Share

18. Darah

“A-apa? Ti-tiada gimana maksud Tante?” Nawa memastikan. Ia duduk di samping Nurul.

Nurul menangis histeris. “Sebelum dioperasi, Agung sudah dulu mengembuskan napas terakhir. Dia meninggalkan kita semua, Wa. Agung meninggal.”

Bahu Nawa terkulai. Ia terpaku di tempat. Tubuhnya terlalu lemas untuk digerakkan. Pandangannya kosong, mengarah pada satu titik. Lalu, tetes demi tetes air membasahi pipinya.

“Tante, jangan bercanda.”

Nurul menggeleng. Ia menyerahkan ponselnya pada Nawa. Di ponsel itu, masih tersambung panggilan video dengan ayahnya Agung. Wajah Lukman juga terlihat sangat terpukul.

“Om, tolong katakan dengan jelas. A-apa yang terjadi dengan Mas Agung?”

“Agung ... telah berpulang, Wa. Sudah satu jam lebih saya bersikukuh di sini, menunggu dia bernapas lagi, bangun lagi, hidup lagi. Tapi dia tetap diam. Baru saya menguatkan diri menghubungi ibu di rumah.”

“Tolong bangunkan terus Mas Agung, Om. Dia pasti maunya dibangunkan dulu baru sadar. Atau biarkan saya yang bicara sama dia.” N
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Wildatuz Zaqiyyah
duh, darah apa itu ee?
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status