Home / Romansa / Dikhianati Tunangan, Dinikahi Sultan / Bab 1. Kesalahan Satu Malam

Share

Dikhianati Tunangan, Dinikahi Sultan
Dikhianati Tunangan, Dinikahi Sultan
Author: Saraswati_5

Bab 1. Kesalahan Satu Malam

Author: Saraswati_5
last update Huling Na-update: 2025-05-03 17:16:42

Ayu membuka kedua bola matanya saat sinar mentari pagi yang masuk melalui celah gorden mengenai matanya. Namun, belum sampai ia membuka penuh matanya, ia merasakan kepalanya terasa sakit dan sangat berat.

Ia lalu memegang kepalanya mencoba mengurangi rasa sakit di kepalanya tetapi sama saja, tindakannya itu tidak mengurangi rasa sakit yang mendera kepalanya.

Ayu memaksakan diri untuk terus membuka kedua matanya. Ia mengernyit dan memandang langit-langit kamar yang terlihat sangat asing. Ini bukan kamarnya lalu ini kamar siapa?

Ayu menatap ke sekeliling dan jantungnya seakan berhenti berdetak saat mendapati sesosok pria tampan bertelanjang dada terbaring di sebelahnya.

Detik berikutnya, ia menatap ke arah tubuhnya, seketika Ayu melebarkan kedua bola matanya saat menyadari penampilan dirinya yang tidak jauh beda dari pria di sebelahnya bahkan banyak tanda merah di seluruh tubuhnya.

Ayu seketika bangkit duduk sambil menutup tubuhnya dengan selimut. Jantungnya berdebar kencang.

"Jangan bilang kalau kemarin aku tanpa sadar menggoda seorang gigolo?” tanya Ayu di dalam hati dengan gelisah sambil menatap wajah pria di sebelahnya sesaat.

Ayu memejamkan matanya sambil memegang kepalanya yang terasa sangat pusing. Ia mencoba mengingat-ingat apa yang terjadi semalam.

Ayu ingat, kemarin malam dirinya hendak memberi kejutan pada sang calon suami. Namun, ketika ia sampai di apartemen Rio, ia malah mendapati Rio yang sedang bercumbu dengan teman Rio sendiri yang bernama Vina.

Sudah sering kali, Ayu tidak suka dengan kedekatan Rio dan Vina. Namun, Rio selalu mengatakan jika mereka tidak mempunyai hubungan spesial, mereka hanya teman biasa yang sudah berteman sejak masih duduk di bangku SMA. Dan benar saja, semalam semua yang ia khawatirkan terbukti.

Merasa sangat kecewa dengan tindakan tunangannya, Ayu memutuskan pergi ke klub malam dan minum-minum di sana.

Dan sepertinya, tanpa sadar ia menyeret pria yang sedang tertidur di sebelahnya untuk menghabiskan malam bersamanya. Ayu segera memaki dirinya di dalam hati, merutuki semua yang telah ia lakukan.

Menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya, Ayu bangkit dari tidurnya, mencari keberadaan baju miliknya yang entah di mana. Setelah menemukannya, Ayu dengan segera mengambilnya dan memakai bajunya.

Ayu menghela napas pelan setelah memakai bajunya. Ia akhirnya mengambil tas, mengeluarkan beberapa lembar uang dari dalam dompet lalu menaruhnya di atas nakas.

"Terima kasih karena sudah menemaniku semalam, aku harap kita tidak akan bertemu lagi," ucap Ayu sangat pelan.

Setelah itu, ia keluar dari dalam kamar itu dengan perlahan. Ia kemudian berjalan dengan cepat, meninggalkan tempat itu. Namun, karena terlalu terburu-buru, Ayu tanpa sengaja menabrak seseorang sampai ia mundur beberapa langkah.

"Maafkan saya, Nona. Apa Nona tidak apa-apa?" tanya pria di hadapan Ayu dengan raut wajah cemas.

Ayu mendongak, menatap pria di hadapannya sesaat, sebelum menggeleng dengan cepat.

"T-tidak, saya tidak apa-apa," jawab Ayu yang kemudian segera pergi dari sana, meninggalkan pria yang ia tabrak sendirian dengan tatapan bingung.

—oOo—

Ayu menangkup wajahnya frustasi. Ia lalu meremas rambutnya dengan kuat sambil merutuki tindakannya. Niatnya yang hanya ingin melupakan pengkhianatan tunangannya, malah berujung bermalam dengan seorang gigolo.

"Sekarang aku harus bagaimana? Bagaimana aku menjelaskan semuanya pada Papa dan Mama? Bagaimana kalau mereka tahu kalau aku udah tidak perawan lagi?"

Ayu mendesah berat kemudian menatap jalanan yang masih terlihat lengang dan sepi.

Ya, bagaimana tidak lengang dan sepi, kondisi di luar sana masih gelap. Cahaya matahari pun masih enggan untuk terlihat yang ada hanya sinar lampu jalan dan sinar lampu taksi yang ia tumpangi.

Beberapa saat kemudian, taksi yang Ayu tumpangi berhenti. "Kita sudah sampai, Mbak," ucap si sopir taksi ketika Ayu hanya diam.

Ayu yang masih sibuk dengan pikirannya segera tersadar. Ia kemudian mengambil uang dan memberikannya pada sang sopir. Setelah itu, ia keluar dari dalam taksi dan berjalan ke arah pintu gerbang rumahnya.

"Baru pulang, Nona?" tanya Pak Budi, satpam kediamannya.

"Iya, Pak. Tolong bukain, Pak."

Pak Budi mengangguk. "Mobilnya mana, Non? Kok pulang pakai taksi?" tanyanya lagi sembari membukakan pintu gerbang.

"Ada di bengkel, Pak," jawab Ayu yang kemudian berjalan meninggalkan Pak Budi.

Sampai di depan pintu utama rumahnya, Ayu menarik napas dalam. Ia berharap belum ada orang yang bangun dan menyadari dirinya yang baru pulang.

Ia lalu membuka pintu rumahnya dengan perlahan dan merasa lega ketika rumah masih sepi. Dengan segera, Ayu berjalan ke arah tangga menuju kamarnya. Ia mengendap-endap, berusaha tidak menimbulkan bunyi sedikit pun.

“AYU!”

Langkah Ayu seketika terhenti. Ia menelan salivanya dengan susah payah.

Dengan keberanian setipis tisu, Ayu berbalik dan menatap ayahnya yang saat ini tengah berdiri di bawah anak tangga dengan tatapan tajam.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (2)
goodnovel comment avatar
Saraswati_5
iya, untung belum nikah. makasih, Kakak ...
goodnovel comment avatar
Abigail Briel
untung belum nikah, semangat ayu.
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Dikhianati Tunangan, Dinikahi Sultan   Bab 125

    Hari itu, langit biru bersih tanpa awan. Angin sepoi-sepoi membawa harum bunga yang disusun rapi di taman resort pinggir pantai. Laut berkilau memantulkan cahaya matahari sore, menjadi saksi bisu sebuah kisah panjang yang akhirnya menemukan muaranya.Ayu berdiri di balik pintu kaca besar, jantungnya berdebar kencang. Gaun putih sederhana namun elegan membalut tubuhnya. Senyum gugup terukir di bibirnya, air mata menetes pelan sebelum sempat ia usap.“Cantik sekali…” bisik Sarah yang berdiri di sampingnya, kali ini tanpa kebencian. Justru ada kelegaan di matanya, seolah beban panjang sudah dilepaskan.Ayu hanya tersenyum, lalu melangkah keluar. Musik lembut mulai dimainkan. Semua tamu berdiri.Dan di ujung altar, berdiri Ashraf dengan setelan jas hitam, wajahnya penuh rasa syukur. Mata mereka bertemu, dan seolah dunia berhenti berputar.Rio, yang kini lebih tenang, berdiri di samping Ashraf, menjadi pendamping ayah tirinya. Luka batinnya belum sepenuhnya sembuh, tapi di matanya ada caha

  • Dikhianati Tunangan, Dinikahi Sultan   Bab 124

    Setelah Letusan ItuAsap mesiu masih melayang di udara. Ayu menatap Rio dengan tubuh gemetar, jantungnya berdetak tak terkendali.Rio berdiri di tengah ruangan dengan pistol masih terangkat. Darah menetes dari bahu Davin, sementara Arman mundur beberapa langkah, wajahnya tetap dingin meski pelipisnya berdarah.“Rio…” suara Ayu bergetar, penuh isak. “Lepaskan senjatamu, Nak. Kau tidak harus melanjutkan ini.”Tapi tatapan Rio kosong. Ia seperti berdiri di antara dua jurang: satu sisi adalah cinta ibunya, sisi lain adalah warisan kebencian yang ditanamkan selama ini.“Aku sudah terlalu jauh, Mama…” katanya lirih. “Aku tidak bisa kembali. Davin terhuyung, menekan luka di bahunya. “Rio… dengarkan aku. Aku ayahmu! Kau sudah memilihku. Kau tidak boleh berbalik arah sekarang.”Namun Rio menoleh dengan tatapan tajam. “Kau membohongiku. Kau memanfaatkan aku, sama seperti semua orang di ruangan ini.”Davin terdiam. Untuk pertama kalinya, kesombongan di wajahnya retak. “Aku… hanya ingin kau kuat

  • Dikhianati Tunangan, Dinikahi Sultan   Bab 123

    Rio berdiri di depan ibunya, pistol bergetar di tangannya. Wajah polos anak kecil yang dulu selalu tersenyum pada Ayu kini telah berubah dingin, matanya memantulkan kegelapan.“Mama,” katanya, suaranya tegas namun penuh luka. “Aku sudah memilih. Aku akan bersama Ayah…”Ayu terperanjat. “Ayah…?”Rio menoleh ke arah Davin. Tatapannya penuh kebanggaan.“Ya. Ayah kandungku.”Kata-kata itu menghantam Ayu seperti palu besi. Ruangan seakan berputar, suaranya teredam oleh degup jantung yang mengamuk di telinganya.“Apa…?” bisiknya lemah. “Itu tidak mungkin…”Davin tersenyum tipis, penuh kemenangan. “Sekarang kau tahu, Ayu. Rahasia yang selama ini kututup rapat.”Ashraf yang babak belur mencoba bangkit, berteriak. “Jangan percaya dia, Ayu! Itu kebohongan!”Namun Rio menatap Ashraf penuh kebencian. “Kau membohongiku! Kau membuatku percaya kalau kau ayahku… padahal kau hanya mencuri Mama dariku!”Ayu hampir terjatuh, tubuhnya lemas. Ia menatap Rio, hatinya terbelah.---Di sisi lain, Sarah melan

  • Dikhianati Tunangan, Dinikahi Sultan   Bab 122

    Ruang tahanan itu dingin, bau karat dan lembap menusuk hidung Ayu. Tangannya terikat kuat, tapi bukan itu yang membuat napasnya sesak. Kata-kata Davin masih bergema di kepalanya:> “Aku punya mata di antara kalian.”Siapa? Ashraf? Arya? Atau Sarah?Ayu memejamkan mata, mencoba mengusir bayangan-bayangan yang menyesakkan. Namun ketakutan itu nyata. Seseorang yang selama ini berdiri di sisinya mungkin sementara itu, Ashraf dan Arya bersembunyi di perbukitan kecil yang menghadap markas Davin. Mereka sudah menunggu kode dari Ayu yang tak kunjung datang.“Sudah tiga malam, Ashraf. Kau masih yakin dia baik-baik saja?” Arya menatap tajam.Ashraf menghela napas berat. “Ayu bukan orang lemah. Dia pasti sedang mencari cara.”Arya mendengus pelan. “Atau mungkin dia sudah menyerah dan memilih bersama Davin. Kau terlalu percaya padanya.”Ashraf menoleh tajam. “Jangan bicara sembarangan!”Tapi jauh di dalam hatinya, keraguan kecil tumbuh. Ia tahu Ayu sedang menghadapi badai, dan jika Davin berhasil

  • Dikhianati Tunangan, Dinikahi Sultan   Bab 121

    Ledakan di pantai masih membekas di telinga Ayu. Mereka berhasil menyelamatkan diri dengan berenang menuju sisi lain pulau, meninggalkan kapal yang terbakar. Malam itu, mereka bersembunyi di hutan lebat, dingin, basah, dan penuh ketegangan.Ayu duduk bersandar pada batang pohon, tubuhnya gemetar. Bayangan wajah Rio di layar, dengan tatapan dingin yang asing, menghantui pikirannya.“Dia… bukan Rio-ku,” bisik Ayu, air matanya jatuh. “Itu bukan anakku…”Ashraf ingin meraih tangannya, tapi Ayu menarik diri. “Jangan sentuh aku.”Arya yang duduk tak jauh hanya menatap dengan tatapan penuh iba bercampur sesuatu yang lebih gelap—kepuasan terselubung.Sarah memecah kesunyian. “Kalau kita menyerang langsung, kita tidak akan selamat. Pulau ini penuh dengan jebakan. Davin sudah menyiapkan semuanya.”“Lalu apa yang kau sarankan?” tanya Ashraf, tajam.Sarah menatap Ayu. “Satu-satunya cara adalah menyusup. Dan hanya Ayu yang bisa melakukannya.”Ayu menoleh dengan kaget. “Aku?!”“Ya,” jawab Sarah man

  • Dikhianati Tunangan, Dinikahi Sultan   Bab 120

    Helikopter itu menghilang di balik kabut malam, meninggalkan suara gemuruh yang mengguncang dada Ayu. Tangannya masih terulur, seolah bisa meraih Rio yang sudah dibawa pergi. Lututnya goyah, tubuhnya jatuh berlutut di dermaga yang dingin dan basah.“Rio…” suaranya pecah, nyaris tak terdengar.Ashraf meraih bahunya, mencoba menahan gemetar tubuhnya. Tapi Ayu menepis, menoleh dengan tatapan penuh luka. “Kau bohong padaku… selama ini, kau sembunyikan semuanya!”Ashraf terdiam. Tatapannya penuh penyesalan, tapi ia tahu ini bukan saatnya membela diri.Sementara itu, Arya berdiri tak jauh, pistolnya masih di tangan. Ia menatap Ashraf dengan kebencian yang kian membara. “Aku sudah bilang, Ayu. Semua ini karena dia. Kau harus memilih siapa yang bisa kau percaya.”Namun sebelum Ayu menjawab, suara Sarah yang lemah memotong. “Tidak ada waktu berdebat. Davin sudah bawa Rio. Jika kita terlambat, kita tidak akan pernah menemukannya.”Ayu mengusap air matanya, berdiri dengan sisa tenaga. Ia menatap

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status