Saat ini, Zeus benar-benar dipenuhi niat membunuh. Dia merasa dirinya telah dipermainkan.Dari awal dia menahan diri untuk tidak bertindak, hanya karena terobsesi pada metode menembus batas kultivasi itu. Namun, ternyata semua itu hanyalah kebohongan dari Misandari. Metode itu hanya dalih untuk mengulur waktu.Semakin dia memikirkannya, semakin besar amarahnya. Niat untuk membunuhnya pun semakin membara."Aku memang melakukan semua ini demi memperpanjang hidup Gerald, tapi metode menembus batas kultivasi itu bukan bohongan," kata Misandari dengan tenang."Kalian pasti sudah tahu aku adalah murid dari Departemen Astronomi. Di seluruh Negara Drago, hanya ada dua orang yang telah melampaui tingkat grandmaster.""Yang pertama adalah Riley dari Gunung Narima, yang kedua adalah pemimpin tua dari Departemen Astronomi.""Sebagai raja dewa dari Kuil Dewa, aku yakin kalian sudah tahu informasi itu. Pemimpin tua berhasil menembus batas grandmaster ke tingkat yang lebih tinggi, tentu saja karena p
"Penyiksaan dan ancaman memang berguna, tapi belum tentu itu cara terbaik," kata Misandari tanpa menunjukkan rasa takut."Terus terang saja, di dalam tubuhku terdapat sebuah segel. Begitu aku menggerakkan kesadaranku, segel itu akan meledak dan memancarkan energi dahsyat, menghancurkan diriku sendiri beserta apa pun dalam radius ratusan meter.""Kalau itu terjadi, kalian bukan hanya kehilangan segalanya, tapi juga terluka parah. Aku yakin, itu bukan hasil yang kalian inginkan. Dan tentu saja, aku pun nggak ingin semuanya berakhir seperti itu."Begitu ucapan itu dilontarkan, senyuman di wajah Zeus langsung membeku. Dia mengira telah mengendalikan situasi dan memojokkan Misandari, ternyata lawan masih menyimpan kartu truf. Dalam sekejap, dia menjadi ragu untuk bertindak kasar."Hera, menurutmu gimana?" Zeus menoleh ke arah rekan seperjuangannya.Dia memang ahli dalam membunuh, tetapi tak pandai bernegosiasi. Kalau ini urusan biasa, dia pasti sudah menyelesaikannya dengan kekuatan sejak t
"Segerombolan pecundang seperti kalian berani menantang kuasa para dewa? Kalian semua harus mati!" cela Zeus.Dia mengangkat tangannya, membentuk bola petir, dan melemparkannya ke udara. Bola petir itu segera menggelegar dengan kilat menyambar, memancarkan beberapa sambaran petir biru yang menghantam para biksu di sekitarnya."Berhenti!" Tiba-tiba, terdengar seruan ringan. Saat berikutnya, sebuah pola delapan diagram berwarna emas muncul di atas kepala para biksu.Diagram itu bagaikan cermin raksasa, memblokir semua sambaran petir biru. Kemudian, terdengar suara barang pecah dan diagram itu hancur seketika.Orang yang menghentikan serangan itu tak lain adalah Misandari. Meskipun berhasil menahan satu serangan untuk para biksu, auranya menjadi semakin lemah."Oh? Masih ada ahli lainnya?" Zeus sedikit mengangkat alisnya, tampak terkejut. Meskipun barusan hanya serangan asal, seharusnya tak mungkin ditahan oleh master biasa. Terlebih lagi, lawannya ternyata masih sangat muda."Dewa Zeus,
Bum bum bum!Terdengar suara ledakan yang terus bergema di luar kuil kuno dan menara emas yang melindungi kuil itu juga sudah dipenuhi dengan puluhan retakan yang halus. Seiring dengan serangan dari Zeus dan Hera yang terus-menerus, jumlah retakan juga terus bertambah. Tidak sampai setengah jam. Seluruh menara itu sudah dipenuhi dengan retakan."Hancur!"Melihat menara emas itu sudah mencapai batasannya, Zeus dan Hera kembali mengerahkan seluruh kekuatan mereka dan menyerang secara bersamaan.Boom!Terdengar sebuah dentuman keras yang mengguncangkan bumi. Menara emas yang sudah bertahan semalaman akhirnya tidak mampu bertahan lagi dan runtuh sepenuhnya. Potongan-potongan emas pun jatuh dari langit seperti hujan deras.Di halaman belakang kuil.Begitu menara emas hancur, Misandari pun kembali memuntahkan darah dan seluruh tubuhnya terhuyung-huyung sampai hampir ambruk."Putri Misan!"Melihat pemandangan itu, beberapa pengawal wanita itu menjadi panik dan segera memapah Misandari. Setela
Setelah menyerang semalaman tanpa henti, Zeus dan Hera sudah kelelahan sampai keringat membasahi seluruh tubuh dan napas mereka terengah-engah. Namun, saat melihat retakan yang muncul di puncak menara emas, mereka langsung bersemangat."Hahahahaha .... Akhirnya hancur juga. Aku pikir benda ini benar-benar nggak bisa dihancurkan," kata Zeus sambil tertawa terbahak-bahak. Sejak menjadi raja dewa di Kuil Dewa, dia belum pernah bekerja keras sampai harus menggempur sebuah menara semalaman penuh seperti hari ini. Meskipun prosesnya melelahkan, hasil akhirnya tetap memuaskan."Bisa menahan kita selama ini, menara ini benar-benar sangat luar biasa," kata Hera yang menghentikan serangannya dan mulai mengatur napasnya. Meskipun energinya yang terkuras tidak sebanyak Zeus, dia tetap merasa sangat kelelahan. Saat ini, semuanya akhirnya akan segera berakhir."Hera, ini kesempatan kita. Kita harus bekerja sama menghancurkan benda ini," kata Zeus. Meskipun tertawa dan merasa kelelahan, dia tetap tid
Jika Zeus tidak membuka mulut, Hera memang tidak berniat untuk turun tangan dan hanya ingin menonton dari samping. Namun, karena Zeus sudah meminta bantuan, dia pun tidak bisa berdiam diri lagi. Bagaimanapun juga, Zeus adalah salah satu dari empat raja dewa, sehingga dia tetap harus menghargainya."Biar aku lihat dulu seberapa kuat sebenarnya benda ini," kata Dewi Hera sambil mengulurkan satu tangannya, lalu membuka kelima jarinya dan tiba-tiba muncul puluhan tombak es hitam di belakangnya.Tombak-tombak es yang panjangnya dua meter dan tebalnya sebesar pergelangan tangan ini memancarkan hawa yang dinginnya sampai menusuk tulang. Dengan tombak es sebagai pusatnya, semua rerumputan, pohon, dan batu dalam radius sepuluh meter langsung ditutupi lapisan es."Pergi!" teriak Hera sambil tiba-tiba mengepalkan kelima jarinya. Puluhan tombak es hitam di belakangnya pun langsung memelesat dan semuanya menyerang ke arah menara emas di depannya.Swish swish swish swish swish ....Terdengar suara t