Share

Dikhianati Calon Istri Dan Ayah
Dikhianati Calon Istri Dan Ayah
Penulis: Kholis_Efendi

Air Mata Di Saat Koma

Sebuah peristiwa tragis datang menimpa menjelang akad nikahku dengan Mas Fairuz. Selama dua tahun sebelumnya, kami  terjalin dalam ikatan pertunangan.

Beberapa jam sebelum dilangsungkan akad nikah, calon suamiku kecelakaan hingga ia tak sadarkan diri dan dilarikan ke rumah sakit. Mas Fairuz mengalami koma.

Sedih, duka membaur dalam hati. 

Momen yang seharusnya membahagiakan berubah mendukaan.

Sudah tak terperikan rasa sedih di hati dan banyaknya derai air mata.

Ini adalah Minggu ketiga di rumah sakit di ruangan VVIP.  Aku menjagai seseorang yang hampir mengucapkan ijab Kabulnya sebelum palu takdir memutuskan keadaan yang lain. Mas Fairuz masih belum sadar. Aku dan Ayah mertua bergantian menjagai Mas Fairuz.

"Yang tabah ya, Jes. Jangan terlalu larut dalam kesedihan dan kedukaan. Semoga keadaan Fairuz segera pulih," ujar Ayah mertuaku sambil membarut kepalaku, mengalirkan kepedulian dan perasaan sayangnya kepada menantunya, meskipun masih belum sah sebagai mantunya.

Ayah mertuaku berusia kira kira 40 tahun. Meskipun sudah berkepala empat, ia masih terlihat tampan dan gagah. Kegagahan yang didapat dari profesinya sebagai  instruktur Fitnes. Bahkan bisa dikata, Ayah mertuaku terlihat lebih maskulin dan tampan dari anaknya  meski berselisih usia 19 tahun.

Ayah mertuaku menyandang gelar duren atau duda keren pasca meninggalnya Ibunya Mas Fairuz  seminggu lalu akibat diabetes.

Sehabis menunaikan sholat berjamaah, aku meraih tangan Ayah dan mencium tangannya. Tangannya lalu mengusap kepalaku. Aku seperti sudah dianggapnya anak sendiri. 

Barutan tangannya yang halus beserta kepeduliannya mengalir lembut dan sejuk bak sapuan angin di musim semi.

Sehabis sholat, seperti biasa, aku melepas mukena dan mengenakan pakaian sehari-hariku. Rok mini dan atasan yang membelah dada. Aku sudah terbiasa berpakaian mini sejak kelas 2 SMA karena menyadari wajah cantik dan seksiku yang kerap kuupload ke I*******m.

Diserbu banyak like, komen dan follower membuatku kecanduan untuk untuk terus memposting di IG dengan selalu mengenakan pakaian seksi hingga akhirnya kebisaan itu berlanjut di dunia nyata menjadi kesenanganku.

Hingga kini, meskipun aku hanya berdua bersama Ayah mertua di ruangan VVIP rumah sakit, aku tak segan mengenakannya. Beberapa kali Ayah mertuaku kedapatan mencuri pandang ke bagian tertentuku yang sering kueksplore di IG.

"Kasihan sekali nasibmu, nduk," ujarnya lemah lembut sambil meraih kepalaku untuk direbahkan di lengan kekarnya. Ia lalu memelukku sambil memandangi tubuh Mas Fairuz yang tak berdaya di atas pembaringan dengan selang infus di beberapa bagian tubuhnya.

Terbawa suasana kesedihan, aku merasakan hangatnya pelukan Ayah mertuaku. Ia semakin erat mendekapku. Entah kenapa aku meresponnya, aku merasakan nyaman dalam dekapan di dada bidangnya. Mataku tiba tiba terpejam.

Tanpa kusadari ternyata aku sudah terlentang di atas sofa dengan tubuh mertuaku menindih tubuhku.

"Jes...aku tertarik denganmu. Aku tau perasaan ini tak pantas dan tak wajar. Kebersamaan kita selama 3 Minggu disini menumbuhkan sesuatu dalam hatiku. Aku tau kau calon mantuku. Tapi aku benar benar tak bisa mengendalikan perasaanku padamu. 

Malam ini kita sudah telalu jauh bergerak melewati batas batas moral. Nampaknya kau juga menikmatinya. Kau juga ada perasaan kepadaku," gumam Mertuaku lembut penuh perasaan. 

Perkataannya tak salah. Jujur kuakui aku menyukainya. Entah sejak kapan. Aku merasa nyaman dalam dekapannya. Merasakan kehangatan. Wajah tampannya menawan hati.

Aku terdiam oleh ucapannya yang mengandung kebenaran.

"Harus saya akui Pak, saya juga merasakan nyaman dalam pelukan Bapak," ucapku jujur. Ia mengerlingkan matanya. Pelan pelan ia mengecup bib*rku. Aku merespon kecupannya.

"Aku tak ingin kita terlibat dalam tindakan yang lebih jauh dari ini, Jes." Mertuaku menarik mundur tubuhnya.

"Saya pun juga Pak. Tapi saya sudah kadung mempunyai perasaan sama Bapak" jawabku transparan tanpa tedeng perasaan malu.

"Jes..." Lirihnya sambil menatapku lembut. "Bolehkah aku menikahimu. Perasaan cintaku kian membesar padamu. Kita nyaris saja berzina."

"Tapi Bapak adalah mertuaku." Masih ada sudut hatiku yang berusaha mengilah dari perasaan tak pantas di luar batas ini.

"Kau belum melakukan akad dengan Fairuz. Berarti tidak ada larangan andaikata kita nikah" ajakan Mertuaku membuatku terdiam untuk mempertimbangkan ucapan dan keinginannya. Entah sejak kapan perasaan cintaku pada Mas Fairuz sudah teralihkan kepada Bapaknya.

Selirih suara membuatku tersentak. Mas Fairuz menggerakkan tangannya. Tiba tiba air matanya menetes dari sudut matanya. Aku dan Ayah mertuaku terkejut.

Next?

Silahkan tinggalkan komentar anda

Terimakasih telah berkunjung.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status