Share

Bab 6

Author: Firsyaka
last update Last Updated: 2024-11-16 07:26:41

"Dokter Ale, Fla, kita makan dulu. Ibu sudah masakin banyak buat kalian," ajak Ibu dengan senyumnya yang hangat.

"Baik, Bu," jawab Fla dengan berjalan menuju meja makan bersamaan dengan Dokter ganteng.

Sore itu, suasana di rumah Mireya terasa jadi ceria setelah tadi ada ketegangan. Sejak pagi, Bu Mireya sibuk menyiapkan hidangan istimewa untuk Dr. Alessandro, yang telah banyak membantu Flavia. Tak hanya menyembuhkan luka fisik, tetapi juga luka hati yang masih menganga atas pengkhianatan Zafran dan Aurel.

“Terima kasih, Bu Mireya, sudah repot-repot menyiapkan semua ini.” Dokter Ale tersenyum malu.

“Ah, tidak apa-apa, Dok. Ini sedikit tanda terima kasih dari kami,” jawab Bu Mireya sambil tersenyum.

Flavia yang duduk di sampingnya hanya tersenyum lemah. Ia merasa nyaman di hadapan Dr. Alessandro. Alesa, adik Flavia yang lebih ceria, ikut bergabung dan mengisi ruang dengan tawa kecil. Pembicaraan mereka mengalir ringan, penuh canda tawa. Sementara itu, Victor yang sedang berada di warung Bu Mireya, sekilas mendengar suara riuh dan cekikikan dari dalam rumah.

"Seru banget di dalam," gumam Victor sambil memerhatikan ke arah jendela rumah Bu Mireya. Ia sudah terbiasa datang ke warung Bu Mireya untuk membeli rokok, tapi kali ini rasanya ada sesuatu yang berbeda. Sesuatu yang mengusik hatinya.

---

Keesokan harinya,

Pukul 5 sore, Flavia sedang duduk termenung di ruang tamu ketika tiba-tiba pintu depan diketuk. Flavia membuka pintu, dan di depan matanya berdiri Aurel, sahabat yang pernah sangat dekat dengannya. Aurel tampak ragu, wajahnya penuh penyesalan.

"Ngapain kamu ke sini?" cakap Fla ketus dengan bola mata memutar malas.

“A_ku … aku mau minta maaf, Fla,” kata Aurel, suaranya terbata-bata. “Aku tahu aku salah. Aku telah merebut Zafran darimu dan aku menyakiti kamu. Aku minta maaf, aku benar-benar menyesal.”

Flavia terdiam sejenak, menatap Aurel dengan perasaan campur aduk. Setiap kata Aurel terasa seperti luka lama yang dibuka kembali. “Maaf?” suara Flavia terdengar kering dan penuh rasa sakit.

“Itu tidak cukup, Aurel. Kamu tahu betapa sakitnya aku karena kamu … karena kamu tahu aku berencana menikah dengan Zafran, dan kamu tetap melakukannya. Kamu mengkhianatiku, menghancurkan persahabatan kita," ucap Fla sedikit menaikkan nada bicaranya.

Aurel menunduk, air mata mulai menggenang di matanya. “Aku benar-benar tidak bermaksud begitu, Fla. Tapi aku mencintainya sejak lama, aku tidak bisa memendam perasaan ini terlalu lama. Meskipun aku tahu ini salah," ungkap Aurel terus terang, nadanya penuh penyesalan.

Flavia menatap Aurel tajam, namun hatinya semakin berat. Sakit itu masih membekas, dan meskipun Aurel minta maaf, rasanya itu takkan pernah cukup untuk menyembuhkan luka di hatinya.

Di sisi lain, ibu Mireya sedang sibuk melayani pembeli di warungnya. Pembeli datang silih berganti, namun hatinya tidak bisa lepas dari kejadian yang baru saja terjadi di rumah. Ia bisa mendengar suara pertengkaran antara Flavia dan Aurel yang semakin memanas.

“Kenapa kamu tidak bisa mengerti, Aurel? Semua yang kamu lakukan itu sudah terlalu jauh!” Flavia berteriak, suaranya penuh emosi yang tidak bisa lagi dibendung.

“Fla, aku … aku memang salah, tapi kamu harus percaya, aku tidak ingin seperti ini! Aku hanya tidak tahu harus bagaimana!” Aurel terdengar lebih putus asa.

Kedua sahabat itu saling berhadapan, dan Flavia merasa hatinya hancur melihat Aurel yang begitu cemas dan menyesal. Tapi rasa sakitnya jauh lebih besar daripada penyesalan yang coba ditunjukkan Aurel.

Tiba-tiba Victor masuk. Ia melihat dengan jelas apa yang sedang terjadi. Flavia menangis, wajahnya penuh dengan rasa sakit yang belum pernah terlihat sebelumnya. Melihat Flavia seperti itu membuat hati Victor ikut teriris. Ia mendekat perlahan, berusaha untuk tidak mengganggu, namun keberadaannya membuat Aurel terhenti sejenak.

“Aurel, sebaiknya kamu pergi dulu,” kata Victor dengan suara lembut namun tegas.

Aurel memandang Victor, lalu menatap Flavia yang masih menangis. Tanpa berkata-kata lagi, Aurel perlahan pergi meninggalkan rumah itu, membiarkan Flavia dan Victor berdua.

Victor duduk di samping Flavia, mengusap rambutnya dengan lembut. “Kamu yang sabar, ya?” ujar Victor pelan.

Flavia tidak menjawab, hanya mengangguk lemah. “Aku … aku tidak tahu harus bagaimana. Rasanya seperti dunia ini mengkhianatiku, Victor. Aku merasa begitu sendiri.”

Victor menarik napas panjang. “Kamu tidak sendiri, Fla. Aku ada di sini.” Tangannya terulur, menyentuh bahu Flavia dengan lembut. “Jangan biarkan perasaanmu menguasai, karena kamu lebih kuat dari itu. Kita akan melewati ini bersama.”

Flavia menoleh, matanya masih basah oleh air mata. Dalam hatinya, ia merasa sesuatu yang berbeda. Victor selalu ada saat ia butuhkan. Selalu menenangkan, selalu memberi harapan. Namun, saat itu, perasaan Flavia mulai bertabrakan dengan kebingungannya. Ada kerinduan yang aneh, seperti sesuatu yang tidak pernah bisa dijelaskan.

Namun, tepat ketika mereka berada dalam keheningan yang mendalam, suara langkah kaki terdengar dari luar, dan pintu terbuka dengan keras.

Dr. Alessandro muncul di ambang pintu, wajahnya tegang dan cemas. "Fla ... kamu kenapa?"

Flavia menoleh, hatinya berdetak lebih kencang. Apa yang akan terjadi selanjutnya?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dikhianati Mantan, Dijerat Dokter Tampan   Bab 63

    "Benar, Mas. Kamu kan, Dokter, kamu pasti tahu caranya mengecek makanan untuk memastikan apakah ini aman atau enggak," sela Fla kemudian.Sang suami mengangguk lalu segera mengambil alat penguji makanan.Tatapannya penuh keteguhan. Ia sudah kehilangan Flavia sekali, dan ia tidak akan membiarkan hal itu terjadi lagi.Di luar, hujan semakin deras, seolah ikut menciptakan ketegangan di dalam rumah itu.Sore itu, di dapur rumah besar keluarga Dokter Alessandro, suasana mendadak mencekam. Di atas meja, ada dua bungkus rujak buah dan asinan yang baru saja diterima dari orang tak dikenal. Alessandro—seorang dokter berpengalaman—menggunakan alat khusus untuk menguji kandungan makanan tersebut.Flavia, istrinya yang tengah hamil empat bulan, berdiri di sampingnya dengan ekspresi tegang. Pak Maximus, satpam yang berjaga di rumah itu, ikut menyaksikan dengan waspada.Beberapa detik kemudian, alat uji berbunyi nyaring. Alessandro menatap hasilnya, lalu menoleh ke arah Flavia dengan wajah menger

  • Dikhianati Mantan, Dijerat Dokter Tampan   Bab 62

    Perlahan Dr. Ale membukanya dengan dahi yang mengernyit."Jika aku tidak bisa memilikimu, maka tak seorang pun bisa."Alessandro menatap surat itu dengan rahang mengeras, sementara Flavia yang membacanya di sampingnya merasakan ketakutan menjalari tubuhnya.Mereka berpikir semuanya telah selesai. Tapi ternyata, badai baru saja dimulai."Valeri ... kau sungguh tidak waras. Aku dulu serius sama kamu, tapi kamu malah menduakan aku. Bahkan, sampai hamil dengan pria itu. Gimana bisa aku memaafkan pengkhianatan seperti itu? Kalau belum ada anak, mungkin aku bisa," gumam dr. Ale yang masih bisa didengar sang istri di sampingnya."Valeri benar-benar nekat ya, Mas. Dia gak takut apa kalau nanti kita laporkan dia ke polisi," sahut Fla menambahi."Dia sering mendapat kekerasan dari suaminya, dan pernah bilang kalau dia gak bahagia karena suaminya kasar dan temperamen. Hingga mungkin dia sekarang baru menyesali perbuatannya hingga sampai kehilangan kewarasannya," papar sang suami sambil merengkuh

  • Dikhianati Mantan, Dijerat Dokter Tampan   Bab 61

    Flavia duduk di tepi ranjang, tangannya refleks membelai perutnya yang mulai membesar. Senyum kecil terbit di wajahnya, membayangkan kehidupan baru yang sedang tumbuh di dalam rahimnya. Namun, ketenangan itu seketika pecah saat sebuah notifikasi masuk ke ponsel suaminya, Dr. Alessandro, yang tergeletak di atas nakas.Flavia menoleh. Biasanya, ia tidak pernah iseng membuka ponsel suaminya, tetapi ada sesuatu dalam hatinya yang mendorongnya untuk melihat pesan itu. Dengan sedikit ragu, ia meraih ponsel itu dan membuka aplikasi biru yang menampilkan pesan masuk dari Valeri.Sang suami yang berparas rupawan itu tengah di dalam kamar mandi dan baru saja masuk.Darahnya seketika membeku. Sebuah video berdurasi lima menit terlampir dalam pesan itu. Jantungnya berdebar kencang saat jarinya dengan gemetar menekan tombol putar.Di layar, terlihat suaminya—pria yang begitu ia cintai—berada di sebuah apartemen. Bajunya terlepas, dan di hadapannya ada Valeri yang hanya mengenakan gaun tidur tipis.

  • Dikhianati Mantan, Dijerat Dokter Tampan   Bab 60

    Hari ini adalah hari yang dinantikan. Setelah beberapa hari dirawat akibat kecelakaan yang menyebabkan tangan kanannya patah, akhirnya Dr. Alessandro bisa pulang. Meski kondisinya belum sepenuhnya pulih, dokter sudah mengizinkannya menjalani rawat jalan di rumah.Dr. Severino—adik Alessandro yang kini bertugas di Jakarta—datang untuk menjemputnya. Mereka memang sangat dekat, meskipun jarak memisahkan mereka karena tugas masing-masing. Saat Sever mengurus administrasi di resepsionis, Alessandro duduk di kursi roda sambil menghela napas panjang."Sudah nggak sabar pulang, ya?" tanya Sever sambil tersenyum setelah selesai dengan administrasi."Jelas," jawab Alessandro. "Kasihan Flavia, dia sendiri sedang hamil , masih harus mengurusku juga."Sever mengangguk paham. Ia tahu betapa besar cinta Alessandro pada istrinya. Flavia bukan hanya sedang hamil, tapi juga memiliki keterbatasan pada kakinya akibat kecelakaan yang dialaminya dulu. Tapi semua itu tak membuat Alessandro mencintainya kur

  • Dikhianati Mantan, Dijerat Dokter Tampan   Bab 59

    Ruangan ini masih berbau obat dan antiseptik khas rumah sakit. Aku duduk di kursi sebelah ranjang Dr. Ale—suamiku—yang terbaring dengan tangan kanannya dibalut gips. Kecelakaan itu hampir merenggut nyawanya. Sialnya, semua ini diduga karena satu orang, Zafran.Aku menghela napas berat, menatap wajah suamiku yang pucat. "Jadi, kamu yakin kalau Zafran yang menyebabkan kecelakaan ini?" tanyaku, mencoba menahan emosi yang mulai menggelegak.Dr. Ale menatapku dalam. "Aku tidak bilang yakin, tapi aku menduga dia melintas mendadak di depanku. Aku refleks banting setir dan..." Ia menggantungkan kalimatnya, seolah mengingat kembali momen mengerikan itu.Tanganku mengepal di atas pangkuan. "Kalau memang dia sengaja, aku tidak akan tinggal diam."Dr. Ale tersenyum tipis. "Jangan gegabah, sayang. Ini masih dugaan."Dugaan atau bukan, aku tahu bagaimana Zafran dan Aurellia. Mereka sudah cukup menyakiti aku di masa lalu. Sekarang mereka kembali muncul dan membawa malapetaka lain."Kamu tenang, jaga

  • Dikhianati Mantan, Dijerat Dokter Tampan   Bab 58

    Kabar Tak TerdugaFlavia merasa dunianya berputar saat mendengar kabar mengejutkan itu. Dr. Alessandro, suaminya yang penyayang dan selalu sabar menghadapi segala keadaan, mengalami kecelakaan. Tangan Flavia gemetar, bibirnya bergetar tanpa kata, dan kakinya terasa lemas. Dengan segera, ia gegas turun ke lantai bawah, niatnya untuk memberi tahu mertuanya, Ibu Sofia dan Bapak Maximus.Namun, langkah Flavia terhenti di depan pintu kamar mertuanya. Ia berdiri di sana, mondar-mandir dengan cemas. "Bagaimana cara mengatakannya? Aku gak enak malam-malam gini ganggu. Bagaimana kalau mereka syok?" pikirnya sambil menghela napas panjang. Ia menggigiti ujung kukunya, dadanya naik turun tidak karuan.Severus, adik iparnya yang berusia 30 tahun, muncul dari arah dapur. Ia membawa segelas air, tetapi langkahnya berhenti ketika melihat Flavia yang tampak panik di depan pintu kamar ibunya."Kak Flavia?" tegurnya dengan alis terangkat. "Kenapa mondar-mandir di situ? Ada apa sih, kelihatannya pani

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status