku malam ini."

"T–tapi aku,"

Belum usai Bastian mengatakan kebenaran jika kemarin malam bukanlah wanita yang ia siapkan untuk Tuannya, karena kenyataannya Bastian telah gagal, hal yang membuat Bastian merasa bersalah. Namun ia curiga siapa wanita yang menghabiskan malam bersama dengan tuannya? Kegundahan hati Bastian teralihkan dengan sering ponsel milik Tuannya sehingga Bastian terselamatkan dari pemerintah tuannya.

"Bas, kita bicarakan seorang wanita itu nanti. Kita harus pergi ke luar negeri sekarang juga dan untuk liburan yang aku berikan padamu sebaiknya kamu tunda lagi. Kita harus terbang ke Amerika hari ini juga, kau siapkan semuanya!"

"B– baik, tuan."

***

Sementara itu di kediaman keluarga Byantara, Jihan yang tidak kuasa mendengar teriakan sang ayah hingga tubuhnya jatuh di hadapan pria yang sangat ia sayangi dengan erat Jihan memeluk kakinya. Namun dengan kasar sang ayah melepaskannya, bahkan tidak segan menendang tubuh Jihan hingga terjungkal. Hatinya begitu nyeri, mendapati kenyataan pahit dalam hidupnya sang ayah tidak lagi mendengarkan penjelasannya begitu sakit luka yang ia rasakan. Mungkin inilah yang di sebut luka tidak berdarah.

"Ayah, tidakkah ayah mau mendengarkan penjelasan putrimu ini? Sejak kapan aku berbohong pada ayah? Sedari kecil sampai saat ini, putri ayah tidak pernah melakukan kebohongan. Mereka sudah menjebak ku, jika ayah percaya dengan mereka, tidak apa-apa. Tapi satu hal yang ingin putri ayah ini katakan, bahwa sampai saat ini putri kesayangan ayah selalu memegang kejujuran, kali ini mereka menang karena mereka sudah berhasil membuat putrimu hancur dan mereka berhasil membuat ayah tidak lagi mendengarkan putri ayah dan lagi mereka telah berhasil mengambil apa yang tidak kepercayaan dan memisahkan ayah dengan putrimu ini,"

"Cukup! Hentikan!"

"Hei! Anak tidak tahu di untung pergi dari sini.

Sekarang juga, atau kau ingin di seret keluar dari sini hah?"

Irina menarik kasar pergelangan tangan Jihan mendorongnya dengan kasar, berapa lembar foto berserakan di tubuh Jihan yang terduduk. Mata Jihan membulat mendapati salah satu foto dirinya yang tengah bercumbu dengan pria lain. Bukan hanya itu, sebuah foto saat dirinya tengah mabuk berat dan berlenggak-lenggok di antara pria yang mengelilinginya.

Tidak memiliki kekuatan untuk menyakinkan mereka bahwa yang terjadi adalah salah paham, dan dirinya adalah korban akibat kelicikan saudara tiri dan tunangannya. Namun semua tidak ada gunanya lagi, sang ayah begitu membencinya kemarahannya tidak lagi di bendung melihat putri kecilnya telah melakukan hal yang memalukan Jihan menyadari keadaan tidak berpihak padanya tetapi dengan berat hati Jihan menyerah. Meskipun hatinya bertolak belakang, berusaha untuk menjelaskan berharap kali ini sang ayah akan mengerti dan bersedia mengabulkan permintaannya.

"A–ayah."

"Jangan panggil aku ayahmu!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status