Share

133.

last update Last Updated: 2025-06-17 11:39:11

“Bi, Mama sama Dio mana?” Tanya Galih pada Bi Ani, sambil celingukan mencari ibu dan adiknya.

“Lho? Kapan mereka datang, Tuan? Bibi gak liat,” Jawab Bi Ani, ia memang belum bertemu dengan Renita dan Dio hari ini.

Dengan cepat Galih keluar dari rumah menuju garasi mobil. la menatap garasi yang kini sudah tak ada mobil adiknya itu. Seketika Galih mengembuskan napas lega.

“Akhirnya pergi juga si pemain wanita itu!” gumam Galih, mengelus dadanya, merasa lega dengan Kepulangan adiknya.

Bukan benci pada Dio, hanya saja Galih kurang suka dengan sikap adiknya yang bisa di bilang sebagai seorang 'pro player'.

°°°

Pukul, 07.00 wib,

Galih sudah berpakaian rapi akan bersiap-siap untuk ke kedai. Beberapa hari ini ia sibuk ke cafe hingga jarang ke kedai-nya.

“Sayang, mau ikut Mas ke kedai gak?” tawar Galih.

Aisyah mengerutkan kening, “Tumben, ajak aku, Mas.” Jawabnya, sebelumnya memang ia tak pernah di ajak oleh Galih untuk ke kedai.

“Ya... Siapa tau sayang bosen di rumah terus, makanya mas ajakin
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Acmad Masduqi
bulet bulet
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    181.

    “Halo Dio, ada apalagi? Mama gak kuat liat Papamu lama-lama,” Ucap Renita masih dengan suara parau. [Maa... Papa, Ma...] “Iya, Mama sudah memaafkannya Dio. Bilang sama Papamu, Mama sudah memaafkannya!” Ujar Renita dengan dada yang sesak. [Maa... Papa pergi, Ma. Papa pergi...] “Pergi? Pergi ke mana maksud kamu Dio?” Tanya Renita, jantungnya seketika berdebar-debar. [Papa pergi meninggalkan kita untuk selamanya, Ma...] Deg! Tubuh Renita seketika lemas. “Ka-Kamu gak bohong kan Dio?” Tanyanya dengan suara bergetar. [Enggak, Ma. Ini Dio lagi di RS, tadi abis nelpon Mama, Papa langsung drop, pas perjalanan ke RS kondisi Papa makin lemah, dokter barusan bilang kalau Papa udah gak ada, Ma...] [Dio bingung, Ma. Ini jenazah Papa mau dimakamkan di mana?] “INNALILAHI WAINNAILAIHI RAJI'UN... Bawa ke sini Dio. Makamkan di sini saja!” Jawab Renita tanpa banyak pikir. [Jenazah Papa di bawa pulang ke rumah?] “Iya, rumah itu akan menjadi milikmu kelak, dan kamu berhak membawa Papamu ke sana

  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    180.

    Beberapa bulan berlalu sejak hasil tes DNA itu keluar, hubungan Dio dan Renita tetap baik-baik saja, bahkan di katakan jauh lebih baik dari sebelumnya. Renita sama sekali tak mengurangi kasih sayangnya, hanya saja terkadang Dio sendiri yang merasa sungkan karena merasa tak pantas mendapatkan semua kasih sayang dari Renita. Terasa berat untuk menerima kenyataan ini bagi Renita. Namun, ia sudah ikhlas. la yakin bahwa apa yang di gariskan Tuhan dalam hidupnya tidak akan pernah salah. Setelah hasil tes DNA itu keluar, Dio juga akhirnya meminta Wijaya untuk mengatakan dimana letak pemakaman anak kandung Renita yang sebenarnya. Ternyata Wijaya memakamkan anaknya di dekat makam keluarganya. Renita dan yang lainnya pun langsung mendatangi makam itu. Meskipun makam bayi, ternyata Wijaya memberikan tempat yang istimewa, bahkan di tata dan di rawat selayaknya makam orang dewasa. Renita juga tak bisa menyalahkan Wijaya sepenuhnya, lagi-lagi ia berusaha ikhlas dalam menerima takdir dalam hidu

  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    179.

    “Bisa langsung to the point saja gak sih, Bang?!” Pinta Dio jengah, lelah membuatnya enggan banyak bertanya. “Nunggu Mama dulu. Sebentar lagi Mama turun,” Jawab Galih. Dio menghela napas panjang, ia pun beristirahat sambil menunggu Ibunya turun. Beberapa menit kemudian, Renita akhirnya turun juga dan langsung menyapa putranya yang baru saja datang. “Bagaimana perjalananmu, Dio? Macet gak?” Tanya Renita sambil berjalan menghampiri kedua putranya. “Gak kok, Ma. Buktinya Dio bisa sampai sini tepat waktu,” Jawab Dio. la memang berangkat tengah malam agar pagi-pagi sudah sampai di rumah. Tak mau membuang waktu, Renita pun akhirnya menjelaskan maksudnya kenapa meminta Dio pulang kali ini. la menceritakan semua kronologinya mulai dari cerita Wijaya yang tak di percaya oleh Renita itu. “Jadi Papa bilang aku bukan anak kandung Mama?” Ulang Dio, memastikan bahwa kabar yang baru di dengar itu tidak salah. Renita mengangguk. “Itu hanya ucapan Papa kamu aja, Dio. Nyatanya Mama mengandung

  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    178.

    Galih masih tercengang setelah mendengar cerita Renita, “Jadi sebenernya yang ngejar itu Tante Indri? Bukan papa?” Tanya Galih memastikan. “Halah sama saja! Papa kamu aja yang bodoh! Sudah Mama peringatkan sejak dulu, masih aja bisa ketipu sama si janda itu. Entah apa yang di lakukan si janda itu sampai papamu akhirnya tergoda. Dasarnya bajingan ketemu wanita bajingan ya begitu.” Ungkap Renita, berusaha menahan kesal dalam dada, ia sudah berusaha untuk mengikhlaskan semuanya. “Ma...” Panggil Galih pelan, merasa sangat iba, ia menatap Ibunya dengan raut wajah yang sendu. “Mama gak apa-apa, Nak. Mama sudah ikhlas, sekarang biarkan Papamu menikmati hasil dari apa yang lakukan. Mama juga gak akan balas dendam pada mereka. Biarkan karma berjalan sesuai dengan ketentuan Tuhan. Mama sudah cukup puas dengan mengalihkan semua aset dan berpisah dari lelaki itu.” Ujar Renita seraya menyunggingkan senyum. Senyum yang menutupi segala kesakitannya. “Mama hebat! Galih sangat bangga sama Mama!” U

  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    177.

    Indri mendadak berdiri dari kursinya, wajahnya memerah dengan amarah bercampur kepanikan. “Ini pasti salah, Dokter! Anda pasti salah memeriksa,” Ujar Indri dengan suara gemetar. Masih tak bisa menerima. Tanpa menunggu jawaban dari dokter, Indri menoleh ke arah Rian yang tampak bingung dan cemas. “Ayo, kita pulang saja, Rian! Tidak ada gunanya periksa di sini!” Indri segera melangkah keluar ruangan dengan terburu-buru, air mata mulai mengalir di pipinya. Hati Indri begitu kalut, tak sanggup menerima kenyataan pahit yang baru saja ia dengarkan. Sementara itu, Rian masih duduk terpaku, mencoba memahami situasi yang baru saja terjadi. Dengan berat hati, ia menatap ke dokter dengan serius. “Dok, saya mohon, tolong jelaskan bagaimana cara penyembuhan penyakit ini? Apa yang harus kami lakukan?” Tanya Rian dengan nada penuh harap. Dokter menghela napas sejenak lalu menjelaskan dengan tenang bahwa HIV memang belum bisa di sembuhkan sepenuhnya, tetapi dengan pengobatan yang tepat, pasien

  • Dikira Preman Suamiku Ternyata Sultan    176.

    Sebelum menemui istrinya di balkon kamar, Galih lebih dulu masuk ke kamar Ibunya. Ternyata Renita sudah tertidur pulas, wanita itu terlihat pucat, tak seperti biasanya. Galih menghampiri dan berdiri di samping ranjang, ‘Ma, lekas sehat ya, besok Mama harus melakukan tes!! Galih gak akan maafin Papa kalau sampai Mama tertular penyakit itu!’ Batin Galih. Ia tak akan bisa memaafkan perbuatan Wijaya yang berimbas hal fatal seperti ini. Galih kemudian membetulkan selimut Renita, kemudian mengecup kening Ibunya dengan penuh kasih sayang. Ia pun keluar dan menutup pintu dengan hati-hati. “Mama sudah tidur ya, Mas?” Tanya Aisyah. Mereka kini berada di balkon kamarnya yang ada di lantai atas. Galih mengangguk, “Iya, Sayang...” Jawabnya lembut. “Syukurlah, kasian Mama, Mas... Sepertinya Mama lagi banyak pikiran sampai akhirnya drop seperti itu,” Ujar Aisyah merasa iba pada Ibu mertuanya. “Mama masih sering nangis gak, sayang?” Tanya Galih, penasaran. Ingin tahu apa saja yang di lakukan I

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status