แชร์

Dikejar Lelaki Dingin yang Menolakku
Dikejar Lelaki Dingin yang Menolakku
ผู้แต่ง: Eselitaa

01

ผู้เขียน: Eselitaa
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-06-21 17:14:48

“Astaghfirullah.”

Kepala pria itu menoleh begitu cepat ke tembok dan tangannya menutup kedua matanya setelah tidak sengaja bertemu pandang dengan Zayna.

“Apa itu?” batin Zayna terkejut dan mulai bingung seraya mengalihkan pandangan ke arah lain.

Baru kali ini Zayna melihat seorang lelaki yang langsung mengalihkan pandangan sampai menutup kedua matanya ketika bertemu pandang dengannya.

“Ira, menurutmu wajahku gimana?” bisik Zayna di telinga temannya yang duduk disampingnya itu yang sedang fokus mengobrol dengan temannya.

Ira memandangi Zayna lekat-lekat. “Nggak gimana-mana. Tetap cantik.”

“Serius? Dandananku ketebelan atau ada sesuatu gitu di wajahku?”

“Nggak ada Zay! Nih coba liat sendiri!”

Ira mengambil kaca rias di tasnya kemudian memberikan pada Zayna. Zayna langsung menyembunyikan wajahnya dibalik punggung Ira dan mulai mengaca. Alisnya mengernyit. Tidak ada yang sesuatu di wajahnya dan dandanannya sangat tipis.

“Mungkin reaksi mas-mas tadi bukan ke aku. Lagian nggak kenal juga,” batin Zayna.

Zayna mengembalikan kaca rias Ira.

Zayna Hanari Zahira, enggan datang ke rumah temannya ini untuk menyaksikan acara lamaran. Tetapi karena didesak oleh orang tuanya dan temannya meminta sampai merengek, akhirnya dia datang.

Alih-alih fokus pada acara, Zayna justru berulang kali melirik ke seorang lelaki yang duduk di salah satu sudut ruangan. Pakaiannya rapi, kulitnya sedikit pucat, dan wajahnya sangat menawan.

Namun yang menarik perhatian Zayna adalah ketika para lelaki di ruangan ini sibuk menyaksikan acara lamaran, lelaki itu malah termenung, menatap ke lantai maupun lurus ke depan dengan tenang seolah-olah tidak terpengaruh sama sekali oleh sekitarnya.

“Dia tadi istighfar ya?” batin Zayna.

Seumur-umur baru kali ini Zayna tertarik pada seorang lelaki.

Di usianya yang ke-24, entah sudah berapa lelaki yang bilang ke kakak perempuannya maupun orang tuanya untuk melamarnya.

Tetapi Zayna yang ambisius menolak dengan tegas bahwa dia tidak akan pernah menjalin hubungan sebelum dirinya menjadi kardiologi.

Zayna sampai tidak percaya dengan dirinya sendiri yang kerap menjaga pandangan dari lelaki malah curi-curi pandang. Dia merasa digoda. Dia pun beristighfar berkali-kali di dalam hati.

“Udah dikasih reaksi kayak gitu, jangan natap lagi Zayna,” batin Zayna tetapi dia tetap melirik ke lelaki itu sekilas.

Lelaki itu menatap lurus ke depan tetapi terlihat gelisah. Ketara dari matanya beberapa kali melirik ke tembok. Dia seperti menyadari lirikan Zayna dan tampak tidak nyaman. Akhirnya pria itu pun berdiri dan melangkah cepat keluar.

Zayna terperangah.

Belum apa-apa, rasanya seperti ditolak.

Zayna menundukkan wajahnya.

Acara lamaran temannya sedang dimulai, tetapi Zayna malah tidak bisa fokus. Lelaki itu juga tidak kembali lagi.

“Zay, ayo foto bareng Raisa!” ajak Ira seraya menarik tangan Zayna.

Zayna tidak mengatakan apapun tetapi tetap ikut foto bersama. Meski Zayna disuruh senyum, gadis itu tetap tidak bisa tersenyum.

Setelah acara selesai, orang-orang disuruh makan oleh orang tua Raisa. Zayna digandeng Ira ke luar rumah untuk mengambil makanan di prasmanan. Zayna menolak makan tetapi setelah Ira bilang tidak enak pada orang tuanya Raisa, akhirnya Zayna mengambil makan.

“Zayna.”

Zayna menoleh ke belakang. Terlihat seorang lelaki tersenyum padanya.

“Iya. Siapa ya?” tanya Zayna ramah.

Zayna seperti pernah melihat lelaki ini tetapi dia lupa.

Zayna mengambil makanan di prasmanan lagi.

“Rafka Aswangga, lupa?” tanya lelaki itu.

Zayna menoleh lagi.

“Aku juga hampir lupa Raf,” sahut Ira.

“Waktu smp?” tanya Zayna pada Ira.

Ira menganggukkan kepalanya.

“Parah banget masa calon suami dilupain,” kata Rafka Aswangga dengan nada kesal.

Zayna sampai menjatuhkan sendok yang baru saja ia ambil begitu mendengar jawaban Rafka.

“Bahkan sejak Smp kamu nggak pernah dekat sama Zayna Raf. Bisa-bisanya bilang begitu,” ketus Ira menghentikan aksinya dan memilih berhadapan dengan Rafka.

“Tiba-tiba jatuh cinta pada pandangan pertama setelah sekian lama nggak ketemu,” ucap Rafka.

Zayna langsung tidak nyaman sehingga tidak menanggapi ucapan Rafka dan bergegas mengambil makanan dan minuman.

“Lama nggak ketemu kesan pertama yang kamu tunjukkan kayak gitu. Gimana Zayna mau tertarik sama kamu?” tanya Ira.

Zayna memanggil Ira agar cepat. Dia merasakan tatapan Rafka yang tersenyum padanya tetapi dia sengaja menjaga pandangan agar tidak bertatapan dengan Rafka.

Saat Zayna menoleh ke depan lagi, matanya justru tidak sengaja menangkap lelaki yang menarik perhatiannya tengah mengobrol dengan bapak-bapak. Lelaki itu tersenyum tipis yang membuat Zayna menghentikan langkahnya.

Ira yang berjalan dibelakang Zayna alhasil berhenti berjalan juga. “Kenapa Zay?”

Zayna mengucap istighfar dan menggelengkan kepalanya. Mereka melanjutkan berjalan ke kursi-kursi paling belakang.

“Rafka terus ngeliat ke arah sini,” bisik Ira di telinga Zayna.

Zayna tidak peduli. Justru dia masih memikirkan lelaki yang menarik perhatiannya yang saat ini masih mengobrol dengan bapak-bapak di kejauhan sana.

“Dengar-dengar dia jadi manajer di salah satu perusahaan di bidang otomotif,” kata Ira.

Zayna tahu dia tetap harus menghormati lawan bicaranya jadi dia menganggukkan kepalanya. Dia mulai makan dengan pelan setelah berdoa.

“Nggak tertarik? Apakah ada yang menarik minatmu?” tanya Ira mulai makan juga.

Zayna terdiam dan kedua matanya curi-curi pandang lagi ke lelaki itu. Namun dia tidak berani mengungkapkannya ke Ira.

Ira yang sudah tahu Zayna seperti apa sejak masih Smp dan bagaimana didikan orang tua Zayna pada gadis itu, berkata, “Aku tahu kamu nggak boleh pacaran tetapi sekarang kita udah besar. Memangnya kamu nggak mau menikah? Tetapi aku mengerti kalau seleramu juga harus sama seperti kamu dan keluargamu kan?”

Zayna menggelengkan kepalanya. Dia berpikir jika memberitahu Ira, dikhawatirkan Ira menyampaikan apa yang dia katakan pada lelaki itu langsung.

“Kamu kan sudah tahu kalau aku nggak ingin menjalin hubungan sebelum menjadi Kardiologi,” jawab Zayna.

Ira cuma mengangguk-angguk.

Sesi foto Raisa dan tunangannya belum selesai. Bilal, tunangan Raisa, muncul di pintu dan memanggil teman-temannya. Teman-temannya yang belum makan maupun sudah mendekati Bilal.

“Zafran!”

Bilal memanggil sambil melambaikan tangannya pada lelaki di kalangan bapak-bapak. Zayna terpaku, jantungnya berdebar kencang.

“Jadi namanya Zafran?!” batin Zayna.

Wajah Zafran yang semula lega berubah menjadi datar lagi. Dia menghampiri Bilal kemudian mengatakan sesuatu pada Bilal. Zayna penasaran apa yang dikatakan Zafran. Dalam hati Zayna, terus berkata agar dia berhenti menatap tetapi dia malah fokus.

Zafran masuk ke dalam bersama Bilal. Namun beberapa detik berikutnya keluar lagi. Dia tidak sengaja bertatapan dengan Zayna. Wajahnya menjadi lebih dingin. Kakinya melangkah cepat meninggalkan tempat tersebut.

“Nggak sengaja juga,” batin Zayna kesal sekaligus sedih.

Zayna tidak kenal Zafran, baru pertama kali bertemu, tidak kenalan juga, apalagi ada salah, kalau cuma menatap membuat Zafran risih, Zayna tidak tahu lagi karena dia menatapnya sekilas-sekilas, dan bertemu mata itu tidak sengaja.

Pulang dari acara lamaran temannya, Zayna menangis. Orang tuanya sangat kaget. Begitu juga dengan Maisha, kakak Zayna.

“Zayna, kamu kenapa?” tanya sang ibu lembut.

Zayna menggelengkan kepalanya dan mengusap air matanya. Pertama kali tertarik pada seorang lelaki dia malah menangis karena merasa diabaikan. Dia seharusnya tidak menjadi seperti ini. Dia mengambil ponselnya dan menghubungi Raisa bertanya-tanya soal Zafran.

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • Dikejar Lelaki Dingin yang Menolakku   13

    "Zayna, tolong siapkan alat USG portable dan catat vital signs. Kita mulai dari auskultasi jantung dulu."Zayna segera bergerak. Ia membantu Bu Hafsah duduk tegak dengan hati-hati—wanita itu masih tampak lemah setelah dua hari pasca-operasi bypass jantung. Dengan lembut, Zayna memasang elektroda baru di dada pasien untuk EKG dan menyiapkan stetoskop steril.Dr. Ardea mencondongkan tubuh sedikit, mendengarkan detak jantung dengan penuh konsentrasi."Tarik napas dalam, Bu. Bagus... murmur sistoliknya sudah berkurang signifikan. Graft-nya bekerja baik," ujarnya datar namun puas.Zayna mencatat hasil vital signs: tekanan darah 120/80 mmHg, saturasi oksigen 98%, nadi 78 kali per menit, reguler.Setelah itu, Dr. Ardea mengambil probe USG dan memeriksa area jantung melalui layar monitor, sementara Zayna berada di sisi lain ranjang, memastikan pasien tetap nyaman."Alirannya bagus. Tidak ada tanda kebocoran atau trombus. Jika stabil hingga besok, boleh mulai latihan pernapasan dan duduk lebi

  • Dikejar Lelaki Dingin yang Menolakku   12

    Langit menghampiri Zayna dan Nadira yang tengah mengobrol.Nadira cukup terkejut dan langsung menyapa Langit. Zayna juga menyapa tetapi tidak seperti Nadira.“Selamat pagi dokter,” sapa Nadira.“Eh ada Dokter Langit,” kata Zayna.“Pagi-pagi sudah panas banget obrolannya. Ngobrolin apa kalian?!” tanya Dokter Langit dengan nada ramah tetapi tatapannya tidak bisa menyembunyikan rasa penasaran.Nadira cuma cengengesan. Berbeda dengan Zayna yang malah menundukkan kedua matanya dan benaknya mulai mencari-cari topik apa yang cocok untuk diberikan kepada Dokter Langit.“Bukan apa-apa kok dokter. Iya kan Zayna?!” tanya Nadira.Zayna menoleh cepat ke Nadira.“Kalau jawab begitu, dokter Langit malah jadi semakin curiga Nad,” batin Zayna.“Lagi ngobrolin soal ke luar negeri,” jawab Zayna.“Begitu. Kirain ngobrolin soal surat hitam yang kemarin.”Zayna dan Nadira langsung saling pandang.Zayna tersipu malu dan mulai mengeluh.“Surat hitam apa dok?!” tanya Zayna.“Itu dari kamu kan Zayna? Aku tahu

  • Dikejar Lelaki Dingin yang Menolakku   11

    "Hush, jangan sembarangan kalau bicara." Zayna sampai menyenggol lengan Nadira. Nadira menatap Zayna dengan sedikit kejengkelan di wajahnya dan lelah. Bagaimana tidak lelah, Nadira tahu betul temannya itu memang tipe yang tidak peka. Nadira pikir, Dokter Langit sudah cukup lama memendam perasaan pada Zayna tetapi karena Zayna bukan gadis yang mudah, seolah-olah Dokter Langit tidak punya jalan untuk mendekati Zayna. Nadira sempat mendengar rumor dulu ketika Zayna baru pertama kali masuk rumah sakit ini. Orang-orang mengatakan tatapan Dokter Langit pada Zayna berbeda. Ketika jam istirahat tiba, Nadira yang sedang datang bulan, memutuskan untuk menyerahkan surat dari Zayna kepada Zafran. Namun yang dia temukan malah orang lain. Namun Nadira bersyukur. Nadira tidak tahu apakah dia bisa menghadapi Zafran secara langsung atau tidak. "Permisi, bu," sapa Nadira pada wanita yang duduk di ruang tunggu itu. Wanita itu menoleh ke Nadira dan langsung berdiri. Anak disampin

  • Dikejar Lelaki Dingin yang Menolakku   10

    Malam itu, Zayna tidak bisa berhenti gelisah. Namun ada perasaan bahagia. Tentu saja alasannya karena Zafran. Tak pernah Zayna sangka akan tiba dimana Zafran menanyakan perihal nomor Dokter Ardea. Bahkan jika dia sangat pemalu, sulit dipercaya melakukannya di hadapan teman-teman mereka. Bahkan ketika Zafran digoda, pria itu tidak memberika. reaksi apapun. Zayna sudah berkali-kali menenangkan diri tetapi hasilnya tetap saja. Zafran seperti terus-menerus menghantui pikirannya. Akhirnya Zayna memutuskan untuk menulis surat. Untuk Zafran, Assalamu'alaikum. Pertama-tama, saya ingin memperkenalkan diri terlebih dahulu. Nama Saya Zayna. Seperti yang anda tahu, saya bekerja di rumah sakit tersebut sebagai dokter umum. Mungkin anda belum tahu ini tetapi saya adalah teman alias sahabatnya Raisa, tunangan teman anda, Bilal. Saya sempat melihat anda waktu itu. Bukan karena saya berniat memperhatikan, tapi karena pandangan saya—entah bagaimana—terhenti pada sosok anda. Se

  • Dikejar Lelaki Dingin yang Menolakku   09

    Semua yang ada di meja makan menatap Zayna. “Maaf,” bisik Zayna seraya mengeluarkan sapu tangannya dan membersihkan mulutnya serta pakaiannya yang basah. Zayna juga mengelap meja yang basah. “Nggak perlu terkejut sampai seperti itu, nak,” ucap Ibunya Langit dengan nada rendah. Barangkali supaya Zayna lebih tenang. Tetapi mana mungkin Zayna bisa lebih tenang. Gadis itu menatap Langit meminta penjelasan. Zayna menjadi merasa seperti dijebak. Bagaimana tidak, ketika sebelumnya ibu Langit bicara soal calon istri, Langit tidak mengatakan apapun. Sekarang untuk yang kedua kalinya, Langit juga diam. Zayna tidak punya pilihan lain. Bagaimanapun dia harus mengatakan yang sebenarnya meskipun mungkin akan melukai perasaan Ibunya Langit. “Maaf, tetapi saya bukan calon pasangan Dokter Langit. Saya cuma temannya. Dokter Langit sudah sering bantu saya dan dia mengajak saya ke rumahnya karena beliau pernah silaturahmi juga ke keluarga saya,” ucap Zayna ramah. Wajah ibu Langit langsung

  • Dikejar Lelaki Dingin yang Menolakku   08

    "Kenapa kamu tiba-tiba mempertanyakan itu?" Langit terlihat penasaran. Zayna terdiam sejenak sambil berpikir mungkin saja Langit merasa tidak nyaman dengan pertanyaan tersebut karena dianggap mengusik privasinya. "Gak ada dokter. Saya minta maaf. Saya tarik kembali pertanyaan saya," kata Zayna cepat. "Ayolah. Aku serius penasaran tahu." Zayna melirik ke arah lain, tampak ragu-ragu menjawab karena menurutnya Langit seperti tersinggung tetapi berusaha menahan amarahnya dan sepertinya dia akan meledakkan amarahnya kalau dia salah menjawab. "Karena Dokter Langit sudah banyak bantu saya jadi saya juga ingin bantu dokter Langit." "Apa hubungannya sama pasangan?" "Mungkin saja dokter ingin saya carikan pasangan hehe. Teman saya alhamdulillah cukup banyak.” “Menurut kamu banyakan teman kamu atau temanku?” tanya Dokter Langit tak lagi tersenyum. Zayna sadar bahwa keputusannya mengenalkan Dokter Langit dengan temannya adalah keputusan yang salah. Lagi pula sulit diperca

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status