Bersihkan dirimu, lalu pakai kebaya ini. Sebentar lagi ada orang yang akan mendandanimu!"
Naura mengerjapkan mata bingung saat Rita tiba-tiba masuk ke dalam kamarnya sambil membawa sepasang kebaya dan melemparkannya pada Naura. Gadis yang baru saja bangun itu terlihat bingung. "Memangnya ada acara apa, Tante?" "Apa kau lupa kalau papamu meninggalkan hutang yang sangat banyak? Bahkan kami juga harus mengeluarkan banyak uang untuk membesarkanmu sampai saat ini. Jadi, anggap saja kau harus membayarnya dengan cara ini," gerutu Rita panjang lebar, sama sekali tidak menjawab pertanyaan Naura. “Aku tidak meng—”"Kau harus menikah!” sela Rita tampak kesal. “Kau harus menikah untuk melunasi semua hutang papamu dan juga membayar semua biaya yang kami keluarkan untukmu!” “Me-menikah? Apa maksud—” “Lebih tepatnya kau hanya akan dijadikan sebagai pemuas ranjang!” kata Rita sambil melipat kedua tangannya di dada. Ia tersenyum sinis pada keponakannya itu. “Jadi jangan terlalu berharap!”"Kalian menjualku?" tanya Naura lirih sambil menitikkan air mata, benar-benar tidak menyangka keluarga sang paman akan bertindak sejauh ini."Terserah kau menganggapnya seperti apa. Tapi yang terpenting kami mendapatkan imbalan yang setimpal karena sudah memberimu makan sampai saat ini," ucap Rita ketus."Ingat! Jangan coba-coba untuk kabur. Karena aku tidak sebaik yang kau kira," tambah wanita paruh baya itu sebelum keluar dari kamar Naura.Air mata Naura kembali mengalir dengan derasnya. Dia terduduk lemas di atas ranjang. Mengapa ia diperlakukan seperti barang? Mengapa sang paman begitu tega menjual dirinya kepada pria yang sama sekali dia tidak kenal? Jangan-jangan pria yang akan menikah dengannya adalah tua bangka yang mesum … “Ya Tuhan … apa yang harus kulakukan?” bisik Naura pedih. Cukup lama gadis itu duduk terdiam di atas ranjangnya, hingga akhirnya beberapa wanita masuk ke dalam kamarnya dengan membawa beberapa peralatan make-up. Melihat para wanita itu, Naura langsung mengusap air matanya dan mencoba menarik napasnya perlahan."Acara akan segera dimulai, lebih baik Nona cepat berganti pakaian," ucap wanita itu dengan penuh hormat.Naura hanya mengangguk pasrah. Dia tidak mungkin bisa lari …Setelah selesai dirias, Naura perlahan melangkahkan kakinya menuju lantai bawah, dimana akad nikah dilaksanakan. Acara dilakukan dengan begitu sederhana, hanya ada beberapa kerabat dan juga saksi yang datang.Naura duduk di samping pria berbadan tegap yang dibalut jas lengkap berwarna putih, sehingga membuat ketampanan pria itu semakin terpancar. Namun, gadis itu tidak bisa melihat paras calon suaminya yang begitu menawan, karena dia terus menunduk tanpa melihat wajah sosok pria yang akan menjadi suaminya itu.Prosesi akad berjalan dengan lancar. Kini status Naura telah berubah menjadi istri dari pria yang telah mengucapkan ijab kabul di depan sang paman sebagai walinya. Dia tidak tahu apa ini sebuah keajaiban yang akan membawanya keluar dari penderitaan yang dialami selama ini, atau malah menjadi awal dari penderitaannya yang baru."Ini uang yang kalian minta. Untuk utang kalian, aku akan menganggap lunas," ucap Leon memberikan amplop yang berisikan sejumlah uang kepada Heri."Terima kasih, Tuan!" ucap Rita tersenyum penuh kebahagiaan sambil mengambil amplop pemberian Leon dari suaminya. "Akhirnya kau ada gunanya juga,” bisik Rita pada Naura yang berdiri di sebelahnya. “Ingat! lakukan tugasmu dengan baik. Jangan coba-coba untuk mengecewakan dia!” Naura hanya bisa menelan rasa sakit hatinya mendengar ucapan wanita itu. "Aku tahu apa yang harus kulakukan," sahut Naura dengan raut wajah dingin, mencoba bersikap tegar. "Bagus jika kau sadar diri," ucap Rita tersenyum sinis, lalu menatap Leon dengan penuh senyuman manis. Setelah acara selesai, Leon langsung membawa Naura ke kediamannya. Naura duduk di samping Leon sambil terus menatap ke arah kaca jendela mobil, sehingga membuat suasana di mobil itu terasa begitu hening. Diam-diam, Leon tersenyum tipis sambil sesekali mencuri pandang ke arah Naura yang sibuk dengan dunianya sendiri. “Apa yang kau pikirkan?” Suara bariton yang memecah keheningan itu membuat Naura terperanjat. Ia lantas menoleh dan untuk pertama kalinya menatap sepasang mata yang menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan. “A-aku …” Naura menelan ludah gugup, menunduk untuk menghindari tatapan Leon yang seolah menelanjanginya. “Tidak ada, Tuan,” katanya kemudian, tampak begitu gugup. Leon tidak mengatakan apapun lagi, hanya sesekali melirik Naura yang gelisah di tempatnya. Sesampainya di kediaman Arvando, mata Naura langsung membulat ketika melihat ketika melihat jejeran pelayan dan juga pengawal yang berjejer di depan pintu untuk menyambut kedatangannya."Daddy!" teriak seorang bocah laki-laki yang berlari ke arah Leon."Jangan berlarian seperti itu. Nanti kamu jatuh," ucap Leon dengan nada hangat sambil membawa bocah laki-laki itu ke dalam gendongannya.“Daddy?” ulang Naura, terkejut mendengar ucapan bocah itu. Jadi pria ini …."Dia putraku, Raygan,” kata Leon santai, seolah bisa membaca isi pikiran Naura.Naura membeku di tempatnya. Ia benar-benar tidak menyangka kalau dirinya menikah dengan pria yang sudah memiliki anak. "Apakah dia Mommy Ray, Dad?" tanya Raygan dengan polosnya."Ya, dia adalah Mommy-mu,” kata Leon, membuat Naura seketika menatapnya tidak percaya. Bagaimana pria ini bersikap begitu santai? Naura benar-benar tidak mengerti. Tapi melihat tatapan suaminya itu, Naura rasanya tidak sanggup untuk memprotes. Karena bagaimana pun, secara tidak langsung ia memang sudah sah menjadi ibu bagi anak Leon. “Mommy?” Deg! Jantung Naura seolah mencelos mendengar bocah cilik itu memanggilnya dengan sebutan yang begitu akrab. Melihat Leon yang terus menatapnya lekat, Naura cepat-cepat menguasai diri, lalu mendekat ke arah ayah dan anak itu. "Ha-halo, Anak Mommy,” sapa Naura setengah gugup. “Kamu sangat tampan, sama seperti yang diceritakan Daddy-mu," ucapnya sambil mencubit pelan pipi gembul Raygan."Benarkah? Jadi Daddy sering menceritakan tentang Raygan kepada Mommy?" tanya Raygan dengan mata berbinar.Naura menelan ludah gugup sambil sesekali menatap Leon yang hanya diam di tempat. "Be-benar!" kata Naura sambil mengangguk-angguk cepat, berdoa dalam hati semoga Raygan mempercayainya. "Mommy ikut Raygan ya! Ada yang ingin Raygan tunjukkan kepada Mommy!" kata Raygan sambil turun dari gendongan Leon, lalu menarik tangan Naura menuju ke suatu tempat.“Tu-tunggu dulu—” Naura mencoba menahan Raygan, tapi bocah itu tampak begitu antusias hingga membuat Naura tidak tega untuk menolak. Sampai akhirnya, raut wajah gadis itu tiba-tiba berubah ketika melihat pemandangan di depannya. Dia menatap ruangan kamar yang terlihat sangat mewah dan juga dihiasi begitu banyak pajangan foto di dinding kamar itu.“Ini semua ….”"Mommy mau kan berfoto denganku dan juga daddy? Sama seperti teman-teman Ray yang lainnya. Mereka memiliki foto keluarga, ada mommy dan juga daddy mereka. Bahkan ada juga bersama kakak atau adik mereka. Sedangkan Raygan," ucap Raygan sedih sambil menatap foto-foto yang terpajang di dinding kamarnya. Foto yang memperlihatkan kebahagiaannya bersama sang daddy, walaupun tidak ada sosok mommy di samping mereka. "Ray! Apa tugas sekolahmu sudah selesai?" tanya Leon mengalihkan pembicaraan. "Baiklah! kita akan berfoto bersama. Mommy, Ray dan juga daddy," ucap Naura tersenyum manis sambil memgusap lembut wajah Raygan. "Benarkah mom?" tanya Raygan penuh semangat. Bocah itu tidak menyangka jika akhirnya keinginannya selama ini akhirnya terkabul juga. Dimana dia akan memiliki foto keluarga yang lengkap, sama seperti teman-temannya. "Benar sayang," ucap Naura tersenyum hangat. "Bisakah kita bicara sebentar?" tanya Leon menatap istrinya itu dengan tatapan datar. "Em!" Naura hanya mengangguk p
Seorang pria sedang sibuk memeriksa dokumen yang ada di tangannya. Dia membuka lembaran dokumen itu satu persatu, tidak lupa dia membaca setiap tulisan di dokumen itu dengan teliti sambil sesekali mengusap wajahnya kasar. Terlihat dengan jelas jika sorot matanya memancarkan kemarahan yang sangat besar. "Apa kau sudah yakin jika informasi ini benar?" tanya Leon menatap Arga sang asisten dengan tatapan datar."Sudah, Tuan! Saya sendiri yang mencari informasi itu, jadi tidak mungkin salah," ucap Arga dengan penuh keyakinan."Baiklah! aku percaya kepadamu. Posisi sekertarisku masih kosong bukan?""Ia, Tuan! tapi sudah ada tiga berkas yang masuk untuk melamar di posisi itu. Bahkan besok mereka sudah di hubungi untuk melakukan interview.""Batalkan saja! aku sudah menemukan orang yang tepat untuk menduduki posisi itu," ucap Leon dengan tegas."Baik, Tuan!" Arga hanya bisa mengangguk patuh mendengar perintah bosnya itu.Leon hanya tersenyum tipis sambil menatap dokumen yang ada di tangannya
Saat membuka pintu, mata Leon langsung tertuju kearah wanita yang sedang tertidur di atas sofa. Terlihat wanita itu tertidur dengan begitu lelap, sehingga membuat pria itu menjadi tidak enak untuk membangunkannya. Namun, ketika melihat wajah teduh wanita itu, tiba-tiba ingatannya langsung tertuju pada masa lalu. "Maaf! Aku minta maaf karena baru menemukannya sekarang. Aku berjanji, akan mendidiknya menjadi seperti dirimu." Leon hanya bisa menatap wajah Naura dengan tatapan yang tidak bisa di artikan. Dia terus menatap wajah wanita yang baru dia nikahi itu tanpa berani menyentuhnya. Dari posisi tidur sang istri, dia tau jika wanita itu tertidur karena menunggunya. Ntah apa tujuan Leon menikahi Naura, akan tetapi ada rahasia besar di balik pernikahan itu. Jika karena nafsu, sudah pasti dia mengambil haknya malam ini juga, tetapi dia terlihat tidak tertarik untuk melakukan hal itu. Melihat Naura yang hanya menggunakan kemeja putih miliknya, kening pria itu tiba-tiba mengerut. Padahal d
"Apa kau sudah mempelajari semua berkas yang papa berikan?" Tanya Heri menatap sang putra yang asik memainkan ponsel. "Ia, Pa! Papa tenang saja, Rico pasti bisa," Ucap Rico santai sambil terus bermain game online. Melihat kelakuan putranya itu, Heri hanya bisa membuang napasnya pelan. Dia hanya bisa berdoa semoga putranya itu tidak membuat malu di rapat nanti. Hingga akhirnya mereka berhenti di depan bangunan mewah yang berdiri kokoh. Rico menatap bangunan itu dengan tatapan penuh kekaguman, bagaimana tidak, bangunan itu jauh lebih besar dan juga mewah dari kantor sang papa. "Pa! Apa ini kantor milik pria tua itu?" Tanya Rico sambil terus menatap kantor Leon tanpa berkedip. "Benar! Jadi kau harus jaga sikapmu. Jangan sampai gara-gara kelakuanmu yang tidak beradap, Tuan Leon membatalkan kerja samanya dengan perusahaan kita," Ucap Heri ketus lalu melangkahkan kakinya memasuki kantor itu. Sesampainya di ruang rapat, dia melihat beberapa pengusaha penting yang sudah hadir untuk mela
Mommy!" pekik Raygan ketika melihat sang mommy berdiri di depan gerbang sekolah untuk menunggu kepulangannya. Senyuman di wajah polos bocah itu terlihat dengan jelas. Sudah lama dia memimpikan hal ini, hal yangsangat sederhana, akan tetapi sangat bermakna di hati kecilnya."Jagoan mommy sudah pulang. Bagaimana sekolahnya? Apa menyenangkan?'' Tanya Naura sambil mengusap lembut puncak kepala Raygan."Hari ini Raygansangat senang. Karena akhirnya Raygan bisa mengatakan kepada teman-teman Raygan jika Raygan juga punya mommy," ucap Raygan tersenyum penuh percaya diri."Ray! apakah dia mommymu?" tanya Bimo, teman sekelas Raygan."Ia! dia adalah mommyku. Aku uga punya mommy sama sepertimu," ucap Rayga mengenggam tangan Naura. "Tapi saya perhatikan kalian tidak mirip sama sekali. Apalagi melihat mommymu itu yang masih sangat muda. Saya rasa dia tidak mungkin mommy kandungmu, atau jangan-jangan," ucap Tania, mama Bimo tersenyum sinis."Stop! jaga mulut Anda jika berbicara di depan putra saya
"Mom! Apa benar mommy itu mommy tiri Ray?" Deg...Jantung Naura langsung berdegup kencang mendengar pertanyaan putra sambungnya itu. Walaupun usianya masih sangat muda, akan tetapi Raygan memiliki pemikiran yang sangat dewasa. Jadi, walaupun Tania tidak mengucapkan secara langsung, tetapi dia dapat mengerti apa maksud ucapan wanita itu."Sayang! Kamu tidak perlu memikirkan perkataan mereka." Naura memilih untuk tidak membahas masalah itu lagi. "Tapi Ray juga berhak tahu, Mom," ucap Raygan dengan tegas. Sudah cukup selama ini dia di bully oleh teman-temannya, memang dia tidak masalah mendapatkan hinaan dan ejekan dari mereka. Namun, dia tidak terima jika ada orang yang menyakiti Naura, wanita yang telah memberikan kasih sayang seorang ibu untuknya. Mendengar ucapan Raygan, Naura hanya bisa diam membisu. Mulutnya seperti terkunci, sehingga dia tidak bisa mengucapkan sepatah katapun."Sayang!" ucap Naura menatap Raygan dengan mata yang berkaca-kaca."Kebohongan tidak akan pernah bisa
"Sayang! Ikut Mommy Naura ke kamarmu ya," Ucap Leon mengusap lembut air mata Raygan. "Naura! Bawa Raygan ke kamarnya." Naura hanya mengangguk patuh mendengar perintah Leon. "Sayang!" Ucap Naura dengan lembut sambil membawa Raygan menjauh. Melihat Naura dan Raygan telah pergi, Grace langsung tersenyum kecil. Dia berjalan mendekati Leon dengan senyuman yang melingkar di wajah cantiknya. Dia sangat yakin jika Leon akan menyambut kedatangannya dengan baik. "Kenapa kau kembali?" Tanya Leon dengan raut wajah yang tidak bisa di artikan. Sehingga membuat senyuman yang sejak tadi melingkar di wajah Grace langsung menghilang dalam seketika. "Sayang! Kenapa kau bertanya seperti itu? Aku sudah kembali, sekarang lebih baik kita buka lembaran baru bersama-sama. Bersama putra kita," Grace merangkul mesra lengan Leon lalu menyandarkan kepalanya di dada bidang pria itu. "Maaf! Kami tidak membutuhkanmu lagi." Leon langsung mendorong tubuh Grace agar menjauh darinya. Tidak banyak bicara, dia langs
"Tuan!" Ucap Arga menatap Leon yang masih fokus dengan tumpukan dokumen yang ada di hadapannya. "Hem!" Leon hanya berdehem, tanpa menoleh sedikitpun. Tatapannya tetap tertuju pada dokumen yang ada di tangannya. Walaupun dia terlihat sangat lelah, tetapi dia tetap fokus dengan tumpukan dokumen itu. "Sepertinya tuan sangat kelelahan. Lebih baik tuan istirahat saja, biar saya yang memberiksa dokumen ini,""Tidak! Saya akan memeriksanya sendiri. Sebentar lagi juga selesai," Ucap Leon terus membuka lembaran dokumen itu. Pernikahannya dan Naura sudah berjalan selama dua minggu, akan tetapi hari-harinya selalu dia habiskan di kantor. Pergi sebelum Naura bagun, dan pulang setelah Naura tidur terlelap. Bahkan mereka hanya berbicara di kantor saja, itupun hanya mengenai masalah pekerjaan saja. Setelah kedatangan Grace, pria itu terlihat lebih tertutup dari biasanya. Walaupun aslinya dia memang seperti itu. "Tuan! Apa Anda tidak ingin menghabiskan waktu dengan nyonya besar?" Tanya Arga member