Share

4. Tak ada waktu untuk bersedih

Menjadi istri seorang suami yang pengangguran memang berat bagi Rahayu. Bukan hanya biaya hidup dirinya sendiri, suami dan anak-anaknya saja yang harus ditanggung Rahayu, tetapi sekaligus biaya hidup mertua dan adik iparnya.

Meski begitu, hidup harus tetap dijalani. Tak ada waktu bagi Rahayu untuk meratapi kondisinya dan hidup dalam kesedihan. Rahayu tetap beraktivitas seperti biasanya. Ia bangun pagi untuk menyiapkan masakan bagi anak-anaknya, suami, mertua serta adik iparnya sebelum bekerja.

"Rahayu, besok-besok gak usah beli ikan lele lagi yah! Ibu sama Sarah gak suka ikan lele" Ucap Bu Yanti pada Rahayu yang sedang menggoreng ikan lele. Bu Yanti tentu berada di dapur bukan sedang membantu menantunya memasak, melainkan hanya mengawasi dan melihat-lihat saja apa yang di sediakan menantunya untuk dia hari itu.

"Baik Bu kalau begitu lelenya biar buat Arkana dan Athala saja, nanti Ibu bisa pake lauk tahu dan tempe" Ucap Rahayu enteng, ia masih fokus pada masakanya agar cepat selesai dan tidak sampai gosong.

"Tahu sama tempe? Kamu nyuruh ibu makan cuma sama tahu tempe?" Bu Yanti terlihat tak terima dengan jawaban Rahayu.

"Bukan hanya tahu tempe kok Bu, saya juga masak tumis kangkung dan sambal terasi kok!" Ucap Rahayu masih sambil melanjutkan acara memasaknya.

"Apalagi tumis kangkung dan sambal terasi, ibu gak selera sama sekali dengan masakan seperti itu Yu!" Ucap Bu Yanti. Kedua tanganya bersedekap dengan angkuhnya tanpa menyadari bahwa semua biaya untuk membeli bahan masakan ini dibeli menggunakan uang Rahayu.

Rahayu menghela nafas, sepagi ini Ibu mertuanya sudah menguji kesabaranya. Selalu ada saja hal yang salah dari apa yang dilakukan Rahayu.

"Kalo memang ibu tak mau dengan masakan yang saya sediakan ya terserah Ibu saja, saya sudah berusaha yang terbaik Bu" Ucap Rahayu berusaha memberikan pengertian pada mertuanya dengan kalimat sesopan mungkin. Sebenarnya Rahayu mulai kesal dengan ulah mertuanya, apalagi Rahayu sedang buru-buru dalam memasak karena harus segera bersiap untuk berangkat kerja.

"Baik, nanti aku bilang saja sama Sadewo bahwa kamu tidak mau melayani Ibu" Ucap Bu Yanti sebelum meninggalkan Rahayu di dapur dengan perasaan kesal. Ia merasa menantunya itu meremehkanya.

Rahayu tak terlalu mempedulikan Sikap Bu Yanti yang menurutnya hanya mencari perhatian saja. Rahayu segera melanjutkan acara memasaknya, menyiapkan bekal untuk Arkana sekolah serta bekal untuk dirinya bekerja.

***

Sadewo tak pernah mau membantu Rahayu mengurus anak-anaknya di pagi hari, begitu juga dengan Ibu mertua dan adik iparnya. Biasanya Sadewo dan Sarah masih tidur saat Rahayu hendak berangkat kerja dan Arkana pergi ke sekolah. Sedangkan Ibu Yanti, walaupun selalu bangun pagi namun tak pernah mau membantu Rahayu mengurus rumah.

Sikap keluarganya membuat Rahayu terpaksa mengeluarkan biaya lebih untuk anak-anaknya. Rahayu mendaftarkan Arkana di sekolah dengan sistem full day school sekaligus fasilitas antar jemput karena Sadewo tak mau mengantar maupun menjemput Arkana sekolah. Sementara itu, Rahayu juga membayar seorang pengasuh untuk mengurus dan menjaga Athala yang baru berumbur dua tahun karena Ibu mertuanya keberatan untuk membantu mengurus cucunya.

"Assalamualaikum" Ucap seorang perempuan muda yang bernama mba Fitri, ia selalu masuk dari pintu belakang rumah Rahayu yang menuju ke dapur. 

Mba Fitri adalah pengasuh Athala yang datang di pagi hari sebelum Rahayu berangkat dan akan pulang di sore atau malam hari setelah Rahayu pulang kerja. Mba Fitri adalah perempuan muda yang terlihat baik dan juga cantik, ia sudah mengurus Athala semenjak usianya satu tahun.

"Walaikumsalam, masuk mbak Fitri" Ucap Rahayu, ia sudah selesai berdandan dan sedang membantu Arkana mempersiapkan diri sebelum berangkat sekolah.

"Athala masih tidur, aku minta tolong cucikan wajan bekas aku masak yah mbak" Ucap Rahayu, tanganya sibuk menyisir rambut Arkana sementara anak lelaki itu sedang sarapan roti tawar yang diisi selai coklat buatan Rahayu.

Tin,, Tin! Terdengar klakson mobil jemputan sekolah Arkana. Rahayu segera membantu putranya memakai kaos kaki. Anak lelaki berusia lima tahun itu segera meraih tas sekolahnya dan memakai sepatu lalu berlari menuju mobil yang sudah menunggunya di depan rumah.

"Baik-baik di sekolah yah sayang!" Rahayu mencium pucuk kepala putranya sebelum memasuki mobil.

"Dadah mamaah!" Teriak Arkana riang sambil melambaikan tangan ke jendela mobil sebelum mobil itu melaju pelan menuju ke sekolah Arkana.

"Daaah Arkana, have fun!" Rahayu pun tersenyum membalas lambaian tangan Arkana dan memandang mobil tersebut hingga berbelok ke gang lain. 

Rahayu segera memasuki rumah untuk melanjutkan persiapanya untuk bekerja. Makanan untuk sarapan dan makan siang sudah tersedia di meja makan. Rahayu juga sudah memasukan bekal ke dalam tasnya untuk di bawa ke kantor. Ia segera menuju ke Ibu mertuanya yang sedang asyik membaca majalah fashion di teras rumah.

Ibu mertua Rahayu memang sangat menyukai fashion, terlihat dari penampilanya yang selalu modis di usianya yang sudah lebih dari setengah abad. Akibat hobi ibu mertuanya ini pula pengeluaran Rahayu menjadi bertambah, ia harus memberikan uang lebih agar Ibu mertuanya bisa membeli baju maupun tas baru setiap bulanya.

"Ibu, Rahayu berangkat kerja dulu" Rahayu mengulurkan tangan untuk salim pada mertuanya. 

"Iyaa, kerja yang baik agar cepat naik jabatan! Emang gak cape dari dulu kerja gaji masih saja kecil" Ucap Bu Yanti dengan muka yang masam.

"Baik Bu, doakan Rahayu yah" Ucap Rahayu. Dia berusaha tak memasukan perkataan mertuanya tersebut ke dalam hati, padahal tanpa diketahui suami maupun mertuanya, Rahayu sedang dalam masa promosi jabatan di kantornya.

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status