Share

Dikhianati Kekasih, Dinikahi Bos Galak
Dikhianati Kekasih, Dinikahi Bos Galak
Penulis: Kinan Larasati

Bab 1: Kabar Buruk Menjelang Pernikahan

“Apa maksud kamu, Ziya?” tanya Khayra dengan tubuh yang bergetar. Sekuat tenaga dia tetap berdiri tegak, walau baru saja mendapatkan kabar yang tidak mengenakkan.

 “Aku hamil, Kak. Anak ini milik Yuda,” isak Ziya.

 Degh!

 “Ba-bagaimana bisa?” Khayra mendadak tidak bisa berkata-kata. Air mata sudah memenuhi pelupuk matanya. Dadanya terasa begitu sesak, seakan baru saja mendapat hantaman besar. 

 “Aku berani bersumpah, Kak. Ini anak dari Yuda, kalau Kak Khayra tidak percaya, kita bisa lakukan tes DNA,” isak Ziya.

 “Ziya, Yuda adalah calon suami Kakak. Kami akan menikah dua bulan lagi. Ba-bagaimana bisa kalian—?” air mata yang sejak tadi ditahan oleh Khayra, akhirnya tumpah ruah membasahi pipinya. Hatinya benar-benar sakit sekaligus tidak percaya. Kedua tangannya berkeringat, bahkan kedua kakinya seakan sudah tidak mampu menopang tubuhnya.

 “Maafkan aku, Kak,” isak Ziya menundukkan kepalanya. “Kami melakukannya dalam keadaan tidak sadar, kami sama-sama mabuk saat itu,” isak Ziya.

 Khayra tidak bisa berkata apa-apa lagi. Hatinya teramat sakit, kekasih yang sudah bersamanya selama lima tahun ini, bahkan mereka akan segera menikah dalam kurun waktu satu bulan. Bagaimana bisa, adik sepupunya Ziya, bisa melakukan hal itu dengan calon suaminya. 

 “Kak, tolong lepaskan Bang Yuda. Biarkan dia menikahiku, aku tidak mau anak ini lahir tanpa seorang Ayah,” ucap Ziya yang berjalan mendekati Khayra. Wanita itu mengambil tangan Khayra penuh permohonan. “Lepaskan Ayah dari anakku, Kak. Biarkan aku yang menikah dengannya.”

 Khayra masih bungkam, wajahnya sudah pucat. Khayra menarik tangannya hingga terlepas dari genggaman Ziya.

 “Biarkan aku sendiri,” ucap Khayra membalikkan badannya. Dia berjalan dengan langkah gamang, tatapannya kosong dan tubuhnya terasa begitu dingin.

 Khayra masuk ke dalam kamarnya dan menguncinya dari dalam. Tubuhnya luruh ke lantai saat itu juga dan tangisan pecah di sana. 

Tega sekali mereka melakukan hal ini padanya. Kekasih yang sudah Khayra temani dari nol, lima tahun yang lalu hingga sekarang. Impian dan harapan yang sudah mereka ukir bersama kita hancur seketika. Dan Ziya, adik sepupu yang sangat dia sayangi. 

 “Kenapa kalian tega sekali padaku? Apa salahku pada kalian? Hiks ....”

 Khayra memukuli dadanya dengan bogem tangan, dia merasakan sesak yang teramat di dadanya hingga dia kesulitan untuk bernapas.

 “Aku harus bagaimana sekarang, Ma, Pa?” isaknya.

*** 

 Sesampainya di kantor, Khayra mengambil duduk di kubikelnya, salah satu rekan kerjanya baru saja datang dan menyapa Khayra.

 “Tumben nih datang pagi banget,” seru Sunny saat menempati tempat duduknya. 

 “Ada yang lebih pagi dariku. Mungkin dia datang setelah salat subuh,” jawab Khayra dan berhasil membuat Sunny terkikik.

 “Pak Kaivan memang selalu stand by. Bisa jadi dia berangkat ke kantor setelah tahajud,” kekeh Sunny.

 “Khayra, ke ruangan saya!” panggil Kaivan yang baru saja keluar dari ruangannya.

 Sunny memberi kode mata pada Khayra untuk segera menemui singa lapar itu, kalau tidak mau diamuk nantinya.

 Khayra beranjak bangun dan berjalan memasuki ruangan Kaivan. “Anda memanggil saya, Pak?” tanya Khayra.

 “Kamu selesaikan laporan ini. Itu untuk meeting pak Darmono besok pagi, aku ingin selesai siang nanti,” perintah Kaivan dengan nada datar.

 “Baik, Pak.” Kaivan melihat Khayra, wajah wanita itu terlihat sangat sembab, walau tertutup make-up, tetapi masih terlihat bekas dia menangis di sana. 

 Khayra berlalu pergi meninggalkan ruangan Kaivan. Wanita itu kembali duduk di kursinya dan mulai membuka berkas di tangannya. 

 Sampai sebuah notifikasi masuk ke dalam ponselnya. Khayra mengambil ponselnya dan melihat pesan masuk dari Yuda, kekasihnya. 

 “Yang ... aku mau bicara, pulang kerja nanti, aku jemput, ya.” Itulah isi pesan dari Yuda.

 Khayra tertegun. Dia belum siap untuk bertemu dan bicara dengan Yuda. Hatinya masih sangat sakit. Dadanya terasa sesak. Hatinya sudah hancur lebur tak berbentuk lagi. 

 Lima tahun bukan waktu yang singkat untuk sebuah hubungan. Mereka sudah melakukan pertunangan, tapi pada akhirnya Khayra hanya menjaga jodoh wanita lain.

 Khayra segera menyeka pipinya karena kaget oleh sesuatu yang diletakkan di atas mejanya. Wanita itu menengadahkan kepalanya dan ternyata Kaivan berdiri di depannya, memberikan satu gelas berisi kopi.

 “Fokus bekerja.” 

 Setelah mengatakan itu, pria itu berlalu pergi meninggalkan Khayra dalam kebingungan. Atensinya tertuju pada gelas berisi kopi susu di depannya. Dia juga melihat ke meja Sunny yang ternyata wanita itu tidak ada di mejanya. Khayra bahkan tidak menyadari pergerakan mereka berdua. 

 Khayra mengetik sesuatu di ponselnya. “Beri aku waktu, aku ingin menenangkan diriku. Akan kuhubungi kalau aku sudah siap bertemu.” 

 Wanita itu menyeka air matanya dan menghirup udara sebanyak-banyaknya. “Fokus, Khayra,” gumamnya dan mulai bekerja. 

 Dia mengambil gelas yang diberikan Kaivan tadi dan meneguknya. “Em?” dia tertegun sesaat setelah meminumnya sedikit. “Rasanya enak, manisnya pas dan ada rasa creamy,” gumamnya.

  Tanpa terasa waktu berlalu hingga Khayra menyelesaikan dokumen yang diminta oleh Kaivan tadi pagi. Ia segera menyerahkannya dan menghela napas panjang setelah keluar dari ruangan bosnya itu. 

 Namun, belum lama kembali ke kubikelnya, sebuah suara bariton mengejutkan semua orang di ruangan. 

 “Laporan macam apa ini, Khayra!” Kaivan melemparkan berkas ke atas meja membuat Khayra tersentak kaget. Wanita itu menundukkan kepalanya. 

  “Bagaimana saya bisa memberikan laporan ini pada direktur kalau isinya seperti ini?” tanya Kaivan.

 Suara keras Kaivan yang memarahi Khayra terdengar menggelegar. Karyawan lain berusaha abai, mereka sudah sangat memahami manajernya. Kaivan memang terkenal sebagai manajer paling galak di perusahaan. Tetapi dia juga dikenal sebagai sosok yang sangat melindungi anak buahnya, dia tidak akan membiarkan pihak atau divisi lain memperlakukan anak buahnya tidak adil.

 “Maafkan saya, Pak. S-saya akan perbaiki lagi,” jawab Khayra masih dengan kepala tertunduk.

 “Mudah sekali kamu bilang maaf. Sudah saya bilang, fokus bekerja. Profesional, walau kamu punya masalah pribadi. Jangan bawa-bawa ke pekerjaan!” bentak Kaivan.

 “Saya akan perbaiki lagi, Pak.” Khayra masih menahan dirinya untuk tidak menangis karena bentakan Kaivan. 

 Kepalanya sudah mau pecah memikirkan masalahnya, dan sekarang dimarahi atasannya. Memang benar, Khayra selalu langganan kena marah Kaivan, tapi kali ini dia tidak bisa tahan. Pertahanannya sedang goyah.

 “Selesaikan. Jangan pulang sebelum selesai.” Kaivan menatap Khayra dengan tajam di depannya.

 “Ba-baik, Pak.”

 Khayra mengambil berkas di atas meja dan membawanya kembali ke kubikel. Gadis itu menghirup udara sebanyak-banyaknya, lalu menghembuskannya perlahan.

 “Kamu nggak apa-apa, kan? Pak Kai kayaknya lagi datang bulan, makanya marah-marah terus,” gurau Sunny membuat Khayra tersenyum kecil. Dia mengerti kalau rekannya itu ingin menghiburnya, tapi saat ini … Khayra hanya ingin lekas pergi dari sini. 

  Sepanjang sisa hari itu, Khayra melakukan tugasnya dengan hati-hati. Dia berulang kali memeriksa ulang dokumen yang harus diperbaiki, agar tidak ada yang terlewat dan mengundang amarah bosnya lagi. 

 Khayra menghela napas lega begitu semuanya selesai tepat waktu. Ia tidak menunggu lama dan langsung pulang begitu waktunya tiba. Dadanya sudah terasa sangat menyesakkan dan Khayra tidak bisa menahannya lagi. 

  Namun, saat hampir sampai di kediamannya, langkah kaki Khayra berhenti begitu mendapati sosok tidak asing yang berdiri tak jauh darinya. 

  “Ngapain kamu di sini?!” 

Komen (20)
goodnovel comment avatar
Agung99
lanjut dong kak, pengen lihat karma si adek sepupu
goodnovel comment avatar
yuyunitaa
kasihan bgt khayra
goodnovel comment avatar
Sun fatayati
fokus khayra... sabaaar....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status