Suara hening itu membuat Reyhan secara sepihak memutus panggilan.
Kali ini dia hanya ingin fokus untuk kesembuhan putrinya dan pernikahan kontraknya dengan wanita dewasa bernama Elaine.
Setelah tetangganya pergi, Reyhan melihat ke arah putrinya yang penakut di atas ranjang pasien.
Dia lalu tersenyum, berjalan mendekat dan mengusap kepalanya yang kecil dengan lembut sambil berkata, “Papa pasti akan berusaha menyembuhkanku kan?”
Tubuhnya yang mungil dan kurus sudah tidak kejang-kejang lagi sekarang, dokter telah menyuntikkan obat padanya, namun suhu tubuhnya yang panas masih belum juga turun.
“Papa, aku di sekolah tadi sangat patuh dan tidak ribut.”
Saat ini, gadis kecil itu langsung masuk ke dalam pelukan Reyhan dan mulai menangis, kemudian berkata dengan pelan, “Papa … Papa …”
Ketika Reyhan mendengar tangisan putrinya, hatinya hancur dan matanya memerah. Dia berjanji dengan uang yang Elaine berikan, dia akan memberikan kehidupan yang layak untuk putrinya, tidak akan membiarkannya menderita lagi.
Dua hari kemudian, Reyhan dan Elaine telah menikah secara sah di kantor agama. Tidak ada yang tahu, walinya pun adalah orang-orang yang dibayar oleh Elaine. Kini mereka sudah menjadi pasangan yang sah secara agama.
Elaine tidak ingin menunda waktu dan langsung membawa Reyhan pulang ke rumahnya untuk diperkenalkan pada kedua orang tuanya.
Villa milik keluarga Aditama berada di tengah kota, villa ini memiliki tiga lantai yang didekorasi sangat mewah. Halamannya sendiri berukuran sebesar lapangan sepak bola.
Di kota ini, orang yang mampu membeli villa seperti ini, pasti adalah orang yang sangat kaya. Selain kaya, mereka juga harus memiliki status yang cukup tinggi. Jelas keluarga Elaine juga adalah keluarga yang kaya raya.
Mobil sport yang dikemudikan oleh Elaine semakin mendekat, Elaine memilih menyetir mobilnya sendiri karena mengira Reyhan tidak bisa membawa mobil sport. Dia justru berniat untuk mengajari Reyhan perlahan-lahan nanti.
Yang Elaine tidak tahu bahwa, mobil sport milik Reyhan di mansion keluarga Sunarya tentu saja tidak bisa dihitung dengan jari, bahkan mobil yang sama dengan yang dibawa Elaine saat ini hanyalah barang rongsokan di rumahnya.
“Nona Elaine, tidakkah kita perlu membeli oleh-oleh untuk keluargamu? Ini adalah pertama kalinya aku berkunjung, aku rasa tidak mungkin datang dengan tangan kosong.”
Mobil sudah tiba, Elaine langsung berkata, “Sudah terlambat, lagipula keluargaku tidak membutuhkan apapun.”
“Oh.” Reyhan mengangguk, membuka pintu dan keluar dari dalam mobil.
Ayah Elaine bernama Albert, pria keturunan Belanda yang dinikahi nona besar keluarga Aditama yang tidak lain merupakan ibu kandung Elaine.
Albert berusia 50 tahun, dia sedang minum teh di teras dengan pakaian kasualnya. Ketika melihat putrinya datang, dia tersenyum dan mengangguk dengan senang.
Namun, Diana-ibu Elaine sedikit kaget melihat sosok pria yang berjalan di belakang putrinya, kelihatannya dia bukan pengawal yang disewa Elaine.
Kedua orang tua itu sepenuhnya mengabaikan keberadaan Reyhan, seolah Reyhan tidak memiliki kesempatan untuk memperkenalkan diri.
“Elaine, karena kamu sudah pulang, mama sudah menyuruh pelayan untuk menyiapkan hidangan favoritmu. Tuan William juga sudah dalam perjalanan ke sini, dia baru pulang dari luar negeri. Kalian sudah lama tidak bertemu.”
“Tuan Wiiliam, untuk apa dia ke sini?” Wajah Elaine menjadi dingin, matanya langsung melotot tajam.
"Tentu saja, papa yang mengundangnya langsung ke sini," ucap Albert sambil menghirup tehnya tanpa melihat ke anak perempuannya sama sekali.
Elaine mengepalkan tangannya. Ego ayahnya telah membuat dirinya terpasung pada perjodohan bodoh!
“Papa, kamu selalu ingin mengontrol pernikahanku kan? Apakah anak gadismu ini pantas bersanding dengan pria yang seumuran dengan ayahnya?”
Albert menegang, tak pernah sebelumnya putrinya ini meninggikan suaranya.
“Aku sudah punya pilihan sendiri, aku sudah menikah. Perkenalkan suamiku, Reyhan Adipati Sunarya!”
Menikah?!
Diana dan Albert seketika berdiri. Mata keduanya nyalang menatap putri mereka yang tiba-tiba membawa kabar begitu mengejutkan.
Namun, ekspresi Albert sempat mengendur kala mendengar nama Sunarya. Pikirannya bergerak cepat, apakah Sunarya keluarga super kaya itu?!
Tapi ketika ia menatap Reyhan dari ujung rambut sampai ujung kepala, ia segera menepis segala pikiran-pikiran yang dianggapnya bodoh dan tak masuk akal itu.
Sementara Reyhan yang telah disebut namanya, buru-buru melangkah maju untuk memperkenalkan diri, “Om, Tante, perkenalkan Reyhan.”
Tangan Reyhan terulur ke depan, namun...
Plak!
Tangan Reyhan dihempaskan begitu saja oleh Albert yang kadung marah pada putrinya.
Elaine lantas memecah suasana dan berkata lagi, “Reyhan, jangan panggil mereka om dan tante, panggil saja papa dan mama, kamu adalah suamiku, mulai saat ini kedua orang tuaku adalah orang tuamu juga. Bukan begitu, Pa, Ma?”
“Baik, aku mengerti,” ujar Reyhan.
Albert dan Diana sudah tidak bisa diam lagi, wajah mereka sudah membiru. Pada dasarnya mereka juga tidak ingin memaksa Elaine untuk menikahi pria tua, tapi melihat suami yang dipilih putrinya, mereka seperti ingin mati hari ini.
Dilihat dari sudut manapun, di mata mereka Reyhan sangat tidak pantas dengan putrinya. Tidak ada barang bermerek di tubuhnya, sudah jelas pria ini tidak berasal dari lingkungan mereka, apalagi memiliki perusahaan.
“Pa, Ma, maaf pernikahan kami begitu mendadak.” Reyhan berusaha memainkan perannya.
“Kamu … kamu memanggil kami apa? Apa aku tidak salah dengar?" Albert masih tidak bisa menerima kejadian di depannya ini.
“Aku adalah suami Elaine dan menantu laki-laki kalian, tentu saja aku harus memanggil kalian papa dan mama. Aku juga tidak boleh memanggil om dan tante, jika tidak, Elaine akan marah padaku.”
Wajah kedua orang tua itu langsung memerah menahan malu. Seketika, Albert sudah mengepalkan tinjunya.
Elaine yang berada di samping sangat senang melihat akting Reyhan, dia tidak menyangka pria yang dinikahinya sangat pintar membaca situasi.
Tubuh Albert dan Diana gemetar karena marah, mereka menggertakkan gigi, darimanakah putrinya menemukan orang bodoh seperti ini, ini gila dan tidak bisa dibiarkan!
“Elaine!” Albert adalah orang yang pertama bereaksi, suaranya meledak seperti bom, “Apakah ini menarik? Apakah pernikahan adalah sesuatu yang bisa kamu permainkan? Siapa sebenarnya pria yang kamu pungut ini?”
Mendengar ini, Elaine lalu berdehem dengan serius, “Pa, Ma, aku dan Reyhan sudah berpacaran selama 3 tahun dan memutuskan untuk menikah di kantor agama. Kami sama seperti pasangan pada umumnya, saling mencintai dan menikah, apa itu salah?”
"Salah?! Tentu saja salah Elaine! Bagaimana bisa kamu sekonyong-konyong berbuat sembrono seperti itu?!" Diana tak bisa lagi menyembunyikan rasa frustasinya.
Elaine hanya menarik nafas panjang, lalu menatap kedua orang tuanya dengan serius.
“Pokoknya mulai sekarang, dia adalah menantu kalian dan kita adalah satu keluarga.”
“Elaine! Jangan bercanda kamu!” Albert langsung berteriak marah, “Jangan berbohong pada orang tua, bahkan jika kamu tidak ingin dijodohkan, kamu juga tidak boleh berbohong dengan cara ini. Pria ini, dia bahkan tidak layak bersanding denganmu!”
“Tidak percaya?” Elaine berbalik dan melihat Reyhan, “Suamiku, bisakah kamu menunjukkan pada mereka?”
Reyhan dengan cepat mengangguk dan mengeluarkan akta nikah dari dari sakunya, “Pa, Ma, ini adalah akta nikahku dan Elaine, kalian lihatlah!”Sambil berbicara, Reyhan menyerahkan surat nikah itu ke tangan Albert.Pria paruh baya itu membuka akta nikah yang diberikan Reyhan dan melihat sekilas. Telapak tangannya sedikit gemetar dan jantungnya seperti langsung tenggelam ke dasar jurang, dia bisa melihat bahwa akta nikah ini adalah nyata.“Ini … ini …” Diana tercengang tidak percaya. Putri mereka benar-benar sudah menikah dengan pria ini, bisa dikatakan nasi sudah menjadi bubur.“Brengsek!” Albert membanting surat nikah di tangannya ke atas lantai, dengan urat biru yang menonjol di dahinya, “Elaine, semua yang kamu lakukan ini omong kosong, tidak masuk akal! Kamu menikah dengan si sampah ini, bagaimana dengan Tuan William? Bagaimana dengan bisnis keluarga kita? Dia sudah dalam perjalanan datang dan akan segera tiba.”Pernikahan palsu dengan Reyhan ini pada awalnya dimaksudkan untuk menola
Reyhan sepenuhnya mengabaikan pesan itu, tekadnya sudah bulat untuk tidak kembali pada keluarga Sunarya selama ibu tirinya itu masih ada di sana. Kali ini fokusnya hanya pada masalah yang kini terjadi di depan, pernikahan kontrak yang ia setujui dengan Elaine seolah boomerang untuknya. Sejak tadi otak William berdengung, dia kemudian sekali lagi bertanya, “Tuan, siapakah kamu?” “Dia adalah suamiku.” Elaine melirik Reyhan dan meraih lengan pria itu, “Tuan William, apakah anda ingin mengucapkan selamat atas pernikahan kami?” “Kalau begitu, aku harus mengucapkan terima kasih padamu.” “Menikah? Ucapan?” Ekspresi William tiba-tiba berubah, seolah teringat sesuatu, dia tiba-tiba menoleh dan matanya sudah menunjukkan kemarahan, “Paman Albert, Bibi Diana, apa maksudnya ini?” “Tuan William, bukan …” Wajah Albert memucat dan dia nyaris tidak bisa tersenyum. “Jangan salah paham, Tuan William. Elaine menikah di luar negeri tanpa sepengetahuan kami, kamu baru saja tahu masalah ini.” Ketika A
“Tuan muda, uang dalam kartu itu cukup untuk membayar uang yang diberikan nona Elaine padamu. Juga cukup untuk membayar hutang keluarga mereka pada William.” Reyhan sangat terkejut, dia tidak pernah berpikir ada hari di mana dia akan bergantung pada keluarga Sunarya lagi. “Sekarang semua saham perusahaan sudah berada di bawah nama anda, besok anda sudah boleh pergi ke perusahaan untuk mengambil alih perusahaan.” “Rencananya lusa, tuan besar akan pergi ke German untuk menghabiskan masa tuanya. Makanya sebelum beliau pergi, anda sudah harus menandatangi hak waris kekayaan Sunarya Group.” Reyhan tidak berani percaya, ayahnya yang dulu bahkan tidak meliriknya ketika masalah 6 tahun silam terjadi, ternyata telah menginvestasikan banyak kekayaan untuknya. Setelah itu, Farzan berbalik pergi tanpa memberikan kesempatan pada Reyhan untuk berbicara. Setelah kepergian Farzan, Reyhan masih terpaku di tempat. Dia tidak tahu apakah dia boleh menerima semua uang dari keluarga Sunarya? Namun di
Wanita yang disebut ibu tadi pun menghampiri dan berkata, “Anakku, apa dia ini temanmu?”Gadis itu menganggukkan kepala, “Ya, dia teman semejaku, tapi nilai dia jauh lebih bagus dariku, wajahnya jauh lebih cantik, guru dan teman-temanku sangat menyukainya.”Rasa cemburu dibalik wajah gadis ini terlihat sangat jelas.Wanita itu melihat Kaesha sekilas, setelah itu tertawa sinis sambil menggendong anaknya, “Ada beberapa orang yang memang terlahir lebih baik, tapi juga ada seseorang yang berusaha sekeras apapun, mereka tetap hanya bisa hidup di kalangan bawah.”Wanita itu jelas memandang motor butut di depan Reyhan, dia sudah menduga motor itu pasti milik pria ini.Dia kemudian berkata lagi, “Sama seperti temanmu ini, nilainya bagus, bukan? Memangnya kenapa? Apa dia pernah naik BMW?”“Wajahnya cantik, memangnya kenapa? Apa dia pernah makan di restoran yang mahal?”“Dia disukai oleh guru dan teman-temanmu? Memangnya kenapa? Orang miskin tetaplah orang miskin.”“Jadi, ada beberapa orang di
Wanita reseptionis ini sedikit bingung, beli mobil? Benarkah? Apa dia merupakan pria kaya tersembunyi seperti yang sering dia baca dalam novel?Jangan-jangan memang benar seperti itu?Namun, pemikiran seperti ini, muncul sekejap di dalam kepalanya. Setelah itu dia tertawa, “Jangan macam-macam, orang yang pakaiannya tidak lebih dari 500 ribu, mana mungkin sanggup membeli mobil di sini.”“Kalau begitu, kamu tunggu saja karyawan magang. Mereka akan melayanimu dengan baik, sedangkan aku adalah staf senior, tidak layak melayani orang sepertimu.”Setelah bicara, wanita ini kembali mengangkat cermin kecil dan mendandani dirinya. Bekerja di klub mobil mewah, dia harus merias wajahnya sebaik mungkin. Kalau saja ada orang kaya yang menyukainya, maka dia bisa langsung terbang setinggi-tingginya.Satu orang wanita yang berpakaian sama dengan reseptionis itu datang, terlihat dari pakaiannya dia juga merupakan staf di klub ini.Wanita itu pun berkata, “Barusan, manager kita mendapatkan telepon, kat
Dia buru-buru turun setelah dihubungi oleh Farzan, salah satu temannya yang kini tengah mengabdikan diri sebagai pengacara di keluarga Sunarya.Tapi tak disangka orang yang paling dipentingkan oleh Farzan adalah pria muda yang biasa saja.“Apakah kita bisa melihat mobilnya sekarang?” Seperti biasanya, Reyhan malas berbasa-basi atau hanya berdiri membiarkan orang lain memandang jijik padanya.Walaupun manager tidak percaya, tapi wajah tampan pria di depannya ini sangat mirip dengan tuan besar Sunarya. Ditambah lagi tidak ada orang lain di tempat ini membuat rasa percayanya semakin meningkat.“Tuan muda, mari aku antar masuk untuk melihat mobil mana yang sesuai dengan kriteria anda.” Manager itu seketika menjadi sangat hormat dengan Reyhan.Dua orang staf wanita tadi juga melihat ini sangat terkejut dan kebingungan.Manager yang sehari-harinya sangat tegas, kenapa tiba-tiba berubah menjadi sesopan ini dengan pria yang baru saja mereka remehkan. Bahkan manager mereka nampak merendahkan d
Dengan sombong anak itu memandang Kaesha yang berdiri tidak jauh darinya, “Mamaku bilang, Kaesha adalah orang miskin, jadi kalian lebih baik jangan bermain dengan orang miskin. Kalian seharusnya main saja denganku.”Mendengar itu, semua teman-temannya mulai membahasnya, “Apa? Kaesha adalah orang miskin? Bagaimana bisa orang miskin bersekolah di sini?”“Kaesha, kamu sangat cantik, tapi sayangnya kamu adalah orang miskin. Aku jadi bingung apakah kita masih harus bermain dengannya atau tidak?”Mendengar bullyan teman-teman, gadis kecil itu merasa bangga.Tiba-tiba mobil milik keluarganya sudah masuk ke halaman, gadis kecil itu langsung berteriak, “Mamaku sudah datang, lihat mobil yang ia bawa!”Ibunya memarkir mobil, lalu turun untuk menghampiri anaknya. Tapi ketika dia berjalan, langsung saja sebuah mobil Rolls Royce melaju di sampingnya. Tatapan wanita itu penuh dengan rasa kaget.Dengan harga mobil itu, bahkan mobil BMW miliknya hanyalah barang rongsokan dan tidak ada harganya.Dia ju
“Elaine, Kaesha akan mengikutimu, ayo pesan!” Reyhan menyadarkannya dari keterkejutan.“Oh, i … iya! Kaesha, bagaimana kalau kita makan pasta, aku dengar pasta di sini sangat enak.” Elaine menambahkan.“Oh, pasta? Bukankah itu semacam mie?” tanya Kaesha penasaran, “Teman-temanku sering membawanya ke sekolah, tapi aku …” Dia tidak melanjutkan ucapannya.Reyhan kemudian berkata, “Besok, kamu akan membawa semua makanan yang kamu suka ke sekolah. Papa akan menyewa koki terbaik untuk memasak di rumah.”“Waah, benarkah?” Kaesha begitu gembira mendengar ini, tanpa pernah berpikir darimana ayahnya mendapatkan uang.Sedangkan Elaine kembali terperangah, baginya pria ini terlalu boros ketika memiliki uang. Dia justru ingin Reyhan menggunakan uang pemberiannya untuk modal usaha.Lalu, “Rey, apa ini tidak keterlaluan? Kalian hanya tinggal berdua, apa perlu sampai menyewa koki?” tanya Elaine.“Tidak apa-apa, paling untuk sehari dua hari.” Reyhan tersenyum.“Ngomong-ngomong, bagaimana keadaan perus