Share

Bab 2

Author: Firsyaka
last update Last Updated: 2024-11-16 07:24:11

Flavia duduk di ruang tamu, pandangannya kosong menatap jendela. Sejak kecelakaan itu, banyak hal berubah dalam hidupnya. Kakinya belum pulih sepenuhnya, dan lebih parah lagi, Zafran, kekasihnya, semakin jarang berkunjung. Dulu, setiap hari Zafran selalu ada di sisinya, memastikan dia baik-baik saja. Tapi sekarang? Kehadirannya mulai langka. Bahkan sahabatnya, Aurellia, yang biasanya sering nongol dengan candaannya, kini entah ke mana.

Hati Flavia dipenuhi tanda tanya. Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa keduanya seperti menghilang begitu saja dari hidupnya? Seakan dunia luar menjauh darinya, hanya menyisakan sunyi yang menyakitkan.

Di tengah kegalauannya, ketukan pintu rumah berbunyi. Flavia menghela napas panjang. "Siapa lagi sekarang?" gumamnya pelan, tidak mengharapkan siapapun.

Ibunya, yang baru saja selesai di dapur, melangkah ke depan pintu. Saat pintu terbuka, muncul sosok yang membuat Flavia sedikit tersenyum. Dr. Alessandro.

"Selamat sore, Bu," sapa Alessandro dengan senyum hangatnya. "Saya mampir sebentar untuk mengecek kondisi Flavia."

"Oh, tentu saja. Silakan masuk, Dok." Bu Mireya menggeser tubuhnya agar Alessandro bisa masuk.

Sejak kecelakaan itu, Alessandro sering berkunjung setelah jam kerjanya selesai di rumah sakit. Dokter Alessandro datang untuk memeriksa kondisi Flavia mengingat rumah Dokter itu tidak terlalu jauh dari rumah Flavia.

"Hai, Fla," sapa Alessandro seraya duduk di sebelahnya. "Bagaimana perasaanmu hari ini?"

"Lumayan, Dok. Sedikit nyeri di kaki, tapi sudah lebih baik."

Alessandro mengangguk sambil mengambil stetoskopnya. "Biar aku cek dulu, ya."

"Semuanya terlihat baik. Kamu butuh lebih banyak istirahat dan jangan terlalu memaksakan kaki untuk berjalan." Alessandro menyimpan alat-alatnya dan menatap Flavia dengan senyum lembut. "Aku akan selalu ada kalau kamu butuh sesuatu, Fla."

Sebelum Flavia bisa merespons, pintu depan terbuka lagi dengan cepat, diikuti suara langkah terburu-buru. Victor, lelaki yang diam-diam mencintai Flavia, muncul dengan wajah panik. Rambutnya acak-acakan, kemejanya sedikit berantakan. Ia bahkan tidak memperhatikan kehadiran Alessandro saat itu.

"Flavia! Kamu harus lihat ini!" Victor hampir berteriak, seraya merogoh saku celananya dan mengeluarkan ponsel.

"Victor, ada apa?" Flavia terkejut melihat ekspresi tegang Victor.

Victor langsung menunjukkan layar ponselnya kepada Flavia, tanpa memperdulikan kehadiran Alessandro. "Kamu perlu lihat ini sekarang!"

Di layar, terlihat Zafran, kekasihnya, duduk bersama Aurellia—sahabat terbaiknya. Mereka tampak begitu akrab, tertawa bersama, dan yang lebih mengejutkan, Zafran tampak menyuapi Aurellia dengan manis, seolah tidak ada beban.

“Tidak mungkin …” bisik Flavia pelan, suaranya hampir lenyap.

Alessandro yang duduk di sebelahnya ikut melihat video itu, wajahnya berubah serius. Dia bisa merasakan kesedihan Flavia yang semakin dalam.

Victor, yang berdiri di depannya, masih bernapas dengan tidak beraturan. "Aku tahu ini sulit, Fla. Tapi aku tidak bisa   kamu terus dalam kegelapan. Zafran ... dia tidak layak untukmu."

Air mata mulai membasahi pipi Flavia. Selama ini, perasaannya yang campur aduk tentang Zafran dan Aurellia ternyata bukan sekadar firasat. Mereka benar-benar mengkhianatinya, tepat di depan matanya.

"Kenapa mereka melakukan ini padaku?" Flavia berbicara dengan suara bergetar. "Aurellia adalah sahabatku ... Zafran ..." Dia tidak bisa melanjutkan kata-katanya, tenggorokannya terasa tercekat.

Alessandro menaruh tangannya di bahu Flavia, mencoba menenangkan. "Flavia, aku tahu ini berat. Tapi kamu harus kuat. Mereka tidak pantas mendapatkan air matamu."

Namun, Victor tidak tahan melihat Alessandro begitu dekat dengan Flavia. Dia merasa Dr. Alessandro memiliki niat yang lebih dari sekadar dokter  sama pasien.

"Dokter tidak perlu pura-pura perduli sama Fla, ada aku di sini yang akan selalu menjaganya!" sindir Victor tidak suka.

Alessandro mendongak, matanya bertemu dengan tatapan tajam Victor. "Memangnya salah kalau aku perduli sama Fla, Victor?"

Flavia merasakan ketegangan di antara kedua lelaki itu. Namun, dia tidak ingin terjebak dalam konflik baru. Rasa sakit yang dia rasakan akibat pengkhianatan Zafran dan Aurellia sudah cukup baginya.

"Victor, dr. Alessandro ... cukup," Flavia berkata, suaranya lemah tapi tegas. "Aku tidak butuh pertengkaran ini sekarang."

"Maaf, Fla. Aku hanya ... aku khawatir padamu. Aku hanya ingin kamu tahu apa yang sebenarnya terjadi." Victor nampak ragu.

Flavia mengangguk sambil mengusap air mata di pipinya. "Terima kasih, Victor. Tapi aku butuh waktu untuk mencerna semua ini."

"Kalau kamu butuh aku, aku selalu ada untukmu," kata Victor dengan suara pelan sebelum berbalik dan meninggalkan ruangan.

Setelah Victor pergi, Alessandro tetap di tempatnya, menatap Flavia dengan penuh empati. "Kamu tidak sendirian, Fla. Kamu punya aku, kalau kamu butuh seseorang untuk berbagi."

~~~~~

Keesokan harinya, suasana rumah Flavia terasa lebih sunyi dari biasanya. Meskipun Flavia berusaha menyibukkan diri di kamar, hatinya tidak bisa lepas dari perasaan hampa yang terus menghantui.

Tiba-tiba, suara ketukan pintu menggetarkan keheningan. Flavia mengintip dari jendela, hatinya tersentak melihat Dr. Alessandro berdiri di depan pintu, dengan tatapan penuh perhatian.

"Flavia? Ini aku, dr. Ale. Kamu baik-baik saja?" suaranya lembut namun penuh kekhawatiran. Flavia ragu sejenak, lalu membuka pintu. Dr. Alessandro masuk dengan membawa sebungkus makanan kesukaannya.

Di ruang tamu, suasana canggung menyelimuti mereka. Dr. Alessandro mencoba menciptakan percakapan ringan, namun Flavia hanya merespons dengan senyum yang terpaksa. Meski begitu, Dr. Alessandro tetap berusaha menunjukkan kepeduliannya. Ia tidak pernah menyerah pada Flavia, apapun yang terjadi, dia ingin melihat Flavia semangat menjalani hidup.

Tidak lama berselang, suara motor Victor terdengar mendekat, semakin mendekati rumah Flavia. Langkah berat terdengar, dan Flavia tahu Victor kembali. Ketika pintu terbuka, wajah Victor tampak tegang dan tidak seperti biasanya. Ia membawa sesuatu di tangannya, sepertinya kabar besar yang tidak bisa ditunda.

"Flavia, kamu harus lihat ini," ucap Victor dengan napas yang tersengal. Matanya tajam, seperti menahan amarah dan kebingungan.

Flavia mengerutkan kening, merasa ada sesuatu yang salah. "Apa itu, Victor?"

Tanpa menjawab, Victor langsung menyerahkan ponselnya ke tangan Flavia. Ponsel itu menunjukkan sebuah video, dan tangan Flavia mulai gemetar saat dia meraihnya. Dr. Alessandro memandang dengan curiga, namun tidak berkata apa-apa, hanya menatap wajah Flavia yang perlahan berubah pucat.

Jari-jari Flavia mulai menyentuh layar, memutar video tersebut.

Flavia membeku, jantungnya seperti berhenti berdetak. Tangan yang memegang ponsel itu semakin bergetar hebat. Air mata mulai menggenang di matanya, namun ia tetap memaksakan diri untuk menyelesaikan video itu, meski hatinya hancur berkeping-keping.

"Ini tidak mungkin, aku pasti sedang bermimpi," gumam Flavia dalam kekalutan.

Dr. Alessandro yang duduk di sampingnya terdiam, melihat perubahan drastis di wajah Flavia. Dia mencoba meraih tangan Flavia, tapi Flavia menepisnya, seluruh tubuhnya gemetar hebat.

Sebenarnya vidio apa yang dilihat Flavia?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dikhianati Mantan, Dijerat Dokter Tampan   Bab 63

    "Benar, Mas. Kamu kan, Dokter, kamu pasti tahu caranya mengecek makanan untuk memastikan apakah ini aman atau enggak," sela Fla kemudian.Sang suami mengangguk lalu segera mengambil alat penguji makanan.Tatapannya penuh keteguhan. Ia sudah kehilangan Flavia sekali, dan ia tidak akan membiarkan hal itu terjadi lagi.Di luar, hujan semakin deras, seolah ikut menciptakan ketegangan di dalam rumah itu.Sore itu, di dapur rumah besar keluarga Dokter Alessandro, suasana mendadak mencekam. Di atas meja, ada dua bungkus rujak buah dan asinan yang baru saja diterima dari orang tak dikenal. Alessandro—seorang dokter berpengalaman—menggunakan alat khusus untuk menguji kandungan makanan tersebut.Flavia, istrinya yang tengah hamil empat bulan, berdiri di sampingnya dengan ekspresi tegang. Pak Maximus, satpam yang berjaga di rumah itu, ikut menyaksikan dengan waspada.Beberapa detik kemudian, alat uji berbunyi nyaring. Alessandro menatap hasilnya, lalu menoleh ke arah Flavia dengan wajah menger

  • Dikhianati Mantan, Dijerat Dokter Tampan   Bab 62

    Perlahan Dr. Ale membukanya dengan dahi yang mengernyit."Jika aku tidak bisa memilikimu, maka tak seorang pun bisa."Alessandro menatap surat itu dengan rahang mengeras, sementara Flavia yang membacanya di sampingnya merasakan ketakutan menjalari tubuhnya.Mereka berpikir semuanya telah selesai. Tapi ternyata, badai baru saja dimulai."Valeri ... kau sungguh tidak waras. Aku dulu serius sama kamu, tapi kamu malah menduakan aku. Bahkan, sampai hamil dengan pria itu. Gimana bisa aku memaafkan pengkhianatan seperti itu? Kalau belum ada anak, mungkin aku bisa," gumam dr. Ale yang masih bisa didengar sang istri di sampingnya."Valeri benar-benar nekat ya, Mas. Dia gak takut apa kalau nanti kita laporkan dia ke polisi," sahut Fla menambahi."Dia sering mendapat kekerasan dari suaminya, dan pernah bilang kalau dia gak bahagia karena suaminya kasar dan temperamen. Hingga mungkin dia sekarang baru menyesali perbuatannya hingga sampai kehilangan kewarasannya," papar sang suami sambil merengkuh

  • Dikhianati Mantan, Dijerat Dokter Tampan   Bab 61

    Flavia duduk di tepi ranjang, tangannya refleks membelai perutnya yang mulai membesar. Senyum kecil terbit di wajahnya, membayangkan kehidupan baru yang sedang tumbuh di dalam rahimnya. Namun, ketenangan itu seketika pecah saat sebuah notifikasi masuk ke ponsel suaminya, Dr. Alessandro, yang tergeletak di atas nakas.Flavia menoleh. Biasanya, ia tidak pernah iseng membuka ponsel suaminya, tetapi ada sesuatu dalam hatinya yang mendorongnya untuk melihat pesan itu. Dengan sedikit ragu, ia meraih ponsel itu dan membuka aplikasi biru yang menampilkan pesan masuk dari Valeri.Sang suami yang berparas rupawan itu tengah di dalam kamar mandi dan baru saja masuk.Darahnya seketika membeku. Sebuah video berdurasi lima menit terlampir dalam pesan itu. Jantungnya berdebar kencang saat jarinya dengan gemetar menekan tombol putar.Di layar, terlihat suaminya—pria yang begitu ia cintai—berada di sebuah apartemen. Bajunya terlepas, dan di hadapannya ada Valeri yang hanya mengenakan gaun tidur tipis.

  • Dikhianati Mantan, Dijerat Dokter Tampan   Bab 60

    Hari ini adalah hari yang dinantikan. Setelah beberapa hari dirawat akibat kecelakaan yang menyebabkan tangan kanannya patah, akhirnya Dr. Alessandro bisa pulang. Meski kondisinya belum sepenuhnya pulih, dokter sudah mengizinkannya menjalani rawat jalan di rumah.Dr. Severino—adik Alessandro yang kini bertugas di Jakarta—datang untuk menjemputnya. Mereka memang sangat dekat, meskipun jarak memisahkan mereka karena tugas masing-masing. Saat Sever mengurus administrasi di resepsionis, Alessandro duduk di kursi roda sambil menghela napas panjang."Sudah nggak sabar pulang, ya?" tanya Sever sambil tersenyum setelah selesai dengan administrasi."Jelas," jawab Alessandro. "Kasihan Flavia, dia sendiri sedang hamil , masih harus mengurusku juga."Sever mengangguk paham. Ia tahu betapa besar cinta Alessandro pada istrinya. Flavia bukan hanya sedang hamil, tapi juga memiliki keterbatasan pada kakinya akibat kecelakaan yang dialaminya dulu. Tapi semua itu tak membuat Alessandro mencintainya kur

  • Dikhianati Mantan, Dijerat Dokter Tampan   Bab 59

    Ruangan ini masih berbau obat dan antiseptik khas rumah sakit. Aku duduk di kursi sebelah ranjang Dr. Ale—suamiku—yang terbaring dengan tangan kanannya dibalut gips. Kecelakaan itu hampir merenggut nyawanya. Sialnya, semua ini diduga karena satu orang, Zafran.Aku menghela napas berat, menatap wajah suamiku yang pucat. "Jadi, kamu yakin kalau Zafran yang menyebabkan kecelakaan ini?" tanyaku, mencoba menahan emosi yang mulai menggelegak.Dr. Ale menatapku dalam. "Aku tidak bilang yakin, tapi aku menduga dia melintas mendadak di depanku. Aku refleks banting setir dan..." Ia menggantungkan kalimatnya, seolah mengingat kembali momen mengerikan itu.Tanganku mengepal di atas pangkuan. "Kalau memang dia sengaja, aku tidak akan tinggal diam."Dr. Ale tersenyum tipis. "Jangan gegabah, sayang. Ini masih dugaan."Dugaan atau bukan, aku tahu bagaimana Zafran dan Aurellia. Mereka sudah cukup menyakiti aku di masa lalu. Sekarang mereka kembali muncul dan membawa malapetaka lain."Kamu tenang, jaga

  • Dikhianati Mantan, Dijerat Dokter Tampan   Bab 58

    Kabar Tak TerdugaFlavia merasa dunianya berputar saat mendengar kabar mengejutkan itu. Dr. Alessandro, suaminya yang penyayang dan selalu sabar menghadapi segala keadaan, mengalami kecelakaan. Tangan Flavia gemetar, bibirnya bergetar tanpa kata, dan kakinya terasa lemas. Dengan segera, ia gegas turun ke lantai bawah, niatnya untuk memberi tahu mertuanya, Ibu Sofia dan Bapak Maximus.Namun, langkah Flavia terhenti di depan pintu kamar mertuanya. Ia berdiri di sana, mondar-mandir dengan cemas. "Bagaimana cara mengatakannya? Aku gak enak malam-malam gini ganggu. Bagaimana kalau mereka syok?" pikirnya sambil menghela napas panjang. Ia menggigiti ujung kukunya, dadanya naik turun tidak karuan.Severus, adik iparnya yang berusia 30 tahun, muncul dari arah dapur. Ia membawa segelas air, tetapi langkahnya berhenti ketika melihat Flavia yang tampak panik di depan pintu kamar ibunya."Kak Flavia?" tegurnya dengan alis terangkat. "Kenapa mondar-mandir di situ? Ada apa sih, kelihatannya pani

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status