Home / Fantasi / Dilahirkan Kembali sebagai Anak Musuh / Bab 7. Codex Magravillensis

Share

Bab 7. Codex Magravillensis

Author: QeeA.
last update Last Updated: 2025-07-29 19:30:33

“Sejarah… Magraville… Velmoria…”

Tanpa memedulikan gaunnya yang masih berlumuran lumpur, Helena berlari melintasi lorong-lorong perpustakaan Velmoria. Jejak kaki kotor tertinggal di lantai marmer.

“Kalau saja sihir masih ada di Velmoria, mungkin akan menjadi dorongan yang kuat.”

Ucapan Noel berputar lagi di kepalanya. Velmoria telah membuang sejarah sihir dari buku-buku pelajaran sejak puluhan tahun lalu. Tapi Helena percaya, selalu ada celah dalam sejarah yang bisa membawanya menemukan petunjuk.

Ia menapaki rak bagian timur yang jarang dijamah. Katalog energi dan aliran fluida dari zaman kuno tak banyak tersedia, tapi ia terus mencari, prinsip pompa militer, mekanika air, bahkan catatan irigasi dari zaman perang.

“Kenapa hampir tak ada yang membahas sihir,” gumamnya frustrasi.

Helena menarik napas panjang, menutup buku yang baru saja ia baca, lalu menunduk menelusuri rak paling bawah. Jari-jarinya menyusuri punggung-punggung buku tua, hingga ia berhenti di satu titik.

Satu buku tanpa judul. Kulitnya hitam kusam, seperti sudah lama terbakar. Tidak ada penanda, tak ada nomor, hanya simbol samar di tengahnya lingkaran dengan lima cabang seperti akar. Tersembunyi di celah sempit antara dua volume buku.

Helena menarik buku itu perlahan.

Klak.

Rak di depannya bergeser ke dalam, menyisakan celah sempit yang tak pernah ia lihat sebelumnya.

Helena tersentak mundur. "Apa ini?"

Ia mengintip sekilas ke dalam, tak ada siapa pun.

Beberapa detik ia terpaku. Kakinya enggan bergerak, pikirannya menyuruh masuk, tapi firasatnya berkata sebaliknya. Namun, rasa penasaran perlahan mengalahkan rasa takut. Ia mengepalkan tangan dan melangkah maju.

Dengan menunduk, ia menyelinap masuk. Di balik rak, terbentang lorong sempit, dindingnya tersusun dari batu tua yang kasar dan lembap. Udara di dalam begitu dingin menusuk, menguar bau tanah basah dan debu, seperti tempat yang telah lama ditinggalkan.

Helena menelan ludah. Jantungnya berdebar cepat, seolah memperingatkan agar ia mundur.

“Aku yakin ada sesuatu di dalam,” bisiknya, mencoba meyakinkan diri sendiri.

Di ujung lorong itu berdiri pintu besi, dihiasi ukiran lambang keluarga Magraville.

“Vault keluarga? Apa yang dilakukan tempat seperti ini di balik perpustakaan?”

Tak ada gagang dan kunci. Tapi saat Helena mendekat, liontin kecil yang tergantung di lehernya, bersinar samar.

Grakkk...

Pintu terbuka sendiri, lambat, berat, seperti enggan membiarkan siapa pun masuk.

Helena melangkah masuk. Ruangan di dalamnya gelap, hanya diterangi cahaya dari kristal kecil di dinding. Di tengah ruangan itu, di atas meja batu rendah, tergeletak satu buku besar.

Ia duduk perlahan, jari-jarinya menyentuh sampul buku itu. Saat itu juga, halaman pertama terbuka dengan sendirinya.

“Jika kau mencari air, carilah tempat yang pernah dibasuh dosa.”

Helena mengerutkan kening.

Halaman berikutnya terbuka, sebuah peta tua. Ada tanda merah kecil di tengah hutan jauh di selatan Caerwyn. Tapi nama desa di sana sudah dicoret dan diburamkan.

Helena membisik, “Desa apa ini?”

Helena dengan cepat merobek halaman itu, namun tiba-tiba, satu halaman lain terbuka dengan sendirinya

“Magraville adalah pewaris kekuasaan. Tapi tidak semua warisan layak dijaga.”

Buku itu tertutup dengan sendirinya. Ia mencoba membalik-balik halamannya, tapi semuanya kosong.

Helena menatap peta dengan bingung. “Dosa? Desa yang dihancurkan? Sumber air? Apa maksudnya semua ini?”

Helena melangkah keluar dari Vault sambil menggenggam erat peta yang berhasil ia sobek dari buku tadi. Napasnya belum stabil, pikirannya masih diliputi banyak pertanyaan.

Tiba-tiba langkahnya terhenti.

Dari lorong panjang di luar, ia mendengar suara langkah kaki, diiringi suara hak sepatu yang familiar.

Suara wanita menyusul tak lama kemudian.

“Pastikan tak ada yang masuk ke tempat ini, Theo mulai mencium bau busuk keluarga kita. Aku tak ingin dia melihat satu pun dari catatan tua itu.”

Helena tersentak dan buru-buru berbalik, kembali masuk dan bersembunyi di balik batu besar di sudut ruangan. Nafasnya ditahan, tubuhnya menempel ke dinding batu dingin.

Dari balik celah, ia melihat sesosok wanita yang ia kenal muncul.

Cassandra.

Ia berdiri di tengah ruangan, matanya melihat sekitar. Di belakangnya, dua penjaga berdiri berjaga di pintu lorong.

“Tempat ini harus segera disegel. Vault ini peninggalan lama, dan terlalu banyak menyimpan jejak kegelapan yang bisa jadi senjata balik. Jika Elvanor sampai menemukan ini, reputasi Eldros bisa hancur.”

Salah satu penjaga bicara, “Kami sudah memeriksa seluruh rak. Peta dan strategi Eldros sudah kami amankan, sesuai arahan terakhir.”

Cassandra mengangguk, menatap rak-rak tua yang penuh debu. “Pastikan semuanya dikirim ke tempat yang sudah disepakati. Kita tak bisa membiarkan bagian manapun jatuh ke tangan yang salah, terutama mereka yang gemar ‘menyelidik’ tanpa izin.”

Cassandra mendekati meja batu tempat buku Helena tadi berada. Ia membuka sampulnya dengan satu tangan.

“Biarkan buku kosong ini disini, agar Theo merasa dibodohi jika menemukan tempat ini.”

Ia menutup buku itu kasar dan berbalik.

“Singkirkan sisa-sisa artefak. Lalu kunci kembali pintu masuknya. Tempat ini akan jadi legenda kosong.”

Langkah Cassandra menjauh, suara sepatunya kembali menggema di lorong. Helena menahan napasnya, menanti hingga suara itu benar-benar hilang.

Helena menunggu beberapa menit sebelum perlahan keluar dari balik batu, matanya masih menatap pintu lorong dengan waspada. Ia hendak berjalan keluar, namun langkahnya terhenti ketika melihat buku yang tertinggal di atas batu.

“Buku ini terlihat tidak berguna, tetapi yang tak berguna sering kali menjadi kunci terakhir,”

Helena mengambil buku itu, lalu berjalan menuju pintu keluar. Saat rak batu perlahan kembali bergeser dan menutup lorong di belakangnya, Helena berdiri sendirian di tengah perpustakaan. Cassandra dan para penjaga sudah tak terlihat lagi.

Helena kembali ke ruang baca utama perpustakaan. Ia duduk di meja panjang di sudut ruangan, membuka beberapa buku tebal satu per satu mencari informasi tentang daerah desa, sejarah wilayah Velmoria, hingga geografi lama.

Di sampingnya, potongan peta tua dari Vault terbentang. Ia mencocokkannya dengan peta-peta dalam buku.

Hingga akhirnya, ia menemukan kecocokan.

Satu nama muncul.

Desa Lysteria.

Helena segera mengetik cepat di mesin katalog tua perpustakaan, matanya fokus mencari semua arsip dan catatan yang berhubungan dengan nama itu.

Helena menarik napas dalam-dalam, mulai membaca cepat.

“Lysteria dihancurkan oleh pasukan gabungan Elvanor dan Eldros karena dituduh menjalin aliansi rahasia dengan kekuatan asing. Ada laporan tentang ‘pemberontakan sunyi’, penyelundupan senjata, bahkan penggunaan sihir terlarang.”

Namun semakin ia membaca, semakin janggal semuanya terasa.

Catatan saksi mata semuanya dari pihak militer. Tak ada catatan dari warga, tak ada pengadilan, tak ada penyelidikan resmi. Bahkan, tidak ada satu pun bukti nyata bahwa desa itu pernah mengkhianati siapa pun, semua hanya berdasarkan kecurigaan kuat.

Helena mencengkeram ujung meja.

“Fitnah?”

Ia kembali menatap peta. Titik merah berada di kaki perbukitan kuno tak jauh dari Caerwyn, tempatnya gagal menyalurkan air kemarin.

Helena kembali menelusuri naskah-naskah sejarah tentang Lysteria.

"Sebelum tragedi, Lysteria dikenal karena kualitas airnya yang menyembuhkan. Namun, setelah kehancuran, tidak ada sisa mata air yang berhasil ditemukan."

Helena bersandar di kursinya. Ia masih memegang potongan peta itu, meraba garis-garis yang memudar, mencoba menemukan makna yang tersembunyi.

“Apa yang sebenarnya dilakukan keluarga Magraville?”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dilahirkan Kembali sebagai Anak Musuh   Bab 7. Codex Magravillensis

    “Sejarah… Magraville… Velmoria…”Tanpa memedulikan gaunnya yang masih berlumuran lumpur, Helena berlari melintasi lorong-lorong perpustakaan Velmoria. Jejak kaki kotor tertinggal di lantai marmer.“Kalau saja sihir masih ada di Velmoria, mungkin akan menjadi dorongan yang kuat.” Ucapan Noel berputar lagi di kepalanya. Velmoria telah membuang sejarah sihir dari buku-buku pelajaran sejak puluhan tahun lalu. Tapi Helena percaya, selalu ada celah dalam sejarah yang bisa membawanya menemukan petunjuk.Ia menapaki rak bagian timur yang jarang dijamah. Katalog energi dan aliran fluida dari zaman kuno tak banyak tersedia, tapi ia terus mencari, prinsip pompa militer, mekanika air, bahkan catatan irigasi dari zaman perang.“Kenapa hampir tak ada yang membahas sihir,” gumamnya frustrasi.Helena menarik napas panjang, menutup buku yang baru saja ia baca, lalu menunduk menelusuri rak pal

  • Dilahirkan Kembali sebagai Anak Musuh   Bab 6. Titik Awal Caerwyn

    Sejak pagi, Helena menyebarkan kabar penting di seluruh desa Caerwyn. Warga mulai berdatangan dengan tatapan penasaran.Seorang ibu tua melangkah maju, menatap Helena dari ujung kepala hingga kaki.“Jadi kau dari istana, ya? Datang untuk memberi bantuan?” tanyanya dengan nada tak ramah.Helena mengangguk dan tersenyum. “Kami membawa pompa yang bisa mengalirkan air dari mata air terdekat. Danau disini akan sejernih Danau Velmoria.”“Danau apa?” sela seorang kakek dari bangku kayu. “Yang penting airnya cukup untuk mencuci celana cucu saya!”Tawa pun pecah di antara sebagian warga. Helena ikut tertawa, meski terdengar canggung.“Kami benar-benar ingin membantu,” ucapnya, berusaha terdengar meyakinkan.Namun, tidak semua warga tertawa. Seorang pemuda kurus melangkah maju dengan perlahan.“Kami sudah terlalu sering mendengar janji seperti itu, Nona. Para bangsawan datang, berkata manis, lalu pulang dengan bersih. Sementara kami tetap hidup dari air keruh dan lumpur.”Ia menunjuk ke arah su

  • Dilahirkan Kembali sebagai Anak Musuh   Bab 5. Aliansi

    “Desa Caerwyn?” Pria bangsawan itu tertawa keras, nyaris menyemburkan anggurnya. “Untuk apa mengurus wilayah miskin seperti itu?”“Saya percaya desa itu punya potensi,” jawab gadis dihadapannya dengan tenang, meski senyumnya terlihat kaku. “Kami merancang alat pemompa agar mata airnya sejernih Danau Velmoria.”“Alat?” ejek pria itu. “Kalau kau pikir air bersih cukup melawan Eldros, kau perlu belajar lebih banyak.”Ia mendekat, tangannya bergerak lancang ke arah pundaknya. “Begini saja, Jadilah istri keduaku. Kudengar Elvanor lebih membutuh dukungan politik.”Plak!Tamparan keras mendarat di pipinya, suaranya menghentikan riuh pesta.“Bangsawan tua sepertimu bahkan tak sadar kalau yang kau lakukan itu pelecehan,” ucap gadis lain yang berdiri di sebelahnya.“Beraninya kau!” teriak pria itu. Ia mendekat, memperhatikan wajah dan pakaian gadis itu. “Kau ini cuma pelayan?!”“Dia baru saja menyentuh majikanku, keturunan langsung keluarga Magraville,” seru pelayan itu lantang, menghiraukan pe

  • Dilahirkan Kembali sebagai Anak Musuh   Bab 4. Alvendra

    Kediaman Utama Keluarga Alvendra tampak seperti menara marmer kokoh yang berdiri sendiri, terpisah dari hiruk-pikuk dunia bangsawan.Tidak ada pesta.Tidak ada gelas anggur beradu.Hanya bisikan strategi, detak pena mencatat keputusan hukum, dan gema langkah para pengabdi keadilan.Di tengah ruangan bundar yang dikelilingi pilar-pilar batu putih, Liora Alvendra, pemimpin keluarga, duduk di kursi tinggi menghadap meja bundar. Gaun hitam membalut tubuh rampingnya dan rambutnya yang digelung rapi. Di sekelilingnya, hakim tua dan pewaris muda tengah terlibat dalam diskusi serius.“Salah satu keputusan komersial dari pihak Eldros baru-baru ini telah melewati batas wewenang. Mereka mengubah struktur pajak tanah bangsawan tanpa pengesahan kerajaan,” ucap Callen, pewaris muda yang cerdas sekaligus tangan kanan Liora.“Ini contoh yang buruk. Jika dibiarkan, Magraville bukan lagi bawahan kerajaan, tapi penguasa baru di balik layar,” sahut Hakim tertua Alverland, Vanerin.Beberapa kepala mengang

  • Dilahirkan Kembali sebagai Anak Musuh   Bab 3. Titah Sang Raja

    Ketegangan masih terasa menggantung di aula keluarga Magraville, hingga suara langkah cepat terdengar dari arah pintu utama. Seorang prajurit istana memasuki ruangan dengan tergesa, membawa gulungan bersegel emas.“Pesan dari Raja!” serunya lantang.Seluruh penghuni aula segera berdiri dan menundukkan kepala sebagai bentuk penghormatan. Prajurit itu berjalan dengan sikap hormat, menyerahkan gulungan tersebut kepada Reinhard Magraville.Reinhard membuka segel dengan tenang, membaca isi surat itu dalam diam. Tatapannya tak menunjukkan banyak perubahan, hanya sebuah anggukan kecil setelah selesai membaca.Ia menggulung kembali surat itu, menyerahkannya pada prajurit, lalu kembali menatap lurus ke depan.“Kabar tentang situasi di keluarga kita telah sampai ke telinga Raja. Raja memerintahkan agar proses pemilihan penerus dilakukan dengan adil dan berdasarkan kemampuan, bukan hanya garis keturunan.”Semua mata kini kembali tertuju pada dua wanita yang berdiri di ujung konflik, Cassandra da

  • Dilahirkan Kembali sebagai Anak Musuh   Bab 2. Darah di Atas Mahkota

    “Nona Helena, Tuan Theo menyuruh Nona untuk menghadiri pertemuan keluarga besar.”Pelayan pribadi Helena, Elma, hendak mengetuk pintu kamar. Namun sebelum jemarinya sempat menyentuh permukaan kayu, pintu itu terbuka dari dalam.Helena keluar mengenakan gaun berwarna kuning terang. Elma terpaku, ini pertama kalinya majikannya bangun lebih dulu tanpa paksaan.Helena dikenal sebagai gadis bangsawan yang membenci aturan dan menolak kekakuan tradisi. Ia tahu klannya terbagi dua karena ambisi, kekuasaan, dan ketamakan, tapi ia tidak tertarik.Anehnya, Theo Magraville sang kakak, justru memindahkan hak sebagai calon penerus utama keluarga Magraville kepadanya. Keputusan itu membuat seluruh keluarga bingung, apalagi Helena terang-terangan menolak dan bahkan mengancam tidak akan datang ke pertemuan keluarga.Itulah sebabnya, Elma mendapat tugas berat, membujuk Helena agar hadir pagi ini. Air mata perlahan menetes dari ujung matanya, terharu.“Apakah dunia sebentar lagi akan berakhir?” ucap Elm

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status