Share

2. Tambahan tanggung jawab

Rahayu hendak berangkat kerja, ia membuka gerbang rumahnya dan mengeluarkan sepeda motor keluaran tahun lama yang menjadi alat transportasinya pergi bekerja. Meskipun memiliki gaji yang lumayan tinggi namun Rahayu belum bisa membeli motor baru karena penghasilanya selalu habis untuk mencukupi kebutuhan hidup. Ketika teman-teman selevelnya sudah mengendarai mobil, Rahayu masih bertahan menggunakan sepeda motor untuk berangkat ke kantor.

Jangankan membeli motor, ia bahkan sangat jarang membeli kebutuhan untuk dirinya sendiri seperti baju, peralatan make up dan segala macam kebutuhan wanita lainya. Hal ini membuat penampilan Rahayu terlihat sangat sederhana. Rahayu lebih mementingkan kebutuhan keluarganya dibanding dirinya sendiri.

Rahayu melihat sekelompok ibu-ibu sedang berbelanja sayuran di tukang sayur keliling yang berhenti tepat di depan rumah tetangganya. Rahayu pun tersenyum ramah pada mereka.

"Berangkat kerja  jeng Ayu?" Sapa seorang Ibu yang sedang berbelanja sayur dengan ramah saat Rahayu menutup kembali gerbang rumahnya.

"Iya Bu Herma, Sedang belanja Bu?" Rahayu membalas sapaan dengan ramah dan balik bertanya sebagai ungkapan basa-basi pada tetangganya.

"Eh, suaminya gak kerja kayaknya yah?" Seorang Ibu dengan pawakan gemuk berbisik-bisik sambil memilih sayuran namun masih bisa didengar jelas oleh Rahayu. 

"Kayaknya udah lama sih suaminya gak keliatan berangkat kerja" Timpal lainya masih dengan suara berbisik agar Rahayu tak mendengat

"Kasian yah, anaknya ditinggalin demi cari duit" Ucap ibu lainya yang menggunakan daster berlengan pendek dipadukan dengan kerudung bergo. Bibirnya sampai terlihat berkerucut saking asyiknya berghibah.

"Dunia memang terbalik yah, istrinya sibuk cari kerja suaminya malah di rumah" Bu Herma kembali menimpali, membuat pembicaraan dengan topik suami Rahayu yang pengangguran menjadi semakin mengasyikan.

Tak ingin mendengar lebih banyak lagi ghibahan dari tetangganya, Rahayu segera menstarter motornya meninggalkan sekelompok ibu-ibu yang menatapnya sinis. Begitulah ibu-ibu jika sudah berkumpul pasti ada saja kekurangan orang lain yang menjadi bahan buah bibir agar acara berkumpul makin seru.

Rahayu menyadari bahwa dirinya saat ini menjadi obyek pembicaraan ibu-ibu di komplek rumahnya karena suaminya yang tak bekerja. Meski bukan hal yang menyenangkan menjadi bahan ghibah, namun Rahayu lebih memilih diam tak menanggapi, toh ia tak pernah bergaul bersama mereka terkecuali hanya bertegur sapa saja sebagai basa-basi.

***

Rahayu datang ke kantor dengan perasaan yang sangat buruk hari ini. Pertengkaran dengan suaminya serta ghibahan Ibu-ibu yang sedang berbelanja sayur membuat perasaan Rahayu tak nyaman.

"Pagi Bu Rahayu" Sapa seorang sekuriti dengan ramah saat Rahayu memasuki area kantornya.

"Pagi Pak Amir" Rahayu tersenyum dan membalas sapaan sekuriti yang memang sudah akrab dengan Rahayu. Ia segera menempelkan jari jempolnya pada mesin absensi, lalu masuk menuju ruang kerjanya.

Rahayu duduk menata barang-barangnya di nakas yang terletak di samping tempat duduknya. Suasana masih sepi karena masih pagi, Rahayu orang pertama yang datang di ruangan tersebut, teman-teman nya belum ada yang datang.

Kriiing,,, kriiing,,,! Tiba-tiba telepon di meja nya berdering, Rahayu segera mengangkatnya

"Halo, selamat pagi dengan Rahayu bagian HRD" Ucap Rahayu menjawab telepon sesuai standar perusahaan.

"Selamat pagi Rahayu, pagi sekali kamu sudah datang, are you oke?" Ucap seorang pria paruh baya di ujung telepon. Beliau adalah Bapak Darmawan, direktur sekaligus pemilik perusahaan tempat Rahayu bekerja.

Meskipun menjabat sebagai seorang direktur, Pak Darmawan selalu datang lebih pagi daripada karyawanya. Dia bahkan memiliki kamar pribadi yang nyaman di kantor ini sehingga tak jarang ia menginap di kantor. Kebiasaan uniknya adalah memantau cctv yang berada di ruanganya saat pagi hari, sehingga dia mengetahui siapa saja karyawan yang biasa datang pagi dan siapa yang sering terlambat.

"Oh iya Pak, kebetulan pekerjaan rumah saya selesai lebih cepat tadi" Jawab Rahayu berbohong

"Oke, datang ke ruanganku sekarang ada yang ingin aku sampaikan" Ucap Pak Darmawan

"Baik Pak" Rahayu segera mendatangi ruangan bosnya.

Tok tok tok!

Rahayu mengetuk pintu ruangan Pak Darmawan sebelum memasukinya

"Permisi Pak" Ucap Rahayu

"Silahkan Rahayu, duduklah" Pak Darmawan mempersilahkan dengan ramah. Bos nya memang terkenal sebagai sosok yang humble pada semua karyawanya tanpa memandang jabatan. Ia memperlakukan karyawan dengan sangat baik dan terhormat.

Semua karyawan mulai dari jabatan terendah hingga tertinggi mencintai Pak Darmawan. Begitu juga Rahayu, sebagai seorang yatim-piatu, ia merasa menemukan sosok ayah pada diri bosnya itu.

"Aku harap kamu baik-baik saja dengan muka kusutmu saat memasuki ruang kerja Ayu" Pak Darmawan mulai menyelidik ingin tahu apa yang terjadi pada karyawan kesayanganya itu.

"Saya baik-baik saja Pak! mungkin hanya sedikit lelah" Rahayu kembali menjawab dengan berbohong, tidak mungkin dirinya menceritakan kondisi rumah tangganya.

"Lelah, kamu butuh istirahat? cutilah beberapa hari"

Rahayu menggeleng, tentu saja dirinya tak ingin mengambil cuti sama sekali apalagi saat hubunganya dengan suami sedang tidak baik. Apalagi di rumah ada adik ipar dan mertuanya, ia hanya akan dijadikan pembantu jika mengambil cuti dan tidak pergi kemana-mana. Sementara jika pergi liburan bersama anak-anaknya, Rahayu tak mempunyai uang.

Darmawan memperhatikan penampilan Rahayu lekat-lekat, penampilan Rahayu yang sangat sederhana dan kontras dengan teman-teman sekerjanya membuat Darmawan merasa prihatin. Terlebih ada bekas lebam merah di pipi Rahayu membuatnya yakin kondisi rumah tangga Rahayu sedang tidak baik-baik saja.

"Kamu boleh ceritakan padaku jika ada masalah Rahayu, tak harus seputar pekerjaan saja, masalah apapun itu anggaplah aku ini ayahmu" Ucap Pak Darmawan dengan lembut, membuat perasaan Rahayu menghangat karena merasa masih ada seseorang yang memberikan perhatian. Tak terasa matanya mulai berembun karena menahan rasa haru sekaligus sedih.

Rahayu adalah yatim piatu sejak kecil, ia tak pernah merasakan kehangatan kasih sayang sebuah keluarga. Bahkan hubungan dengan suami dan ibu mertuanya pun tak bisa dianggap harmonis. Hal ini membuat Rahayu mudah sekali tersentuh hatinya ketika ada seseorang yang memberikan perhatian.

"Saya baik-baik saja Pak" Jawab Rahayu mantap, ia memutuskan untuk tetap profesional dengan tidak menceritakan masalah pribadi di area kantor, meskipun bos nya sendiri yang meminta.

Darmawan berpikir mungkinkan gaji yang dia berikan terlalu sedikit sehingga tak cukup untuk mencukupi kebutuhan Rahayu. Ia berniat memberikan tambahan tanggung jawab untuk Rahayu agar penghasilanya juga bisa meningkat. Terlebih Darmawan menilai Rahayu memiliki kemampuan yang cukup baik untuk sebuah tanggung jawab baru yang lebih besar yang akan dia berikan padanya.

"Ayu, kamu tahu bahwa perusahaan kita sedang berkembang pesat, nantinya kita akan melakukan banyak penambahan karyawan di berbagai departement, kita juga akan mulai membuka cabang di beberapa kota" Darmawan memulai pembicaraan tentang pekerjaan, Rahayu berusaha fokus menyimak setiap kalimat yang diucapkan bosnya.

"Itulah sebabnya kamu akan dipromosikan menjadi manajer HRD (Human Resource Departement) dari jabatan sebelumnya sebagai senior staf HRD" Ucap Darmawan melanjutkan kalimatnya.

"Bapak serius?" Tanya Rahayu tak percaya

"Iya, aku menilai kamu mampu memikul tanggung jawab ini Yu! Buktikan padaku dan pada semua orang di perusahaan ini bahwa penilaianku tak salah. Oh iya fasilitas mobil dinas sedang kami persiapkan sedangkan kenaikan gaji bisa kamu terima akhir bulan ini" Darmawan meyakinkan

"Terimakasih Bapak, saya berjanji akan bekerja dengan maksimal dan berusaha keras" Rahayu mengangguk, matanya yang tadi sempat berembun, kini air matanya menetes begitu saja karena saking senangnya. Tentu saja ia akan bekerja lebih giat agar tidak mengecewakan Pak Darmawan.

Darmawan tersenyum melihat kesungguhan Rahayu, ia yakin pegawainya akan bekerja dengan baik. Selama ini kinerja Rahayu tak pernah mengecewakan di mata Darmawan.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status