Share

Bab 2. Keputusan Galih

Author: Saraswati_5
last update Last Updated: 2025-05-03 20:57:52

"P-papa," gumam Ayu terbata.

"Dari mana saja kamu?!" Suara dingin dan datar menggema di telinga Ayu. Bukan hanya suara, tapi juga tatapan dari laki-laki di hadapannya itu sangat dingin dan juga menusuk.

Tenggorokan Ayu seakan tercekat hingga membuatnya kesusahan menelan salivanya. "A-aku ... aku ...." Ayu bingung harus menjawab bagaimana, tidak mungkin ia menceritakan jika ia baru saja menghabiskan malam dengan seorang gigolo.

Orang tuanya memiliki aturan yang ketat untuknya yaitu tidak boleh melakukan hubungan badan sebelum nikah ketika menjalin hubungan dengan seseorang. Jika orang tuanya tahu dia sudah melakukan itu, terlebih bukan dengan Rio, ia tidak tahu bagaimana nasibnya nanti.

"Jawab Papa, Ayu Cempaka! Semalam kamu dari mana?!"

"Ada apa ini? Kenapa pagi-pagi buta, Papa udah teriak-teriak, sih?"

Seorang wanita keluar dari pintu sebuah kamar, membuat dua orang yang sedang berhadap-hadapan menoleh ke arah wanita itu.

"Papa tidak akan teriak-teriak jika putri kamu ini tidak melakukan kesalahan, Ma!" ujar papanya masih dengan sorot mata tajam.

Wanita yang tidak lain adalah mama Ayu, menatap suaminya dengan wajah bingung. "Lagipula, apa sih kesalahan yang Ayu lakuin sampai Papa marah seperti ini?" tanya Ratna sambil menatap putri semata wayangnya dengan cemas.

Galih menatap Ratna. "Apa Mama tau, Ayu itu baru pulang! Papa yakin, dia baru pulang setelah menghabiskan waktu dengan Rio!"

Ratna menatap Ayu. "Apa benar kamu baru pulang?"

Ayu mengangguk. "Iya, Ma, aku baru pulang. Tapi semalam aku nggak sama Rio kok, aku menginap di apartemen Tania. Iya, aku menginap di sana," ucap Ayu sembari mengangguk yakin.

Galih menatap Ayu dengan tajam. "Jangan bohong kamu, Ayu! Jujur sama Papa! Dari mana kamu semalam?! Semalam Papa sudah menelepon Tania, menanyakan kamu bersama dia apa tidak. Tapi nyatanya kamu tidak bersama dengan dia," ucap Galih tegas.

"Ingat, Ayu. Walaupun kalian sebentar lagi menikah, tapi kalian tidak boleh tinggal satu atap barang satu malam! Papa sudah bilang itu dari lama!”

Ayu mengepalkan telapak tangannya dengan kuat mendengar ucapan papanya. Ayu jadi teringat kembali dengan kejadian tadi malam, tanpa terasa matanya mulai berkaca-kaca. Setetes air mata jatuh dari mata indah miliknya.

Melihat Ayu yang menangis, Galih dan Ratna menjadi panik. Mereka langsung mendekati Ayu dan menggenggam telapak tangan Ayu dengan lembut.

"Jangan menangis, Sayang, Papa bicara seperti itu karena tidak mau terjadi apa-apa sama kamu," uap Galih lembut.

"Benar, Ayu. Papa bicara seperti tadi karena tidak mau sampai kamu melakukan kesalahan. Tolong maafin Papa, Papa tidak akan membentak kamu dan melarang kamu lagi.”

Air mata Ayu mengalir semakin deras. Ia lalu menggelengkan kepalanya pelan. "B-bukan itu, Pa, Ma. Aku nggak marah sama kalian. A-aku ... aku hanya ...."

"Kamu kenapa, Sayang?" tanya Ratna dengan lembut.

Ayu menghapus air matanya dan menatap mamanya. Setelah itu, ia mulai menceritakan apa yang terjadi pada dirinya, di mana Rio yang sudah mengkhianati dirinya.

"Astaga! Kamu tidak bohong 'kan, Ayu?" tanya Ratna tidak percaya.

"Buat apa aku bohong, Ma. Aku melihat mereka dengan kedua mata kepalaku sendiri. Aku bahkan menampar Rio kemarin," jawab Ayu.

Ratna menatap Ayu dengan kasihan. Ia merasa tidak tega dengan nasib putrinya yang tragis itu.

"Sabar ya, Sayang. Apa yang kamu lakukan sudah benar, lebih baik kamu memang mengakhiri hubungan kalian. Iya 'kan, Pa?" Ratna beralih menatap suaminya, meminta dukungan. Namun, bukannya mendukung Ratna, Galih hanya diam dengan wajah yang terlihat sangat dingin.

"Pa," panggil Ratna lembut.

Galih menatap Ratna sesaat sebelum menatap Ayu. "Papa sudah tahu akan berakhir seperti ini."

"Maksud Papa apa bicara seperti itu?" tanya Ratna bingung.

"Papa sudah tahu seperti apa Rio, karena itu dari dulu Papa tidak pernah setuju hubungan kamu dengan pria brengsek itu. Tapi, karena kamu ngotot ingin menikah sama dia, Papa diam."

Ayu menundukkan kepalanya, merasa bersalah karena tidak mendengarkan ucapan papanya dulu. "M-maaf, Pa. Maaf karena aku nggak nurut sama Papa."

Galih mendengkus, setelahnya ia memalingkan wajahnya ke arah lain.

"Sudah, Pa. Jangan marahi Ayu, ini bukan salah Ayu. Yang harus kita pikirkan sekarang itu adalah persiapan pernikahan yang sudah 85%. Tidak mungkin kalau kita membatalkan semuanya, itu akan membuat keluarga kita malu besar," ucap Ratna.

Ayu hanya diam dengan kepala menunduk mendengar apa yang dikatakan mamanya. Ia juga tidak punya jalan keluar. Walaupun begitu, ia enggan untuk melanjutkan pernikahannya lagi setelah pengkhianatan Rio.

"Kamu harus tetap menikah, Ayu." Satu kalimat yang keluar dari bibir Galih, membuat Ratna dan Ayu menatap laki-laki di hadapannya itu.

"Papa jangan bercanda! Aku nggak mau! Lebih baik menahan malu dengan gagal menikah daripada aku harus menikah sama pria brengsek seperti Rio!"

"Tentu saja bukan dengan dia! Papa akan menikahkan kamu dengan laki-laki pilihan Papa!”

Sementara Ayu sedang terkejut dengan keputusan papanya. Di tempat lain, lebih tepatnya di kamar hotel di mana Ayu menghabiskan malam bersama dengan seorang pria asing, pria tersebut tengah duduk di single sofa dengan kaki yang menyilang.

Wajahnya terlihat dingin dan tatapannya sangat datar. Terlihat kilatan amarah di manik mata legam miliknya hingga membuat satu orang yang ada di dalam sana merasa takut.

"Pak Ashraf," panggil pria itu dengan hormat.

Dipanggil demikian, Ashraf menoleh dengan gelas wine di tangannya. Ia lalu memanggil sang asisten, "Arnold."

“Ya, Pak.” Arnold menunduk sopan.

"Apakah kamu sempat melihat perempuan di samping saya saat masuk?’

Arnold diam, mengingat kejadian di lorong hotel. “Apakah perempuan tadi?” tanyanya dalam hati.

“Arnold.” Ashraf kembali memanggil asistennya karena tidak kunjung mendapat jawaban.

Arnold sontak tersadar dan dengan ragu menjawab, “Tidak, Pak. Hanya saja tadi ketika saya akan ke sini, saya sempat ditabrak seorang perempuan yang keluar dari arah kamar Bapak. Apa mungkin perempuan itu adalah orangnya?"

Rahang Ashraf mengeras mendengar jawaban Arnold. Ia yakin jika perempuan itu adalah Ayu.

Ashraf kemudian bangkit dari duduknya lalu menghadap ke arah jendela besar hotel, di mana terlihat gedung-gedung pencakar langit menjulang tinggi. Dari sana, ia bisa menangkap pantulan dirinya di kaca, juga tempat tidur yang sempat menjadi tempat dirinya dan Ayu bergumul panas tadi malam.

Melihat bayangan itu membuat wajah Ashraf semakin dingin. "Bagaimanapun caranya, cari perempuan yang bersamaku tadi malam sampai dapat!" ucapnya sembari mencengkeram erat gelas wine di tangannya dan menatap Arnold dengan tatapan tajam.

"Aku tidak menerima kegagalan."

Mendengar nada bicara Ashraf yang dingin dan penuh ancaman, Arnold tahu tuannya itu sungguh-sungguh perihal kalimatnya. Alhasil ia langsung membalas, "Baik, Pak!"

Pria itu pun langsung bergegas melaksanakan perintah Ashraf dan menyuruh para pengawal untuk mencari tahu segala informasi tentang perempuan yang sudah menyinggung sang atasan.

Sementara itu, Ashraf melirik beberapa lembar uang yang masih tergeletak di atas nakas, benda yang ditinggalkan Ayu untuk membayar jasanya semalam.

"Kamu pikir aku akan melepaskan dirimu setelah apa yang kamu lakukan, huh?” Ashraf menyeringai, “Jangan harap karena sampai kapanpun kamu tidak bisa kabur."

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Saraswati_5
siap, Kakak ...
goodnovel comment avatar
Roro Halus
kejar ayu sraf, jangan sampai sama Rio...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Dikhianati Tunangan, Dinikahi Sultan   Bab 135

    Langit sore di pinggiran Desa Danu merona lembayung.Nayra duduk di tepi danau, menatap pantulan dirinya di air.Satu matanya biru lembut seperti langit, satu lagi merah seperti bara.Ia sering bertanya-tanya kenapa ia berbeda.“Kenapa semua orang menatapku seolah aku kutukan?” bisiknya.Angin berhembus pelan, membawa suara samar, seolah ada seseorang yang menjawab dari kejauhan:> “Karena kau bukan dari dunia ini, Nayra.”Nayra menoleh cepat. Tapi tak ada siapa pun. Hanya gemericik air.---Sejak kecil, Nayra sering bermimpi.Dalam mimpinya, ia berjalan di dunia hitam putih, dengan dua sosok berdiri di kejauhan: seorang pria berjas hitam dan seorang wanita bergaun putih.Mereka memanggilnya dengan suara lembut namun penuh duka.> “Nayra… jangan biarkan cahaya padam.”Suatu malam, saat hujan deras mengguyur, Nayra terbangun dengan darah di telapak tangannya.Di dinding rumahnya, muncul simbol kuno bercahaya merah, simbol segel yang sama yang dulu digunakan untuk mengurung Bayangan Asa

  • Dikhianati Tunangan, Dinikahi Sultan   Bab 134

    Tiga tahun telah berlalu sejak ledakan cahaya yang menghancurkan Bayangan Asal.Dunia tampak damai, tapi Ashraf tahu — itu hanya di permukaan.Setiap malam, ia bermimpi melihat Rio berdiri di antara bayangan dan cahaya.> “Ayah… jangan berhenti. Belum semuanya berakhir.”Mimpi itu bukan sekadar mimpi.Ashraf mulai mendengar bisikan di dinding markas lamanya — suara Rio yang memanggil dari antara dua dimensi.Suatu malam, sistem keamanan markasnya mendeteksi anomali energi — gelombang yang identik dengan tanda vital Rio.Koordinatnya: Greenvale, kota kecil yang dulu menjadi laboratorium bawah tanah milik Arman.Ashraf tahu ia harus kembali ke sana, meskipun berarti membuka luka lama.---Saat Ashraf tiba di Greenvale, ia menemukan tempat itu terbengkalai.Tapi di ruang paling dalam, dinding penuh coretan simbol dan mantra kuno.Di tengah ruangan, berdiri sosok remaja dengan mata setengah merah, setengah biru.> “Kau siapa?”“Aku… Rio.”Ashraf hampir tak percaya. Ia memeluk anak itu, ta

  • Dikhianati Tunangan, Dinikahi Sultan   Bab 133

    Langit pecah menjadi dua: separuh merah hitam penuh bayangan, separuh lagi retakan cahaya yang rapuh. Seluruh dunia berhenti—waktu seolah membeku, hanya tersisa suara bisikan dari Bayangan Asal yang menggema di setiap hati manusia.> “Bersujudlah. Akhir sudah tiba.”Namun di tengah keheningan itu, hanya Rio dan Ayu yang berdiri di dimensi bayangan. Tubuh mereka menyala oleh cahaya dan bayangan yang bertabrakan.Arman berdiri di sisi Bayangan Asal, wajahnya dipenuhi kegilaan.> “Anakku… lihatlah. Kita adalah pewaris sejati. Dunia ini milik kita. Bergabunglah, atau musnah bersamaku.”Rio menggeleng pelan, memandang ibunya.“Aku tidak ingin dunia milik kita. Aku hanya ingin keluarga yang utuh… bukan kerajaan bayangan.”---Ashraf di dunia nyata menyaksikan tubuh Rio dan Ayu yang tergenggam dalam pusaran bayangan. Tentara internasional, pengikut Maya, bahkan Arya hanya bisa terpaku.Ashraf meraung, berusaha masuk ke dalam pusaran itu, tapi Arya menahannya.“Kalau kau masuk, kau akan hancu

  • Dikhianati Tunangan, Dinikahi Sultan   Bab 132

    Retakan di langit semakin meluas, memancarkan cahaya merah kehitaman. Dari celah itu, muncul lengan raksasa yang terbuat dari bayangan murni, menjulur ke bumi.Orang-orang di seluruh dunia panik. Gempa bumi, badai, dan kegilaan massal merebak. Semua orang tahu: ini bukan perang biasa, ini adalah akhir zaman.Ayu menggenggam Rio erat. “Apa itu…?”Arya terisak, wajahnya pucat. “Itulah… Bayangan Asal. Entitas yang bahkan Arman sendiri ingin bangkitkan.”Ashraf mengepalkan tinjunya. “Kalau begitu kita harus menghentikannya sebelum keluar sepenuhnya.”Rio menatap langit dengan sorot mata kosong. Ia tahu, entitas itu memanggilnya.---Arya akhirnya mengungkap rahasia terakhir: leluhur mereka dulu pernah menyegel Bayangan Asal menggunakan darah keluarga. Namun, Arman menemukan cara membalikkan segel itu—dengan mengorbankan pewaris darah, yaitu Rio sendiri.“Kalau segel terbuka penuh, dunia akan habis. Tapi…” Arya terdiam.“Tapi apa?” Ayu menuntut.Arya menunduk. “Hanya darah Rio juga yang bi

  • Dikhianati Tunangan, Dinikahi Sultan   Bab 131

    Sejak kebangkitan Rio, dunia mulai merasakan sesuatu yang aneh. Kota-kota besar dilanda kekacauan, orang-orang mengalami mimpi buruk massal, dan bayangan hitam muncul di tempat-tempat suci.Pemerintah rahasia internasional mulai memburu Rio, menandainya sebagai “Anomali Kelas Omega”. Bagi mereka, Rio bukan lagi manusia biasa—ia adalah ancaman global.Ashraf menyadari bahaya itu. “Kalau mereka berhasil menangkap Rio, mereka akan menjadikannya senjata. Dunia akan hancur.”Ayu hanya bisa menggenggam tangan anaknya erat-erat. “Tidak ada yang akan menyentuhmu, Nak. Kita akan melawan semua orang jika perlu.”---Rio mulai kehilangan kendali. Di malam hari, ia bangun dengan tangan berlumuran darah—meski ia tak ingat melakukan apa-apa. Bayangan Arman sering muncul di cermin, menertawakan setiap kegagalannya.“Aku bilang padamu,” suara itu bergema. “Semakin kau menolak, semakin aku tumbuh.”Rio meremukkan kaca cermin dengan tinjunya. “Diam! Aku bukan kau!”Namun jauh di lubuk hatinya, ia tahu—

  • Dikhianati Tunangan, Dinikahi Sultan   Bab 130

    Rio terbaring di ranjang darurat. Tubuhnya penuh lebam, darah kering menempel di wajahnya. Di sampingnya, Ayu terus menggenggam tangannya, sementara Ashraf berdiri dengan ekspresi keras, meski hatinya dilanda kekhawatiran.“Dia sudah tidak sama lagi,” kata Ashraf lirih. “Aku bisa merasakannya. Setiap kali dia bernapas… ada sesuatu yang bergetar di udara.”Ayu menoleh, matanya merah karena menangis. “Dia anak kita. Kita tidak boleh menyerah padanya.”Rio membuka mata. Pandangannya kosong, tapi suaranya berat. “Aku… aku masih aku. Tapi aku juga… sesuatu yang lain.”---Malam itu, Rio bermimpi. Ia berdiri di padang pasir hitam, langit merah darah. Dari kejauhan, Arman muncul, tubuhnya diselimuti bayangan.“Aku selalu bersamamu,” suara Arman bergema. “Kau tidak bisa menyingkirkan aku. Kau bisa melawanku, tapi kau hanya melawan dirimu sendiri.”Rio menjerit, mencoba meninju Arman, tapi tangannya menembus udara kosong. Bayangan itu hanya tertawa.Ketika Rio terbangun, matanya memerah. Di di

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status