Ardhiansyah yang baru saja putus dari pacar bulenya akhirnya pulang ke Jakarta. Awalnya, ia bersikeras untuk tinggal di Inggris dan enggan kembali ke Indonesia. Namun kandasnya cinta kasih Ardhiansyah dengan pacar bulenya membuat ia ingin meninggalkan Inggris memulai hidup baru di Indonesia.
"Papa senang kamu akhirnya pulang ke rumah, Nak!" Ucap Pak Darmawan pada putra semata wayangnya. Mereka berdua sedang menikmati makan malam.
"Apakah itu artinya Papa senang karena aku putuh dengan Clowy?" Tanya Ardhiansyah, ia tahu Papanya tak pernah setuju dirinya menjalin hubungan dengan perempuan bule.
"Papa hanya tidak ingin kamu jauh, Nak! Kau tau kan Papa tingga sendiri di Jakarta? Papa kesepian" Ucap lelaki tua itu dengan suara lemah. Sungguh berbeda dengan Pak Darmawan saat berada di kantor yang tegas dan berwibawa.
Pak Darmawan hanya mempunyai seorang putra yaitu Ardhiansyah. Sementara istrinya telah lima tahun meninggalkanya karena suatu penyakit.
"Maafkan Ardhi Pah, Ardhi terlalu egois dan akhirnya Tuhan yang membawa Ardhi kembali ke Indonesia untuk menemani Papah" Ucap pria tampan berusia tiga puluh tahunan itu.
"Papah hanya punya Ardhi, bahkan Papah tidak tahu harus kepada siapa mewariskan perusahaan Papah jika kamu tetap menolaknya" Ucap Darmawan, ia menyuapkan makanan dari piringnya.
"Papah tenang saja, sekarang Ardhi sudah memutuskan untuk tinggal di sini bersama Papah" Ucap Ardhiansyah.
Perkataan putranya berhasil menenangkan pikiran Pak Darmawan. Ia kembali menyuapkan makanan ke dalam mulutnya. Kali ini sambil tersenyum dengan bahagia memandangi putranya yang terlihat makin gagah.
Putranya pasti dapat diandalkan untuk menjalankan perusahaanya, namun ia tak akan langsung memberikan jabatan tinggi pada Ardhiansyah. Ia akan membiarkan Ardhiansyah mempelajari bisnisnya terlebih dahulu dengan memberikan posisi manager.
***
Rahayu sudah kembali ke kantor setelah kemarin hanya bekerja setengah hari karena pinsan. Tubuhnya terasa lebih segar hari ini setelah mendapatkan hak nya untuk beristirahat dan cukup asupan nutrisi.
Hari ini Pak Darmawan ingin memperkenalkan putra sulungnya yang baru saja lulus kuliah di luar negri pada seluruh karyawan. Namun karena dirinya ada keperluan maka Pak Darmawan memperkenalkanya pada Rahayu sebagai seorang HRD manager di perusahaanya.
Pak Darmawan meminta agar Rahayulah yang memperkenalkan Ardhi pada seluruh karyawan di perusahaan. Rahayu sudah mengetahuinya bahwa Pak Darmawan akan memperkenalkan putranya hari ini. Itulah alasan mengapa Rahayu berangkat lebih awal.
"Rahayu, perkenalkan ini putra pertamaku namanya Ardhiansyah Darmawan" Ucap Pak Darmawan tersenyum ramah seperti biasanya.
"Salam kenal Pak Ardhiansyah, saya Rahayu bagian HRD di perusahaan ini" Rahayu tersenyum ramah lalu menyalami Ardhi dengan sedikit gemetar karena grogi.
Rahayu tak menyangka bahwa putra Pak Darmawan memiliki paras yang sangat tampan dengan postur yang atletis sehingga membuat Rahayu sedikit grogi. Sebelumnya Rahayu hanya membaca dokumen CV milik Ardhi yang diberikan oleh Pak Darmawan dan melihat fotonya secara sekilas. Di foto terlihat biasa saja tapi aslinya terlalu ganteng, ucap Rahayu dalam hati.
"Salam kenal Ibu Rahayu, panggil saja Ardhi biar lebih akrab" Ucap pria berusia tiga puluh tahun tersebut tersenyum ramah.
"Ardhi baru saja lulus dari kuliahnya di Inggris, seperti yang sudah saya sampaikan kemarin dia akan menghandle di bagian Bisnis Development. Rahayu nanti tolong perkenalkan Ardhi ke seluruh karyawan yah, saya hari ini harus berangkat ke luar kota" Ucap Pak Darmawan memerintahkan Rahayu yang langsung disambut dengan anggukan oleh Rahayu pertanda menyetujui perintah tersebut.
"Ardhi, jika ada hal yang kamu belum tahu, tanyakan saja pada Rahayu, dia paham betul tentang alur bisnis perusahaan kita!" Titah Pak Darmawan pada putranya.
"Oke Pah" Jawab Ardhi patuh.
"Baiklah, saya akan berangkat ke luar kota untuk mengecek cabang perusahaan yang baru di sana" Ucap Pak Darmawan sebelum meninggalkan ruang kerjanya.
"Baik Pak Ardhi, mari kita mulai berkeliling perusahaan ini untuk memperkenalkan Bapak dengan seluruh karyawan" Ucap Rahayu. Ardhi pun setuju kemudian mengikuti Rahayu menuju ruang kerja para staff.
Rahayu dan Ardhi keluar dari ruangan Pak Darmawan secara beriringan untuk mengelilingi perusahaan ini. Rahayu akan mengenalkan Ardhi pada seluruh karyawan mulai jabatan terendah hingga tertinggi. Ardhi pun dengan ramah menyapa seluruh karyawan yang dikenalkan oleh Rahayu padanya, sesekali Ardhi mengobrol singkat menanyakan tentang pekerjaan harian yang dikerjakan oleh pegawainya.
Selain memiliki paras yang tampan dan tubuh yang mempesona, Ardhi mewarisi sifat ayahnya yang ramah dan sangat menghargai semua karyawan yang dikenalkan Rahayu padanya. Hal ini membuat para karyawati yang dikenalkan dengan Ardhi auto salah tingkah.
Para karyawati tak dapat mengalihkan tatapanya dari Ardhiansyah ketika Rahayu dan Ardhi melewati mereka. Ardhi yang merasa diperhatikan oleh banyak mata justru tersenyum ramah membuat hati para karyawati semakin meleleh. Sebagai pria tampan, Ardhi sudah biasa menghadapi tatapan para wanita yang tak mau berkedip saat melihatnya.
Di jam istirahat, suasana kantor di perusahaan Darmawan Group mulai lengang. Beberapa karyawan memilih makan siang di kantin perusahaan, ada juga yang memilih untuk makan di luar kantor, beberapa lainya membawa bekal sehingga memilih makan siang di pantry.Rahayu terlihat masih sibuk dengan pekerjaanya. Matanya menatap layar laptop dengan serus, satu tangan di atas keyboard dan satu lagi di atas tumpukan dokumen CV."Rahayu, kamu tidak makan siang?" Ucap Ardhi tiba-tiba, hampir mengagetkan Rahayu yang sedang fokus."Saya masih membuat laporan hasil rekrutmen untuk cabang kantor baru, Pak Ardhi" jawab Rahayu, menoleh sebentar ke Ardhi lalu melanjutkan pekerjaanya."Kamu bawa bekal makan siang?" Ardhi bertanya lagi."Enggak Pak, saya hanya sempat membuat sarapan dan bekal untuk anak-anak saja""Kalau begitu, kita makan siang bersama. Ada tempat makan baru yang ingin kucoba siang ini""Tapi Pak Ardhi... Saya masih...""Cepat tutup pekerjaanmu dan ku tunggu di mobil" ucap Ardhi, sebelum p
“Terima kasih Pak Ardhi...” suara Rahayu lirih, nyaris seperti bisikan. “Kalau bukan karena Bapak, aku mungkin… aku mungkin tidak akan melihat anak-anakku lagi.” ucap Rahayu. Rahayu duduk di kursi tengah mobil mewah Ardhi sambil mendekap Arkana yang tertidur di pangkuannya. Athala bersandar lelah di bahu Rahayu, jari-jarinya masih mencengkeram erat lengan ibunya, ketakutan dan trauma masih menyelimuti perasaan bocah kecil itu. Ardhi yang duduk di samping Rahayu menoleh, memandangi Rahayu yang masih tampak syok namun mulai tenang. Tatapan mereka bertemu, Rahayu menunduk.“Kamu ibu mereka, Rahayu. Mereka butuh kamu. Dan kamu pantas mendapatkan keadilan.”Air mata menggenang di mata Rahayu. Ia menunduk, mencium kening Arkana, lalu menatap Ardhi dengan penuh rasa syukur, ada perasaan aneh dan canggung di hati Rahayu. Ia merasa apa yang Ardhi lakukan padanya berlebihan jika dinilai sebagai seorang atasan dan bawahan, namun tak dapat dipungkiri Rahayu membutuhkan bantuan Ardhi.“Aku nggak
Brakh!!Pintu rumah reyot itu terdobrak dengan keras, daun pintunya menghantam dinding dengan keras hingga nyaris copot dari engselnya. Suara dentuman itu menggema di seluruh ruangan, membuat Yanti dan Luna tersentak ketakutan."Apa-apaan ini?!" teriak Yanti kaget, wajahnya pucat pasi.Luna langsung berdiri, matanya membelalak saat melihat Ardhi berdiri di ambang pintu, diapit oleh empat bodyguard bertubuh kekar yang mengenakan seragam hitam. Wajahnya dingin, rahangnya mengeras, tatapannya penuh amarah yang membara.Di belakang Ardhi, Rahayu muncul dengan napas memburu. Matanya merah dan basah oleh air mata, tetapi sorot matanya tajam, penuh keberanian."Di mana anak-anakku?!" suara Rahayu bergetar, tapi penuh tekanan.Yanti mundur beberapa langkah, panik. “Ka-Kalian tidak boleh masuk!”Ardhi hanya melirik sekilas ke arah bodyguardnya. Salah satu dari mereka langsung melangkah maju, menyingkirkan Yanti dengan mudah seperti boneka kain.Luna ikut ketakutan, tangannya mencengkeram ujung
Rahayu tiba di sekolah Arkana dan Athala setelah pulang kerja untuk menjemput kedua putranya."Maaf Ibu, tadi anak-anak sudah dijemput oleh Omanya" ucap seorang guru yang terbiasa mengajar Athala."Omanya?" ucap Rahayu heran, seingatnya mertuanya Yanti tak pernah peduli pada kedua putranya. Tumben sekali dia mau menjemputnya. Pikiran buruk mulai melintas di kepala Rahayu.Tiba-tiba, ponselnya bergetar di dalam tas. Dengan tangan gemetar, Rahayu mengangkatnya.Suara di seberang terdengar dingin dan penuh kepuasan.“Kau mencari anak-anakmu, Rahayu?” suara Yanti terdengar tajam.Rahayu langsung menegang. “Di mana mereka?! Apa yang kau lakukan pada anak-anakku, Yanti?!”Terdengar tawa sinis dari seberang. “Jangan panik begitu, Rahayu. Mereka baik-baik saja bersamaku, ingat aku ini neneknya!.”Rahayu merasakan tubuhnya lemas, tapi ia memaksakan diri tetap berdiri. “Jangan macam-macam, Yanti. Kembalikan mereka sekarang juga!”“Kembalikan? Hah! Setelah semua yang kau lakukan padaku dan Sadew
Rahayu duduk di ruang kerja Pak Darmawan, di ruangan tersebut Ardhi dan Pak Darmawan sudah menunggu dengan serius.Rahayu menelan ludah. “Pak Darmawan, Pak Ardhi, maafkan... saya... saya ingin menjelaskan semuanya.” Suaranya bergetar.Ardhi menatapnya lembut. “Kami sudah mendengar gosip itu, tapi kami ingin mendengar langsung dari kamu.”Air mata hampir jatuh di pipi Rahayu. “Saya tidak enak, karena harus membawa-bawa Pak Darmawan dalam masalah pribadi saya, apalagi sampai gosip ini menyebar”“Siapa yang melakukannya?” tanya Pak Darmawan, matanya tajam penuh rasa ingin tahu.Dengan tangan gemetar, Rahayu mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan pesan-pesan dari Yanti. Ancaman demi ancaman terpampang jelas di layar.“Ini... mantan mertua saya, Bu Yanti. Dia mengancam akan menyebarkan gosip tentang saya jika saya tidak terus memberinya uang bulanan, meskipun saya sudah bercerai dari Sadewo,” jelas Rahayu dengan suara tercekat.Ardhi memandang bukti-bukti itu dengan rahang mengeras. “Ini k
Di pantry kantor, sekelompok karyawan berkumpul sambil menyeruput kopi pagi mereka. Suara bisikan mereka terdengar jelas, meski mencoba ditutupi dengan tawa kecil.“Kamu tahu nggak? Katanya Rahayu selingkuh sama Pak Darmawan,” bisik Rina, dengan mata berbinar penuh rasa ingin tahu.“Ah tidak mungkin, setahuku Rahayu selalu profesional,” sahut Rudi, staf IT, ia tahu benar bagaimana sifat Rahayu saat kemarin ia bersinggungan langsung denganya tentang kasus Luna yang hampir membuatnya kehilangan pekerjaan."Kamu gak tahu, sih! Foto-fotonya udah banyak kesebar! Pantas saja Pak Darmawan betah menduda, lah wong punya surgar baby“ celetuk Aryo."Kalau udah jadi ‘kesayangan’ bos besar, siapa yang berani sentuh?” Lusi menambahkan dengan nada sinis.“Aku nggak heran. Dari dulu Rahayu kan selalu kelihatan sok sibuk. Mungkin sibuknya bukan cuma kerja, tapi juga ‘melayani’ Pak Darmawan.”Gelak tawa kecil pecah, meskipun beberapa orang tampak tak nyaman. Tapi, rasa penasaran lebih menguasai mereka.