Sudah lebih dari dua minggu Rahayu bekerja dari rumah karena mengurus Athala yang sakit. Kini, Athala sudah benar-benar sembuh sehingga Rahayu pun kembali ke kantornya.Rahayu kembali melakukan rutinitasnya sebelum berangkat kerja, ia menyiapkan untuk bekal Arkana ke sekolah dan bekal Athala di daycare. Bedanya, sekarang Rahayu enggan menyiapkan makanan untuk suami dan keluarga suaminya. Rahayu juga tak membawa bekal makan siang, biarlah nanti dia membeli makan siang di kantor.Setelah Arkana berangkat sekolah menggunakan mobil jemputan dari sekolahnya, Rahayu bergegas untuk berangkat kerja sekaligus membawa Athala untuk di titipkan di daycare."Rahayu, pagi-pagi sudah rapi begini, mau mulai berangkat ke kantor, ya?" Tanya Yanti dengan nada rama yang dibuat-buat, melihat menantunya berpenampilan fashionable ala wanita karir. Yanti menatap Rahayu dari ujung rambut sampai ujung kaki, penampilan Rahayu benar-benar berbeda tak seperti biasanya. Rambut pendek Rahayu yang kemarin hanya dia
"Selamat pagi Rahayu, bagaimana keadaan Athala?" Ucap Pak Darmawan saat Rahayu menghadap ke ruangan bosnya di hari pertama datang ke kantor."Alhamdulilah saat ini sudah pulih Pak, maafkan saya karena banyak merepotkan dan tidak maksimal bekerja selama lebih dari dua minggu ini" Ucap Rahayu, ia menyadari bahwa performa kerjanya menurun akibat permasalahan dalam rumah tangganya dan kondisi anaknya yang sakit. "It's oke Rahayu, aku bisa memahami kondisimu, yang penting sekarang sudah terlewati" Ucap Darmawan, ia memperhatikan penampilan Rahayu pagi itu yang tampak lebih modis lalu tersenyum senang. "Pak, sebelumnya mohon maaf saya ingin menanyakan kembali terkait dengan inventaris mobil yang kemarin Bapak tawarkan untuk saya, apakah masih berlaku?" Tanya Rahayu sedikit tidak enak, pasalnya sebelumnya Rahayu menolak inventaris mobil dari perusahaanya. "Kamu sudah berubah pikiran rupanya?" Ledek Darmawan. Sebelumnya Rahayu berfikir belum membutuhkan mobil karena lebih nyaman menggunakan
Rahayu menjemput anaknya menggunakan mobil baru yang merupakan inventaris dari perusahaan atas kenaikan jabatanya menjadi manajer HRD. Ia bersyukur kini anaknya lebih aman saat harus dia antar-jemput dari daycare. Kini ia bisa membawa banyak barang bawaan keperluan anaknya tanpa harus kerepotan.Rahayu sampai di rumahnya, ia turun dari mobil tepat di depan rumahnya, lalu membuka gerbang rumahnya kemudian masuk kembali ke mobil untuk memarkir mobilnya di garasi. Yanti memicingkan matanya melihat Rahayu keluar dari mobil bersama Athala."Hm, sedang banyak uang rupanya Rahayu! Dia gak mau kasih aku uang belanja, ternyata uangnya ia belikan mobil. Dasar menantu gak tahu diri!" Ucap Yanti pada dirinya sendiri. Hatinya terasa panas mendidih melihat Rahayu pulang kerja mengendarai mobil yang terlihat sangat mulus."Assalamualaikum" Ucap Rahayu memasuki rumah"Walaikumsalam, mobil baru?" Tanya Yanti, langsung menodong Rahayu dengan pertanyaan. Yanti merasa kesal karena Rahayu tak lagi memberi
"Selamat pagi Bu Rahayu" ucap seorang petugas sekuriti ramah saat Rahayu baru saja keluar dari mobilnya. "Selamat pagi Pak" Ucap Rahayu tersenyum, lalu menjawabnya sambil mengangguk. Rahayu kemudian berjalan menuju ke lobi kantornya, di sana sudah berdiri seorang resepsionis. "Selamat pagi Bu Rahayu" Ucap resepsionis tersebut. Rahayu pun tersenyum dan membalas salam dari resepsionis tersebut. Semua pegawai di kantornya terlihat ramah dan sangat menghormati Rahayu. Rahayu hendak menempelkan jari di mesin absensi, ketika seorang perempuan mendorong pintu di samping mesin absensi. Rahayu kaget, karena ternyata perempuan tersebut adalah Luna, yang kemarin sempat bersikap buruk padanya. Rahayu mundur, ia tak jadi menempelkan jarinya pada mesin absensi dan memilih untuk memperhatikan Luna.Luna terlihat kesulitan membuka pintu kaca yang ternyata terhubung dengan mesin finger print. Hal ini terjadi karena Luna yang tidak mempunyai akses masuk ke kantor tersebut, dirinya belum terdaftar s
Setelah sampai di kantornya, Ardhi buru-buru menemui Luna yang sedang menunggu di ruang tunggu lobi tak jauh dari meja resepsionis. Wanita itu terlihat kesal hingga wajah cantiknya cemberut. Ia merasa tak seharusnya Rahayu dan petugas resepsionis melarangnya masuk. Dia adalah calon istri Ardhi, kedua orangtua Luna dan Ardhi sudah menjodohkan mereka berdua."Luna sorry aku sedikit terlambat karena melewati macet" Ucap Ardhi segera meminta maaf, wajah Luna yang terlihat ditekuk membuat Ardhi merasa tak nyaman. Mungkin gadis cantik itu merasa bosan karena terlalu lama menunggu."Aku merasa muak dengan karyawanmu yang bernama Rahayu!" Ucap Luna langsung menumpahkan kekesalanya.Ardhi malah terkekeh, menanggapinya."Kau tak boleh muak padanya, sudah kubilang berkali-kali dia adalah karyawan kepercayaan papaku!" Ucap Ardhi kembali mengingatkan Luna."Dia sangat norak dan kuno, bisa-bisanya dia melarangku masuk kantor hanya karena aku belum terdaftar sebagai karyawan di sini! Sangat tidak ma
“Mas kenapa setiap aku pulang kerja rumah selalu berantakan? Apakah kamu tidak ada waktu untuk membereskanya?” Tanya Rahayu protes melihat rumahnya yang begitu berantakan. Rahayu baru saja memasuki kamarnya setelah bekerja dan mendapati rumah sangat berantakan. Mainan anak berserakan di mana-mana, dapur penuh dengan tumpukan cucian piring, hingga baju-baju kotor anaknya yang juga berserakan tidak pada tempatnya. Sementara suaminya Sadewo sedang asyik bermain game di handphonenya.Sebenarnya ini bukan kali pertama Rahayu mendapati rumahnya masih berantakan saat pulang kerja, namun sebelum-sebelumnya Rahayu selalu mencoba bersikap sabar pada suaminya. Kali ini, Rahayu ingin suaminya sadar dan merubah sikapnya.“Haduuh Rahayu, membereskan rumah itu kan tugas seorang istri, masa aku juga sih yang harus membereskan rumah!” Sadewo tak terima dengan protes yang disampaikan oleh Rahayu, istrinya.“Mas, aku kan sudah cape kerja, tolonglah bantu aku sedikit dengan membuat rumah kita nyaman saa
Rahayu hendak berangkat kerja, ia membuka gerbang rumahnya dan mengeluarkan sepeda motor keluaran tahun lama yang menjadi alat transportasinya pergi bekerja. Meskipun memiliki gaji yang lumayan tinggi namun Rahayu belum bisa membeli motor baru karena penghasilanya selalu habis untuk mencukupi kebutuhan hidup. Ketika teman-teman selevelnya sudah mengendarai mobil, Rahayu masih bertahan menggunakan sepeda motor untuk berangkat ke kantor.Jangankan membeli motor, ia bahkan sangat jarang membeli kebutuhan untuk dirinya sendiri seperti baju, peralatan make up dan segala macam kebutuhan wanita lainya. Hal ini membuat penampilan Rahayu terlihat sangat sederhana. Rahayu lebih mementingkan kebutuhan keluarganya dibanding dirinya sendiri.Rahayu melihat sekelompok ibu-ibu sedang berbelanja sayuran di tukang sayur keliling yang berhenti tepat di depan rumah tetangganya. Rahayu pun tersenyum ramah pada mereka."Berangkat kerja jeng Ayu?" Sapa seorang Ibu yang sedang berbelanja sayur dengan ramah
Promosi jabatan yang diberikan pada Rahayu membuatnya memiliki pekerjaan yang lebih banyak sehingga Rahayu harus sering pulang malam. Baginya itu tak masalah meskipun hal ini membuat Rahayu semakin kehilangan banyak waktu bersama kedua putranya. Tak ada hal lain yang dapat ia lakukan selain ikhlas dan bersabar menjalani semuanya. Hari ini Rahayu pulang malam, ia membuka gerbang rumahnya sebelum memasukan sepeda motor ke dalam garasi. Suara canda dan tawa suami, adik ipar serta Ibu mertuanya terdengar riang oleh Rahayu dari garasi. Ia sedikit terkejut karena ada sepeda motor baru yang bahkan belum ada plat nomornya terparkir di garasi rumahnya. "Motor siapa ini?" Rahayu bertanya dalam hati.Rahayu memarkir sepeda motornya di samping sepeda motor baru tersebut. Pemandangan kontras pun terlihat, satu buah sepeda motor milik baru dengan model menawan dan warna cat yang masih berkilau berdampingan dengan sepeda motor usang milik Rahayu yang catnya sudah memudar.Rahayu sebenarnya mendapat