LOGINSetelah kembali ke perusahaan, Ariana duduk di kursi kantor yang lebar dan ujung jarinya mengetuk pelan permukaan meja yang licin. Di layar, terlihat jelas ringkasan laporan yang dikirim sekretarisnya tentang tekanan dari Grup Luca serta Keluarga Paliama di belakangnya sedang menyebar dengan cepat.Aura terdiam sejenak, lalu tidak ragu lagi dan segera meraih ponselnya. Dia menemukan nomor yang jarang sekali dihubunginya secara langsung padahal sudah lama dihafalnya di luar kepala, lalu menekannya.Setelah berdering beberapa kali, telepon tersambung dan terdengar suara Bianca dari seberang telepon. Suaranya sengaja dijaga terdengar tetap tenang, tetapi tetap tidak mampu menyembunyikan nada dingin dan tajamnya. "Bu Ariana? Benar-benar tamu langka. Kenapa? Mau pamer cara-cara kilat Kediaman Keluarga Luandi atau hanya ingin menikmati keadaanku yang sedang kewalahan?"Ariana tidak menanggapi sindiran dalam kata-kata Bianca dan langsung masuk ke inti persoalan. "Bianca, masalah yang dihadapi
Benar! Ariana!Sekarang dia adalah putri angkat Ernest, sangat dipercaya olehnya, memegang hampir setengah kekuasaan keuangan kediaman Keluarga Luandi. Pengaruhnya di dunia bisnis dan kalangan elite terus meningkat dari hari ke hari.Dengan kekuasaan dan sumber daya Keluarga Luandi, jika benar-benar ingin menekan Grup Luca milik Bianca, itu sama sekali bukan hal yang sulit!Lantas, apa motifnya?Mata indah Bianca sedikit menyipit. Kilatan dingin melintas di dalamnya. Kemarin di restoran, dia benar-benar memamerkan kemesraan habis-habisan, membuat Ariana sangat kesal.Dengan sifat Ariana yang angkuh dan dingin, di permukaan mungkin dia tidak akan bereaksi. Namun, menyimpan dendam dan menggunakan cara-cara bisnis untuk menekan, membalas, serta mencoba mempermalukan dirinya jelas bukan hal yang mustahil. Bahkan, pihak lawan mungkin bukan sekadar membalas dendam, melainkan punya niat lain."Ariana, oh Ariana, tak kusangka kamu sekecil hati ini," gumam Bianca pelan. Ujung jarinya tanpa sada
Orang yang menelepon adalah sekretaris pribadi Bianca. Begitu dia berbicara, suaranya sudah bergetar menahan tangis. "Bu Bianca! Gawat! Terjadi masalah besar!""Setengah jam yang lalu, kami berturut-turut menerima beberapa panggilan dari para mitra. Mereka semua secara sepihak memberi tahu bahwa akan menghentikan seluruh kerja sama dengan kita! Semua proyek yang sudah disepakati sebelumnya juga ditangguhkan!""Apa? Menghentikan kerja sama?" Ekspresi Bianca langsung berubah. "Gimana bisa begini? Kontrak sudah ditandatangani, apa mereka berniat melanggar kontrak?""Mereka hanya mengatakan ada penyesuaian strategi dan nggak mau menjelaskan lebih jauh. Soal denda pelanggaran kontrak, mereka bersedia membayar sesuai isi kontrak.""Yang lebih merepotkan, beberapa pemasok bahan baku dan mitra saluran distribusi yang selama ini bekerja sama dengan kita juga baru saja mengirim surat, mengatakan bahwa karena kondisi di luar kendali, mereka nggak bisa lagi memasok barang dan memberikan dukungan s
Misandari tidak menatap Waluyo lagi. Pandangannya beralih ke Zidan yang sudah ketakutan setengah mati dan Zaki yang wajahnya sudah pucat, lalu berkata dengan tegas dan penuh dengan wibawa, "Zidan, Zaki, kalian sudah meremehkan hukum dengan mengerahkan massa untuk melakukan kekerasan dan melukai orang lain dengan senjata, serta mengancam aparat hukum.""Ditambah lagi rekam jejak kejahatan di masa lalu yang bertumpuk dan bukti yang solid. Sesuai hukum, kalian akan mendapatkan hukuman berat."Setelah mengatakan itu, Misandari kembali menatap Waluyo yang masih berlutut dengan tatapan peringatan terakhir. "Waluyo, kalau mau salahkan seseorang, salahkan saja keponakan-keponakan baikmu ini. Mereka sudah melakukan hal yang nggak seharusnya dilakukan dan menyinggung orang yang nggak seharusnya mereka singgung."Dengan nada tegas, Misandari memvonis nasib Zidan dan Zaki. "Mulai hari ini, seluruh hak dan status istimewa Zidan dan Zaki akan dicabut. Serahkan mereka ke pihak berwenang dan hukum den
"Nggak berani! Nggak berani! Putri Misandari, mohon kebijaksanaannya! Sama sekali nggak ada hal seperti itu! Sama sekali nggak ada!"Waluyo ketakutan sampai wajahnya pucat pasi dan keringat terus mengalir deras dari keningnya. Dia buru-buru melambaikan tangannya dan membungkuk makin rendah sampai hampir membentuk sudut sembilan puluh derajat. Dia berkata dengan suara yang terdengar seperti hendak menangis, "Putri Misandari sudah salah paham. Tadi ... itu hanya salah paham kecil.""Aku khawatir dua keponakanku yang nggak berguna ini disiksa di kantor biro ini, nada bicaraku jadi agak kasar karena panik. Aku nggak bermaksud mengancam Pak Hendy. Pak Hendy, yang aku bilang benar, 'kan? Ini hanya salah paham, 'kan?"Saat mengatakan itu, Waluyo menatap Hendy dengan tatapan memohon. Dia berharap Hendy akan berbicara beberapa kata untuk membantunya.Dalam situasi seperti ini, Hendy mana mungkin berani ikut campur. Dia hanya menundukkan kepala dan menatap ujung hidungnya sendiri, seolah-olah ti
Kemunculan Misandari yang mendadak itu langsung membuat suasana seluruh ruang tahanan berubah menjadi sangat menekan dan terasa aneh.Waluyo yang tadinya masih merasa sombong karena kekuasaan keluarganya pun langsung lenyap saat melihat sosok Misandari. Sebaliknya, dia merasa dingin yang menjalar dengan cepat ke seluruh tubuhnya dan kegelisahan yang kuat.Dia tahu jelas seberapa besar bobot putri ini di mata pihak istana dan kini pengaruhnya juga makin baik di dalam maupun di luar lingkaran pemerintahan. Kini, putri ini bisa datang sendiri ke rumah tahanan kecil milik kantor patroli, ini jelas bukan hanya kebetulan atau karena dorongan sesaat.Namun, ada saja orang yang tidak mampu membaca situasinya.Saat melihat seorang wanita yang sangat cantik dan berpenampilan anggun masuk ke dalam ruangan, Zidan yang sedang dipenuhi amarah dan tidak ada tempat pelampiasan sempat tertegun sejenak. Meskipun terintimidasi oleh dua pria berbaju hitam dan aura Misandari sendiri, sifat bejatnya langsun







