Rahayu hendak berangkat kerja, ia membuka gerbang rumahnya dan mengeluarkan sepeda motor keluaran tahun lama yang menjadi alat transportasinya pergi bekerja. Meskipun memiliki gaji yang lumayan tinggi namun Rahayu belum bisa membeli motor baru karena penghasilanya selalu habis untuk mencukupi kebutuhan hidup. Ketika teman-teman selevelnya sudah mengendarai mobil, Rahayu masih bertahan menggunakan sepeda motor untuk berangkat ke kantor.
Jangankan membeli motor, ia bahkan sangat jarang membeli kebutuhan untuk dirinya sendiri seperti baju, peralatan make up dan segala macam kebutuhan wanita lainya. Hal ini membuat penampilan Rahayu terlihat sangat sederhana. Rahayu lebih mementingkan kebutuhan keluarganya dibanding dirinya sendiri.
Rahayu melihat sekelompok ibu-ibu sedang berbelanja sayuran di tukang sayur keliling yang berhenti tepat di depan rumah tetangganya. Rahayu pun tersenyum ramah pada mereka.
"Berangkat kerja jeng Ayu?" Sapa seorang Ibu yang sedang berbelanja sayur dengan ramah saat Rahayu menutup kembali gerbang rumahnya.
"Iya Bu Herma, Sedang belanja Bu?" Rahayu membalas sapaan dengan ramah dan balik bertanya sebagai ungkapan basa-basi pada tetangganya.
"Eh, suaminya gak kerja kayaknya yah?" Seorang Ibu dengan pawakan gemuk berbisik-bisik sambil memilih sayuran namun masih bisa didengar jelas oleh Rahayu.
"Kayaknya udah lama sih suaminya gak keliatan berangkat kerja" Timpal lainya masih dengan suara berbisik agar Rahayu tak mendengat
"Kasian yah, anaknya ditinggalin demi cari duit" Ucap ibu lainya yang menggunakan daster berlengan pendek dipadukan dengan kerudung bergo. Bibirnya sampai terlihat berkerucut saking asyiknya berghibah.
"Dunia memang terbalik yah, istrinya sibuk cari kerja suaminya malah di rumah" Bu Herma kembali menimpali, membuat pembicaraan dengan topik suami Rahayu yang pengangguran menjadi semakin mengasyikan.
Tak ingin mendengar lebih banyak lagi ghibahan dari tetangganya, Rahayu segera menstarter motornya meninggalkan sekelompok ibu-ibu yang menatapnya sinis. Begitulah ibu-ibu jika sudah berkumpul pasti ada saja kekurangan orang lain yang menjadi bahan buah bibir agar acara berkumpul makin seru.
Rahayu menyadari bahwa dirinya saat ini menjadi obyek pembicaraan ibu-ibu di komplek rumahnya karena suaminya yang tak bekerja. Meski bukan hal yang menyenangkan menjadi bahan ghibah, namun Rahayu lebih memilih diam tak menanggapi, toh ia tak pernah bergaul bersama mereka terkecuali hanya bertegur sapa saja sebagai basa-basi.
***
Rahayu datang ke kantor dengan perasaan yang sangat buruk hari ini. Pertengkaran dengan suaminya serta ghibahan Ibu-ibu yang sedang berbelanja sayur membuat perasaan Rahayu tak nyaman.
"Pagi Bu Rahayu" Sapa seorang sekuriti dengan ramah saat Rahayu memasuki area kantornya.
"Pagi Pak Amir" Rahayu tersenyum dan membalas sapaan sekuriti yang memang sudah akrab dengan Rahayu. Ia segera menempelkan jari jempolnya pada mesin absensi, lalu masuk menuju ruang kerjanya.
Rahayu duduk menata barang-barangnya di nakas yang terletak di samping tempat duduknya. Suasana masih sepi karena masih pagi, Rahayu orang pertama yang datang di ruangan tersebut, teman-teman nya belum ada yang datang.
Kriiing,,, kriiing,,,! Tiba-tiba telepon di meja nya berdering, Rahayu segera mengangkatnya
"Halo, selamat pagi dengan Rahayu bagian HRD" Ucap Rahayu menjawab telepon sesuai standar perusahaan.
"Selamat pagi Rahayu, pagi sekali kamu sudah datang, are you oke?" Ucap seorang pria paruh baya di ujung telepon. Beliau adalah Bapak Darmawan, direktur sekaligus pemilik perusahaan tempat Rahayu bekerja.
Meskipun menjabat sebagai seorang direktur, Pak Darmawan selalu datang lebih pagi daripada karyawanya. Dia bahkan memiliki kamar pribadi yang nyaman di kantor ini sehingga tak jarang ia menginap di kantor. Kebiasaan uniknya adalah memantau cctv yang berada di ruanganya saat pagi hari, sehingga dia mengetahui siapa saja karyawan yang biasa datang pagi dan siapa yang sering terlambat.
"Oh iya Pak, kebetulan pekerjaan rumah saya selesai lebih cepat tadi" Jawab Rahayu berbohong
"Oke, datang ke ruanganku sekarang ada yang ingin aku sampaikan" Ucap Pak Darmawan
"Baik Pak" Rahayu segera mendatangi ruangan bosnya.
Tok tok tok!
Rahayu mengetuk pintu ruangan Pak Darmawan sebelum memasukinya
"Permisi Pak" Ucap Rahayu
"Silahkan Rahayu, duduklah" Pak Darmawan mempersilahkan dengan ramah. Bos nya memang terkenal sebagai sosok yang humble pada semua karyawanya tanpa memandang jabatan. Ia memperlakukan karyawan dengan sangat baik dan terhormat.
Semua karyawan mulai dari jabatan terendah hingga tertinggi mencintai Pak Darmawan. Begitu juga Rahayu, sebagai seorang yatim-piatu, ia merasa menemukan sosok ayah pada diri bosnya itu.
"Aku harap kamu baik-baik saja dengan muka kusutmu saat memasuki ruang kerja Ayu" Pak Darmawan mulai menyelidik ingin tahu apa yang terjadi pada karyawan kesayanganya itu.
"Saya baik-baik saja Pak! mungkin hanya sedikit lelah" Rahayu kembali menjawab dengan berbohong, tidak mungkin dirinya menceritakan kondisi rumah tangganya.
"Lelah, kamu butuh istirahat? cutilah beberapa hari"
Rahayu menggeleng, tentu saja dirinya tak ingin mengambil cuti sama sekali apalagi saat hubunganya dengan suami sedang tidak baik. Apalagi di rumah ada adik ipar dan mertuanya, ia hanya akan dijadikan pembantu jika mengambil cuti dan tidak pergi kemana-mana. Sementara jika pergi liburan bersama anak-anaknya, Rahayu tak mempunyai uang.
Darmawan memperhatikan penampilan Rahayu lekat-lekat, penampilan Rahayu yang sangat sederhana dan kontras dengan teman-teman sekerjanya membuat Darmawan merasa prihatin. Terlebih ada bekas lebam merah di pipi Rahayu membuatnya yakin kondisi rumah tangga Rahayu sedang tidak baik-baik saja.
"Kamu boleh ceritakan padaku jika ada masalah Rahayu, tak harus seputar pekerjaan saja, masalah apapun itu anggaplah aku ini ayahmu" Ucap Pak Darmawan dengan lembut, membuat perasaan Rahayu menghangat karena merasa masih ada seseorang yang memberikan perhatian. Tak terasa matanya mulai berembun karena menahan rasa haru sekaligus sedih.
Rahayu adalah yatim piatu sejak kecil, ia tak pernah merasakan kehangatan kasih sayang sebuah keluarga. Bahkan hubungan dengan suami dan ibu mertuanya pun tak bisa dianggap harmonis. Hal ini membuat Rahayu mudah sekali tersentuh hatinya ketika ada seseorang yang memberikan perhatian.
"Saya baik-baik saja Pak" Jawab Rahayu mantap, ia memutuskan untuk tetap profesional dengan tidak menceritakan masalah pribadi di area kantor, meskipun bos nya sendiri yang meminta.
Darmawan berpikir mungkinkan gaji yang dia berikan terlalu sedikit sehingga tak cukup untuk mencukupi kebutuhan Rahayu. Ia berniat memberikan tambahan tanggung jawab untuk Rahayu agar penghasilanya juga bisa meningkat. Terlebih Darmawan menilai Rahayu memiliki kemampuan yang cukup baik untuk sebuah tanggung jawab baru yang lebih besar yang akan dia berikan padanya.
"Ayu, kamu tahu bahwa perusahaan kita sedang berkembang pesat, nantinya kita akan melakukan banyak penambahan karyawan di berbagai departement, kita juga akan mulai membuka cabang di beberapa kota" Darmawan memulai pembicaraan tentang pekerjaan, Rahayu berusaha fokus menyimak setiap kalimat yang diucapkan bosnya.
"Itulah sebabnya kamu akan dipromosikan menjadi manajer HRD (Human Resource Departement) dari jabatan sebelumnya sebagai senior staf HRD" Ucap Darmawan melanjutkan kalimatnya.
"Bapak serius?" Tanya Rahayu tak percaya
"Iya, aku menilai kamu mampu memikul tanggung jawab ini Yu! Buktikan padaku dan pada semua orang di perusahaan ini bahwa penilaianku tak salah. Oh iya fasilitas mobil dinas sedang kami persiapkan sedangkan kenaikan gaji bisa kamu terima akhir bulan ini" Darmawan meyakinkan
"Terimakasih Bapak, saya berjanji akan bekerja dengan maksimal dan berusaha keras" Rahayu mengangguk, matanya yang tadi sempat berembun, kini air matanya menetes begitu saja karena saking senangnya. Tentu saja ia akan bekerja lebih giat agar tidak mengecewakan Pak Darmawan.
Darmawan tersenyum melihat kesungguhan Rahayu, ia yakin pegawainya akan bekerja dengan baik. Selama ini kinerja Rahayu tak pernah mengecewakan di mata Darmawan.
Promosi jabatan yang diberikan pada Rahayu membuatnya memiliki pekerjaan yang lebih banyak sehingga Rahayu harus sering pulang malam. Baginya itu tak masalah meskipun hal ini membuat Rahayu semakin kehilangan banyak waktu bersama kedua putranya. Tak ada hal lain yang dapat ia lakukan selain ikhlas dan bersabar menjalani semuanya. Hari ini Rahayu pulang malam, ia membuka gerbang rumahnya sebelum memasukan sepeda motor ke dalam garasi. Suara canda dan tawa suami, adik ipar serta Ibu mertuanya terdengar riang oleh Rahayu dari garasi. Ia sedikit terkejut karena ada sepeda motor baru yang bahkan belum ada plat nomornya terparkir di garasi rumahnya. "Motor siapa ini?" Rahayu bertanya dalam hati.Rahayu memarkir sepeda motornya di samping sepeda motor baru tersebut. Pemandangan kontras pun terlihat, satu buah sepeda motor milik baru dengan model menawan dan warna cat yang masih berkilau berdampingan dengan sepeda motor usang milik Rahayu yang catnya sudah memudar.Rahayu sebenarnya mendapat
Menjadi istri seorang suami yang pengangguran memang berat bagi Rahayu. Bukan hanya biaya hidup dirinya sendiri, suami dan anak-anaknya saja yang harus ditanggung Rahayu, tetapi sekaligus biaya hidup mertua dan adik iparnya. Meski begitu, hidup harus tetap dijalani. Tak ada waktu bagi Rahayu untuk meratapi kondisinya dan hidup dalam kesedihan. Rahayu tetap beraktivitas seperti biasanya. Ia bangun pagi untuk menyiapkan masakan bagi anak-anaknya, suami, mertua serta adik iparnya sebelum bekerja. "Rahayu, besok-besok gak usah beli ikan lele lagi yah! Ibu sama Sarah gak suka ikan lele" Ucap Bu Yanti pada Rahayu yang sedang menggoreng ikan lele. Bu Yanti tentu berada di dapur bukan sedang membantu menantunya memasak, melainkan hanya mengawasi dan melihat-lihat saja apa yang di sediakan menantunya untuk dia hari itu. "Baik Bu kalau begitu lelenya biar buat Arkana dan Athala saja, nanti Ibu bisa pake lauk tahu dan tempe" Ucap Rahayu enteng, ia masih fokus pada masakanya agar cepat selesai
Rahayu sedang mengikuti meeting bersama Pak Darmawan team lainya untuk membahas mengenai pencapaian perusahaan dan menyusun strategi menghadapi bulan berikutnya. Namun fokusnya mulai terganggu akibat kondisi badanya yang kurang nyaman.Awalnya Rahayu hanya merasa tidak enak badan sejak bangun tidur pagi tadi, namun ia mengabaikanya. Kini sepertinya kondisi kesehatanya semakin memburuk. Ia merasa kepalanya mulai pusing dan pandanganya kabur. Suara pak Darmawan yang sedang berbicara tiba-tiba tak dapat Rahayu dengar dengan jelas.Pandangan Rahayu pun mulai berkunang-kunang. Awalnya hanya satu dua kunang-kunang yang berterbangan hingga lama kelamaan semakin banyak dan kencang kunang-kunang tersebut berterbangan dalam pandangan Rahayu.Bruk! Rahayu terjatuh dari kursi di ruang meeting."Rahayu?!" Pekik Cintya yang kaget sekaligus panik melihat teman sekerjanya terjatuh. Pak Darmawan, Rafi dan Hartanti tak kalah paniknya. Mereka segera membawa Rahayu ke ruang unit kesehatan.Rahayu segera
Ardhiansyah yang baru saja putus dari pacar bulenya akhirnya pulang ke Jakarta. Awalnya, ia bersikeras untuk tinggal di Inggris dan enggan kembali ke Indonesia. Namun kandasnya cinta kasih Ardhiansyah dengan pacar bulenya membuat ia ingin meninggalkan Inggris memulai hidup baru di Indonesia."Papa senang kamu akhirnya pulang ke rumah, Nak!" Ucap Pak Darmawan pada putra semata wayangnya. Mereka berdua sedang menikmati makan malam."Apakah itu artinya Papa senang karena aku putuh dengan Clowy?" Tanya Ardhiansyah, ia tahu Papanya tak pernah setuju dirinya menjalin hubungan dengan perempuan bule."Papa hanya tidak ingin kamu jauh, Nak! Kau tau kan Papa tingga sendiri di Jakarta? Papa kesepian" Ucap lelaki tua itu dengan suara lemah. Sungguh berbeda dengan Pak Darmawan saat berada di kantor yang tegas dan berwibawa.Pak Darmawan hanya mempunyai seorang putra yaitu Ardhiansyah. Sementara istrinya telah lima tahun meninggalkanya karena suatu penyakit."Maafkan Ardhi Pah, Ardhi terlalu egois
"Bu Rahayu, sebagai perkenalan dan ungkapan terimakasih karena sudah dikenalkan ke seluruh karyawan di perusahaan ini, saya mau traktir Ibu makan siang, bagaimana?" Ucap Ardhi ketika mereka berada di lift untuk naik ke lantai atas. Rencananya Rahayu akan mengantarkan Ardhi menuju ruang kerjanya dan memperkenalkan pada teamnya."Makan siang? Wah apa tidak merepotkan Pak Ardhi?" Tanya Rahayu, ia sebenarnya ragu menerima tawaran makan siang dari Ardhi, apalagi dirinya juga sudah membawa bekal. Namun Rahayu juga tak enak jika menolaknya."Enggaklah, namanya juga ucapan terimakasih masa merepotkan!" Ardhi tersenyum, membuat jantung Rahayu ingin melompat keluar karena menatap wajah ganteng Ardhi. Sebenarnya bukan hanya Rahayu, siapapun wanita yang melihat Ardhi pasti akan terpesona.Betapa tidak, sebagai seorang pria, Ardhi bisa dibilang sebagai sosok pria sempurna. Ia memiliki wajah tampan, postur badan yang atletis dengan tinggi badan mencapai 175cm. Ardhi juga memiliki sifat yang ramah,
Seperti biasa, setelah pulang kerja Rahayu harus mengerjakan pekerjaan rumah seperti mencuci piring, membereskan mainan anaknya, menyapu hingga mengepel lantai. Meskipun kemarin ia sempat pinsan di kantor karena kelelahan dan telat makan, tetapi siapa lagi yang akan mengerjakan pekerjaan rumah jika bukan dirinya.Tak ada orang lain yang peduli dengan kerepotan Rahayu di rumah ini. Suaminya tak bisa diandalkan untuk mengerjakan pekerjaan rumah. Rahayu terlalu lelah jika harus bertengkar dengan suaminya untuk meributkan masalah pekerjaan rumah. Sementara Ibu mertuanya jelas tak mau tau urusan rumah tangga di rumah Rahayu, dia bahkan menganggap Rahayu menantu durhaka jika sampai meminta tolong untuk mengerjakan pekerjaan rumah. Satu-satunya orang yang mau membantu mengerjakan pekerjaan rumah adalah Sarah, tetapi dia hanya mengerjakan urusannya sendiri saja, misalnya mencuci bajunya sendiri dan menyapu kamarnya sendiri. Walaupun begitu, Rahayu sudah bersyukur dengan sikap adik iparnya ya
[Selamat pagi Bu, maaf hari ini Fitri ijin tidak masuk kerja yah, Fitri kurang enak badan, nih!] Sebuah pesan singkat masuk ke Hanphone Rahayu. Rahayu membacanya dan tersenyum sinis.Awalnya Rahayu ingin menginterogasi Fitri tentang penemuan antingnya. Sayangnya Fitri malah tidak masuk kerja. Rahayu kemudian mengetikan sebuah pesan singkat [ok] lalu mengirimkanya ke nomor Fitri sebagai balasan atas pesan yang ia terima. Hatinya yang masih sakit membuatnya tak mampu berbasa-basi untuk sekedar mendoakan agar Fitri cepat sembuh.Fitri yang menerima pesan merasa heran. Tidak biasanya Rahayu menjawab pesan nya dengan sesingkat itu. Biasanya ia akan mendoakan agar dirinya cepat sembuh.Rahayu kemudian beranjak dari kasurnya berniat untuk menunaikan kewajibannya beribadah setelah itu memasak seperti biasanya. Namun tiba-tiba suaminya ikut bangun dari ranjang dan mendahului Rahayu ke kamar mandi.Sadewo terlihat habis mencuci mukanya pagi-pagi sekali lalu mengakan setelan baju koko dan peci.
"Hari ini tolong temani aku meeting dengan klien!" Ucap Ardhiansyah pada Rahayu yang terlihat sedang asyik mengotak-atik handphone nya. Rahayu cukup kaget karena tidak tahu kapan datangnya Ardhi hingga tiba-tiba sudah berada di dekatnya. "Saya Pak?" Tanya Rahayu memastikan. "Tidak ada orang lain di sini kan? ya jelas kamu lah!" Jawab Ardhiansyah sedikit membentak. Rahayu baru tahu ternyata Ardhi tak seramah yang ia kira. Waktu memang belum menunjukan pukul delapan pagi, artinya belum memasuki jam kerja. Wajar jika belum banyak karyawan yang datang. Itu sebabnya Rahayu berada di ruang kerjanya sendirian. "Bapak tidak salah ajak saya bertemu klien? saya ini manager HRD bukan marketing?!" Protes Rahayu. Dia memang tak pernah menemui klien selama ini. Tugasnya lebih banyak mengurus masalah kepegawaian dan urusan internal perusahaan. "Tapi papa bilang kamu yang paling tahu tentang seluk-beluk perusahaan ini. Tak ada salahnya kamu mempelajari semuanya. Sekarang cepatlah bersiap-siap,