Share

5. Video Mengejutkan

Author: NingrumAza
last update Last Updated: 2024-03-20 19:59:01

Klakson pamit Mas Zein berhasil mengembalikkan tubuhku yang sempat mematung beberapa detik.

Kepalaku pun reflek menengok pada mobil yang melaju melewati pagar yang dibiarkan terbuka begitu saja.

Dengan gontai, aku harus menutup pagar sebab tak ada lagi orang di rumah ini selain Aku dan Naura.

Selesai menutup pagar, handphone di tanganku kembali bergetar. Kali ini bahkan beberapa kali, menandakan pesan beruntun yang masuk.

[Kamu kenal tangan yang memakai jam ini bukan?]

[Mungkin malam ini dia akan menghabiskan malam denganku]

[Gak apa-apa 'kan? Cuma satu malam, kok]

Rasanya aku tahu siapa si pengirim pesan ini.

Hammm, baiklah, akan aku ladeni.

Belum selesai aku mengetik, pesan susulan sudah datang.

[Kenapa? Kamu pasti kaget kan, suamimu bisa bersama denganku sekarang?]

[Ini belum seberapa. Kamu harus benar-benar menyiapkan mental untuk menghadapi kejutan-kejutan lainnya dari aku, Salsa!]

Aku meremas benda berlayar menyala di tanganku.

Setenang mungkin aku berjalan ke dalam rumah untuk meladeni wanita berparas cantik tapi hatinya penuh dengan kotoran.

Menghabiskan satu gelas cairan bening, aku duduk bersandar pada sofa santai di depan TV.

Menyalakan handphone dan menekan tombol panggil video di aplikasi warna hijau.

Tak lama, panggilanku tersambut.

"Assalamualaikum ... Kenapa, Sayang. Ada yang mau kamu beli?" sapa Mas Zein di layar ponsel.

"Wa'alaikumsalam, enggak, kok. Aku cuma kangen sama Mas. Lagi di mana? Masih lama?" tanyaku sambil memperhatikan tempat sekitar Mas Zein berada sekarang.

Kursi, tulisan serta hiasannya memang mirip dengan tempat saat Misyka mengunggah fotonya di sosial media barusan.

Aku yakin, Mas Zein tak mungkin mengkhianatiku. Apalagi dengan wanita model Misyka itu. Pasti ada hal penting lainnya yang membuat Mas Zein harus menemui Misyka di sana.

Jika niatmu hanya ingin membuat aku cemburu, kamu salah besar Misyka. Aku tahu betul bagaimana Mas Zein.

"Baru juga ditinggal udah kangen aja. Mas gak lama, kok. cuma ketemu klien sebentar di kafe," jawabnya.

"Tadi katanya mau ke kantor?"

"Eh, i-iya, Sayang. Tadinya memang mau ketemu di kantor tapi jadinya miting di kafe saja yang dekat."

"Kafe di ujung jalan itu?"

"Iya."

"Owh, begitu. Boleh aku bicara sebentar dengan Misyka, Mas?" pintaku.

"Kok kamu tahu Mas lagi sama Misyka?" Suamiku nampak heran.

"Nebak aja, siapa tahu beneran ada. Kan dia sekretaris Mas. Kalau memang ada miting harusnya dia juga ada 'kan?"

"Iya juga, sih. Tapi ngomong sama Misyka 'nya nanti aja, ya. Mas masih harus miting sama klien nih."

"Enggak, ah. Aku mau nungguin dia aja."

"Ya sudah kalau begitu. Eh, itu dia orangnya."

Kemudian Mas Zein mengubah kamera depannya menjadi kamera belakang, sehingga terlihatlah sosok wanita yang aku tunggu sejak tadi.

Nampak Misyka seperti tersipu ketika handphone milik Mas Zein mengarah padanya. Mungkin dia kira Mas Zein sedang mengambil gambar dirinya.

"Gak usah sok imut gitu loh, mukanya." Seketika Misyka terkejut mendengar suaraku.

Dia celingukan mencari sumber suara.

"Aku di depan kamu," ucapku lagi. Kemudian meminta Mas Zein memberikan ponselnya pada Misyka.

Meski nampak ragu, tak ayal tangan Misyka pun terulur memegang ponsel Mas Zein.

"Hai ...!" sapaku setelah wajah Misyka terpampang jelas di layar ponsel.

"Eum, iya, Bu. Ada yang bisa saya bantu?" sahutnya sambil mengukir senyum, ramah.

Kemudian dia terlihat seperti berpindah tempat.

Aku tertawa dalam hati mendengar penuturannya yang dibuat halus dan lembut.

"Enggak, kok. Saya cuma mau memastikan kalau kamu baik-baik saja. Dan juga ingin bertanya satu hal. Kamu masih ingin bekerja di perusahaan suami saya?"

Wajahnya berubah menegang sekarang. Matanya melirik pada objek lain yang ada di sekitarnya.

"Tentu saja, Bu. Saya adalah sekretaris yang sangat cocok mendampingi Pak Zein. Jadi, mana mungkin saya tidak ingin bekerja lagi dengan beliau. Pak Zein pun mengakuinya. Kalau tidak percaya, tanyakan saja pada Pak Zein. Kenapa? Apa Anda merasa terancam dengan keberadaan saya?"

Widih ... Percaya diri banget ni orang.

"Bu Salsa yang terhormat. Saya tahu, Anda sedang merasa was-was sekarang," sambungnya dengan bibir tersenyum miring.

"Dengarkan saya baik-baik Misyka. Ada atau tidak adanya kamu di kantor suami saya, itu tidak akan pernah berpengaruh dalam biduk rumah tangga kami. Saya hidup bersama suami saya sudah bertahun-tahun. Saya kenal betul bagaimana suami saya. Mas Zein tidak mungkin segampang itu terjerat oleh wanita model kamu. Saya bisa pastikan itu?"

"Oh ya? Kita lihat saja nanti."

Klik!

Dengan tidak sopannya Misyka mematikan sambungan video nya.

Aku meradang. Benar-benar geram dengan tingkah sekretaris baru Mas Zein itu.

----

"Sayang, Mas berangkat dulu ya," pamit Mas Zein.

Beberapa minggu setelah kedatangan Misyka, semua masih seperti biasanya. Tak ada lagi teror pesan atau apapun dari Misyka. Pun sikap Mas Zein masih hangat padaku dan juga Naura.

Tetapi pagi ini, Mas Zein sedikit berbeda sikap. Dia seperti tengah terburu-buru.

"Pagi banget, Mas. Masih belum jam setengah tujuh loh. Nanti kasihan Naura di sekolah kelamaan. Masuk kelasnya kan jam delapan," ucapku.

Biasanya Mas Zein selalu berangkat lebih dari jam tujuh pagi bersama Naura, yang kebetulan TK tempat sekolah anakku itu satu arah dengan kantor Mas Zein.

Tapi hari ini, Mas Zein tak seperti biasanya.

"Aduh, maaf, Sayang. Pagi ini Mas ada miting penting. Kalau berangkat seperti biasanya takut telat. Soal Naura, nanti pesan taksi online saja ya." Mas Zein beranjak dari kursi makannya dengan terburu-buru.

"Ayah berangkat duluan ya, Sayang. Naura berangkatnya nanti sama Bunda, ya," ucap Mas Zein pada Naura, yang hanya diberi anggukan saja oleh Naura sebab mulutnya masih asik mengunyah nasi goreng yang belum habis di piringnya.

Mas Zein mencium kepala Naura sekilas lalu berjalan keluar menuju mobil yang sudah di panaskan sejak tadi.

Aku pun mengikuti langkah Mas Zein .

"Mas berangkat ya. Kamu hati-hati di rumah. Jangan terlalu capek. Nanti siang asisten yang menginap di rumah akan datang. Jadi kamu ada temennya."

"Iya, Mas."

Lalu aku mencium punggung tangan Mas Zein dan dibalas dengan kecupan sekilas di keningku.

Mobil melaju perlahan melewati pagar yang aku buka.

Sepeninggal mobil Mas Zein, aku kembali menutup pagar.

Baru berjalan beberapa langkah untuk kembali ke dalam rumah, tiba-tiba ada perasaan gelisah yang menghinggapi.

Langkah ku terhenti sejenak. Memegang dada, menelisik perasaan apa yang tiba-tiba muncul.

"Ada apa ya? Kenapa tiba-tiba hatiku gelisah dan deg-degan begini?" gumamku.

"Ah, sudahlah. Mungkin hanya perasaanku saja."

Kemudian kembali melanjutkan langkah untuk menemani Naura menghabiskan sarapannya.

----

Waktu sudah senja. Malam mulai semakin menggelap. Tetapi Mas Zein belum juga pulang.

Beberapa pesan dan panggilanku juga tidak ada jawaban.

Biasanya Mas Zein akan pulang jam 4 sore atau paling lambat jam setengah 6 sore sampai rumah.

Kalaupun memang ada lembur atau urusan lain, pasti Mas Zein akan mengabariku.

Seketika perasaan tak enak yang aku rasakan sejak tadi pagi semakin merajai. Aku takut terjadi apa-apa dengan suamiku.

"Kenapa telponku gak di angkat sih, Mas! Kamu kemana sebenarnya?" Aku tak hentinya menghubungi nomor Mas Zein yang masih belum juga ada jawaban.

"Sebaiknya aku telpon Daniel saja."

Barulah setelah dering ke empat Daniel - asisten pribadi Mas Zein mengangkat panggilan ku.

"Malam, Bu Salasa. Ada yang bisa saya bantu?"

"Apa Mas Zein bersamamu?" tanyaku to the point.

"Tidak, Bu. Pak Zein sudah pergi dari kantor sejak pukul tiga petang tadi."

"Apa! Lalu ...."

"Apa Pak Zein belum sampai di rumah, Bu Salsa?"

"Owh, bukan. Mas Zein sudah pulang kok. Cuma tadi pamit pergi lagi." Aku terpaksa menyembunyikan kebenarannya dari Daniel.

Aku hanya tidak ingin reputasi Mas Zein jelek di mata bawahannya. Meskipun Daniel termasuk orang yang cukup dekat keluargaku.

"Owh, baiklah kalau begitu. Mungkin Pak Zein sedang ada urusan yang belum selesai."

"Iya, mungkin. Ya sudah, terima kasih Dan," pungkasku kemudian menutup panggilan.

Tak berselang lama handphone di tanganku bergetar.

Buru-buru aku melihat pesan yang masuk berharap Mas Zein yang membalas pesanku sebelumnya.

Namun, lagi-lagi hatiku dibuat kecewa dan benar-benar tercengang.

Bukan Mas Zein yang mengirimkan pesan. Melainkan nomor tanpa nama yang mengirim sebuh video Mas Zein tengah bersama seorang wanita.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dikira Babu Ternyata Ratu    48. Baby Ivana Keysha (Ending)

    "Ya sudah kalau Mas Zein keberatan. Aku akan memberikan bayi itu pada panti asuhan saja. Tapi, aku boleh mengunjunginya setiap waktu 'kan Mas?"Melihat wajah datar dan dingin suaminya, Salsa pada akhirnya memutuskan untuk mengaihkan pengasuhan bayi itu pada sebuah panti. Meski begitu ia akan tetap memantau perkembangan bayi itu. Ia tak ingin egois. Berusaha memaklumi jika suaminya berat menerima bayi wanita yang secara terang-terangan menghancurkan impiannya mempunyai banyak anak.Ya, rencana Zein mempunyai 5 atau 6 anak dari Salsa harus kandas karena ulah mereka yang membenci Zein. Dan melalui Misyka semua kebahagiaan yang dirasakan Zein dengan keluarga kecilnya menjadi porak-poranda."Sebaiknya kita istirahat saja dulu, Sayang. Mungkin suami kamu masih capek. Kamu juga sepertinya kelelahan, lihat matamu sudah seperti mata panda saja." Mama Rita mencoba mencairkan suasana. Sebagai orang yang paling tua dia lebih bijak.Mama Rita dapat melihat sebuah keinginan besar di dalam diri Sal

  • Dikira Babu Ternyata Ratu    47. Izin Merawat Bayi Misyka

    "Tidak ...!!!"Tepat ketika Danu menekan pelatuk senjatanya, Risa berlari kencang memasang badan di depan Zein sehingga mau tidak mau timah panas itu menancap pada perutnya."Risaaa ...." Tangan Danu gemetar, senjatanya jatuh begitu saja saat mendapati kenyataan bahwa pelurunya justru mengenai anak kandungnya sendiri."Tidak. Tidak, tidak mungkin." Danu terus bergumam sembari matanya nanar memandang telapak tangan yang selalu mengasihi dan membelai anaknya, justru kini tangan itulah yang melukai buah hati tercintanya.Darah berceceran pada lantai keramik putih di mana kini Risa terkapar dalam pangkuan Zein dengan nafas tersengal."Zein. Maafkan ayahku," ucap Risa lemah.Satu tangannya memegangi luka dan satunya lagi menggapai-gapai wajah Zein."Bertahanlah, Ris. Bantuan akan segera datang." Zein berusaha menguatkan sembari menggenggam erat tangan Risa."Tidak Zein. Aku tidak kuat. Tapi, aku sudah cukup bahagia jika harus pergi dalam keadaan berada di pangkuanmu. Maafkan Aku yang tidak

  • Dikira Babu Ternyata Ratu    47. Danu sang Dalangnya

    Di sisi lain, Zein saat ini tengah beradu kekuatan dengan beberapa anak buah yang berjaga di bangunan penyekapan Mama Rita.Dibantu oleh Bima, Santos dan anak buahnya, Zein berhasil menerobos masuk ruangan itu.Begitu pintu terbuka lebar, Zein dapat melihat dengan jelas mamanya kini tengah terikat pada kursi dengan mulut tersumpal lakban. Di sampingnya berdiri seorang pria yang begitu dia kenal memegang senjata api tengah menyeringai padanya."Selamat datang, Zein Mahardika yang terhormat. Apa kabar? Saya tidak menyangka loh Anda bisa sampai di sini," ucap Danu congkak."Katakan, apa maumu? brengsek!" sergah Zein."Ini yang aku tunggu. Kamu ingin tahu apa mauku? Baiklah akan ku beritahu."Zain hanya memberi tatapan menghunus. Dia ingin segera tahu apa maksud semua rencana ini. Apa tujuan dari rekan bisnisnya ingin menghancurkan dirinya beserta keluarganya."Tanda tangani kertas ini sekarang," perintah Danu sambil menyodorkan map hijau di tangannya."Apa itu?" tanya Zain.Danu melirik

  • Dikira Babu Ternyata Ratu    46. Misyka Meninggal

    Salsa tak ingin peduli dengan apapun yang terjadi pada Misyka yang kini sudah dibawa ke rumah sakit oleh pihak hotel setempat. Tetapi bayangan bayi dalam perut perempuan itu terbayang-bayang dalam benak Salsa.Jika terjadi apa-apa dengan Misyka, bagaimana dengan nasib bayi itu. Bunda dari Naura itu berjalan bolak-balik tak tenang dalam kamarnya.Waktu sudah larut, Naura sudah tertidur lelap, tapi Zein belum juga pulang. Bukannya mengkhawatirkan Zain yang belum ada kabar, Salsa justru mengkhawatirkan keadaan Misyka dan bayinya. Hatinya merasa bersalah karena dialah yang menyebabkan semua itu terjadi.Tak bisa tenang, akhirnya Salsa memutuskan untuk menyusul Misyka ke rumah sakit. Dia meminta bantuan pada anak buah Santos untuk menjaga Naura. Beruntung salah satu dari orang kepercayaan Santos itu ada yang seorang wanita, sehingga Salsa mengizinkan penjaga wanita itu untuk masuk ke dalam kamar di mana Naura tengah tidur lelap.Diantar oleh anak buah Santos yang satunya lagi, Salsa menuj

  • Dikira Babu Ternyata Ratu    45. Tragedi

    Pov authorMalam harinya Bu Clara memutuskan untuk bersedia bertemu dengan Salsa, setelah beberapa waktu lalu dirinya melihat foto suaminya dengan perempuan bergandeng mesra di sebuah minimarket, yang dikirim oleh Salsa.Derap langkah high heels istri dari pengacara Aldo itu menggema di lobby hotel tempat Salsa menginap, lalu menghubungi Salsa."Saya sudah di lobby Anda di mana?" ucapnya melalui ponsel."Baik, tunggu sebentar. Saya segera turun," sahut Salsa.Bergegas Ibu dari Naura itu memakai hijab instannya. Sebelumnya iya meyakinkan Naura terlebih dahulu untuk tetap di kamarnya selama ia belum kembali. Naura pun mengiyakan. di samping karena memang dia sudah mengantuk.Agar lebih aman Salsa mengunci kamar hotelnya dari luar. Lalu berjalan menemui Clara di bawah, tak lupa masker penutup wajahnya ia kenakan."Halo, Bu Clara." Salsa langsung menyapa saat melihat wanita persis seperti di foto profil nomor yang baru saja menghubunginya.Wanita yang lebih tua dari Salsa itu memicingkan

  • Dikira Babu Ternyata Ratu    44. Bertemu Misyka

    Usai pelepasan, aku masih menempel pada dada bidang suamiku sebagai sandaran. Dan Mas Zein mengelus kepalaku dengan sayang."Mas," panggilku."Hmmm," sahutnya."Bagaimana keadaan Mama Rita sekarang? Semalam mama menemui beberapa orang yang membuat keributan, dan setelah itu aku tidak tahu apa yang terjadi. Aku membawa Naura pergi dan meninggalkan mama begitu saja." Aku mengencangkan pelukan pada Mas Zein sekedar menghilangkan rasa bersalah yang menghinggapi."Mas sedang berusaha mencari tahu, Sayang. Tenanglah, berdoa saja semoga Mama tidak kenapa-kenapa.""Kita lapor polisi saja Mas, supaya mama segera ditemukan.""Tidak semudah itu, Sayang. Kita harus menunggu 24 jam terlebih dahulu baru laporannya akan diterima. Bima dan orang-orangnya sudah mengetahui di mana Mama berada. Tinggal menunggu waktu yang tepat, Mas akan menjemput mama. Kamu tenang dan jangan banyak pikiran, ya.""Benarkah? Alhamdulillah kalau begitu. Memangnya apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa mereka membawa mama?"Ak

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status