Share

Dijual Pamanku, Dibeli Hot Daddy
Dijual Pamanku, Dibeli Hot Daddy
Penulis: Elprida Wati

Part 01

Arghhh... sakit, Tante!" teriak seorang gadis ketika sebuah rotan meluncur mulus di kulitnya.

"Sakit? Ternyata kau tau sakit juga? Ha!" pekik wanita itu, sambil menarik rambut Naura tanpa rasa kasihan sedikit pun.

"Ampun! Naura minta maaf, Tante. Naura minta maaf," ucap Naura, gadis malang yang selalu mendapat siksaan dari keluarga sang paman.

"Sudah, Ma! Pukul saja dia. Dia yang merayuku, tapi dia malah menuduhku!” sentak Rico, sepupu Naura. “Dia kira aku ini pria apaan? Kalau aku mau, aku bisa mendapatkan gadis yang lebih cantik darinya!" tambahnya, sambil tersenyum sinis melihat Naura disiksa oleh sang mama.

Sebenarnya, Rico sangat mengagumi kecantikan Naura. Namun, dia merasa gengsi untuk mengakuinya. Itulah sebabnya dia selalu merayu Naura secara diam-diam, bahkan sering mencoba melecehkan gadis itu, walaupun dia selalu gagal.

"Katakan! Apa kau ingin menuduh putraku lagi?" Rita menatap geram gadis itu. 

Tentu saja dia lebih percaya kepada putranya dibandingkan dengan Naura. Walaupun Naura adalah putri dari saudara kandung suaminya, tetapi dia selalu memperlakukan gadis itu seperti pembantu. Padahal dia hidup dari harta peninggalan kedua orang tua Naura.

Setelah kedua orang tuanya meninggal, Naura diasuh oleh pamannya. Karena hanya sang pamanlah keluarga yang Naura miliki saat ini. 

Bukan hanya Naura, tetapi seluruh aset kedua orang tuanya dititipkan kepada sang paman. Bahkan, dari begitu banyak aset kedua orang tuanya, tidak ada sedikit pun warisan yang dia dapatkan.

"Tidak, Tante! Maafkan Naura. Naura salah." 

Hanya itu kata-kata yang bisa terucap dari bibir gadis itu untuk menghindari kekejaman sang tante.

Mengalah dan mengakui kesalahan yang bukan kesalahannya, adalah hal yang biasa untuk Naura. Bukan hanya sekali dua kali, tapi dia selalu mendapatkan hukuman atas kesalahan yang Rico perbuat.

"Kau harus ingat ya. Kau di sini hanya menumpang, jika bukan karena pamanmu, perusahaan papamu itu sudah lama bangkrut!” pekik Rita tanpa belas kasih. 

“Jangan harap kau bisa mendapatkan sedikit dari harta ini, karena semua harta warisan milikmu sudah habis untuk membayar utang papamu. Jadi kau harus sadar diri!" katanya sambil menarik rambut Naura dan mencampakkannya dengan kasar hingga gadis itu terjatuh ke lantai.

"Arghh!" 

Suara rintihan kesakitan kembali keluar dari mulut gadis itu. Ia meratapi nasibnya yang menyedihkan. Sementara itu, Rita dan putranya menatap Naura sambil tersenyum sinis. 

Bagi mereka semakin Naura menderita, maka semakin membuat mereka bahagia.

"Cepat bangun! Siapkan makan malam, sebentar lagi pamanmu akan pulang!” kata Rita sambil menendang kaki Naura. 

“Ingat! Masak yang banyak dan juga enak, karena malam ini kita kedatangan tamu," ucapnya sambil lalu melangkahkan kakinya meninggalkan gadis yang masih tersungkur di lantai.

"Bagaimana? Seharusnya kau menerima tawaranku dengan suka rela,” kata Rico sambil berjongkok, mengangkat dagu Naura agar bersitatap dengannya. 

“Apa susahnya memberikan keperawananmu kepadaku? Kalau kau memberikannya, aku berjanji akan memberikanmu uang.”

Senyum mesum pria itu benar-benar membuat Naura merasa jijik.

"Aku tidak butuh uangmu!" kata Naura dengan sisa-sisa keberanian. 

Sampai kapanpun dia tidak akan mau memberikan kesuciannya kepada pria bejat seperti Rico. 

"Cih!” Rico mendecih sambil melepas dagu Naura. “Kau lihat saja, aku akan mendapatkannya dengan cuma-cuma," katanya sambil tersenyum remeh, sebelum akhirnya pergi meninggalkan Naura sendiri. 

"Ma, Pa … kenapa kalian meninggalkanku seperti ini?” Naura terisak, menangisi keadaan yang begitu kejam. “Seharusnya kalian membawaku pergi bersama kalian. Aku sudah tidak sanggup lagi ….” 

***

Dengan tertatih-tatih, Naura menyiapkan makan malam di atas meja makan. Seluruh tubuhnya masih terasa sakit karena pukulan rotan yang diluncurkan sang tante ke tubuhnya. 

Namun, Naura tidak mengeluh sedikitpun. Dia tetap harus kuat dan tegar menerima siksaan yang diberikan oleh anak dan istri sang paman, keluarga satu-satunya yang dia miliki saat ini.

Tanpa dia sadari, ternyata seorang pria tengah menatapnya. Pria yang sudah matang, tetapi masih terlihat sangat menggoda karena tubuh kekar dan wajahnya yang rupawan. 

Pria itu terus menatap Naura dengan tatapan yang sulit diartikan.

“Siapa dia?” tanyanya dengan suara rendah.

"Dia adalah Naura, putri mendiang kakak saya, Tuan," jawab Heri, paman Naura.

Pria itu tersenyum tipis sambil terus menatap Naura yang sibuk menata masakannya di atas meja.

"Sayang! Kamu sudah pulang?" tanya Rita ketika melihat sang suami memasuki ruang makan.

"Sayang! Kenalkan, dia adalah Tuan Leon Arvando," ucap Heri memperkenalkan rekan bisnisnya itu kepada sang istri.

"Selamat datang, Tuan! Maaf, jika sambutan kami tidak terlalu memuaskan," ucap Rita tersenyum dengan ramah.

"Tidak masalah! Mendapatkan undangan makan malam bersama keluarga ini saja saya sudah merasa terhormat," ucap Leon sambil tersenyum misterius. 

"Ayo duduk, Tuan," ucap Heri mempersilahkan.

Melihat rekan kerja sang paman telah datang, Naura langsung bergegas meninggalkan ruang makan. Dia perlahan melangkahkan kakinya meninggalkan kedua rekan bisnis itu. 

Melihat kepergian gadis itu, Leon hanya bisa terdiam sambil menatap punggung Naura yang perlahan menjauh.

"Ekhem!” Leon berdeham, menatap sepasang suami istri di hadapannya. Raut wajahnya mendadak terlihat datar. 

“Saya harus mengungkit hal ini sekarang. Saya butuh jaminan untuk hutang kalian," katanya, menatap tajam pada Heri dan juga istrinya.

Mendengar ucapan Leon, seketika Heri dan juga Rita langsung terdiam. Mereka tidak menyangka jika Leon akan mengungkit utang piutangnya saat ini. 

Jujur saja, mereka tidak tahu harus membayar semua hutang mereka menggunakan apa. Apalagi untuk saat ini keuangan perusahaan mereka sedang merosot. 

"Untuk saat ini kami tidak mempunyai barang ataupun aset yang bisa kami berikan kepada Anda, Tuan,” kata Heri sambil menelan ludah gugup. 

“Tapi kami punya barang bagus yang bisa kami berikan untuk menjadi jaminan semua utang kami. Saya yakin Anda tidak akan kecewa!" Tiba-tiba Rita menyela ucapan suaminya, membuat perhatian kini tertuju padanya. 

Mendengar ucapan sang istri, Heri langsung menatap istrinya itu penuh kebingungan. Jujur dia tidak tahu apa yang ada di dalam pikiran istrinya itu. 

"Barang? Barang apa yang kamu maksud, Sayang?" bisik Heri pada istrinya, penuh kebingungan. 

"Naura," bisik Rita sambil tersenyum penuh arti. 

Heri yang awalnya bingung, langsung mengerti maksud istrinya. Dan ia merasa itu adalah ide yang cemerlang! 

Sementara Leon hanya diam dengan ekspresi tidak terbaca di kursinya, menatap sepasang suami istri yang sibuk bersiasat di hadapannya. 

“Tuan, Anda boleh membawa keponakan kami yang tercinta, sebagai jaminan untuk semua utang-utang kami,” kata Heri kemudian. 

Leon hanya tersenyum miring mendengar ucapan Heri. 

“Saya jamin, Tuan tidak akan kecewa. Dia bisa melakukan apapun untuk Anda,” ujar Heri dengan penuh keyakinan, berharap Leon akan menyetujui rencana gilanya. 

“Apapun?” ulang Leon dengan suara baritonnya yang khas. 

“Ya, apapun!” Rita ikut memprovokasi. “Dia adalah gadis tercantik di kota ini, tidak ada yang pernah menyentuhnya sebelumnya. Saya yakin, dia pasti akan memuaskan Anda!” 

Bersambung.......

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status