Share

Bab 10 

Author: Belinda
Apakah Aldrian juga merasa sakit?

Kyna mengerti.

Aldrian akan menanggung beban ini seumur hidupnya tanpa bisa melepaskan diri. Bagaimana mungkin Aldrian tidak merasa sakit? Orang yang paling dicintainya ada di sampingnya, tetapi karena keberadaan Kyna, mereka tidak bisa bersama secara terbuka. Bagaimana mungkin dia tidak merasa sakit?

Hati nurani dan keinginan untuk melepaskan diri itu tidak berhenti menyiksa jiwanya. Bagaimana mungkin itu tidak menyakitkan bagi Aldrian?

'Jadi, Aldrian, lepaskanlah aku. Oke?' pikir Kyna.

Kyna pulang ke rumah sendiri, lalu mengeluarkan sepuluh kotak jam tangan itu. Dia menatap kotak-kotak jam tangan itu dan tenggelam dalam pikirannya untuk waktu yang sangat lama.

Untuk sesaat, Kyna terdorong untuk membanting setiap kotak jam tangan itu ke dinding. Namun, dia mengurungkan niatnya. Tindakan gegabah tidak bisa menyelesaikan masalah.

Setelah akhirnya tenang, Kyna membuka aplikasi jual-beli barang bekas dan mulai mencari penjual yang membeli barang-barang mewah. Dia segera menemukan satu di dalam kota dan menyuruh orang itu untuk datang mengambil barangnya pada jam 10 pagi besok. Pukul 10 pagi adalah waktu Sani pergi berbelanja.

Setelah menangani masalah ini, Kyna menyalakan laptop dan mulai fokus dalam urusan pengajuan visa. Rombongan Sonia akan berangkat sebulan lagi. Hitungan mundur sampai kepergiannya benar-benar sudah dimulai.

Kyna duduk di depan laptop dan berkonsentrasi membaca postingan demi postingan. Hatinya berdebar kencang. Baginya, dunia tidak pernah sedamai tetapi semenyenangkan ini. Tanpa disadarinya, malam ini telah berlalu. Dia begitu fokus hingga tak menyadari kepulangan Aldrian.

Sampai terdengar suara seseorang bertanya "lagi ngapain kamu?" dari balik pintu di belakangnya, Kyna baru buru-buru menutup laptopnya.

Aldrian telah kembali dan bersikap lembut seperti biasa, seolah-olah tidak ada yang terjadi. Dia berjalan ke samping Kyna dan bertanya dengan suara lembut, "Lagi nonton drama? Drama apa yang begitu bagus sampai-sampai kamu belum tidur?"

Aldrian hanya sedang memaksakan percakapan.

Kyna menekan tangannya erat-erat ke laptop. Halaman webnya masih terbuka. "Drama yang nggak kamu suka."

"Aku belum nonton. Gimana kamu tahu aku nggak suka?" Aldrian mengulurkan tangan untuk membuka laptopnya.

Tidak, Kyna tidak ingin Aldrian melihat halaman web yang sedang dia baca. Dia pun menekan laptopnya erat-erat.

Aldrian berasumsi Kyna masih marah. Dia berhenti berebutan dengan Kyna, lalu berjongkok dan memandangi profil wajahnya. "Masih ngambek?"

"Nggak." Kyna merasakan banyak perasaan. Dari kekecewaan, keputusasaan, amarah, tetapi dia tidak merajuk.

Merajuk berarti selama Aldrian menghiburnya, semuanya akan baik-baik saja dan dia masih menaruh harapan pada pernikahan ini. Namun, Kyna tidak lagi menaruh harapan pada pernikahan ini .... Lima tahun benar-benar sudah cukup.

"Kyna, aku dan Nara benar-benar nggak punya hubungan apa-apa. Kami cuma teman kuliah. Dia baru kembali dari luar negeri, makanya kami semua adakan pesta untuk menyambutnya. Kesalahpahaman di mal hari ini murni nggak disengaja. Kamu harus percaya padaku."

Saat ini, Aldrian telah kembali menjadi orang yang penuh kesabaran dan kelembutan seperti biasa. Melihat Kyna diam saja, dia melanjutkan, "Kita seharusnya makan malam di rumah orang tuamu hari ini, tapi nggak jadi. Gimana kalau kita pergi ke sana lain hari?"

Kyna menggeleng. Dia tidak ingin pulang untuk makan malam. Setelah pulang, orang tua dan adik laki-lakinya hanya akan mengatakan bahwa dia seharusnya merasa sangat bersyukur karena Aldrian bersedia menikah dengan orang pincang sepertinya.

"Nggak pengen pulang? Sudah lebih dari sebulan kita nggak kunjungi orang tuamu. Kamu nggak rindu sama mereka?" Suara Aldrian terdengar makin lembut.

Kyna menatap mata Aldrian, tetapi tidak menemukan antusiasme di balik kelembutan itu. Kelembutan itu bagaikan program yang sudah terpasang di tubuh Aldrian dan akan otomatis aktif begitu diinginkan.

"Aldrian." Kyna bertanya, "Kamu nggak capek?"

Aldrian tertegun dan sepertinya tidak mengerti apa yang Kyna maksud.

Kyna tersenyum getir dan bertanya, "Ada orang lain di hatimu, tapi kamu harus hadapi aku setiap hari. Kamu nggak capek?"
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dilema Pernikahan bersama Presdir Dingin   Bab 100 

    Ucapan itu tidak sepenuhnya salah ...."Aku cuma kasih kamu uang untuk ....""Apa bedanya?" Sebelum Kyna sempat mengatakan "untuk biaya tutormu", Aldrian sudah menyela. Kemudian, 10 ribu itu kembali ke sakunya. Ketika berjalan pergi melewati Kyna, Aldrian meninggalkan sebuah kalimat. "Aku belum merosot sampai ke tahap serendah itu!"Inilah yang Aldrian maksud dengan Kyna pernah menanyakan pelajaran kepadanya. Aldrian mungkin hanya mengingat samar hal itu, juga telah melupakan semua sebab dan akibatnya.Hanya Kyna yang ingat, di tahun-tahun yang membingungkan namun penuh tekad itu, mereka telah menyaksikan momen-momen paling memalukan satu sama lain. Namun, itu semua adalah kenangan masa muda yang suram. Jadi, memang sebaiknya dilupakan saja ...."Kyna ...." panggil Inggrid untuk membuyarkan lamunannya. "Kamu .... Apa dia tahu?" tanya Inggrid dengan suara rendah.Kyna melirik punggung Aldrian yang sedang memasak di dapur, lalu menggeleng pelan, dan berbisik, "Nenek, aku belum mau ka

  • Dilema Pernikahan bersama Presdir Dingin   Bab 99

    Kyna pun tercengang. Dia tidak tahu situasi keluarga Aldrian ternyata seperti ini.Aldrian sangat keras kepala dan tidak mengambil uang itu.Kyna mendengarnya berkata dengan dingin, "Nggak usah. Mulai sekarang, aku nggak akan pernah terima uangmu lagi!" Kemudian, Aldrian pun berbalik untuk pergi.Orang di dalam mobil itu keluar dan mengejarnya. "Oke. Kalau hebat, jangan pernah pulang untuk minta uang! Aku mau tahu gimana kamu bisa bertahan hidup!" Sinar dari matahari terbenam hari itu sangat cerah. Dengan bermandikan cahaya keemasan, Aldrian tertawa menantang dan menyahut tanpa menoleh, "Jangan khawatir. Meski dipelihara sugar mommy, aku juga nggak akan pulang ke rumahmu!" Omongan seperti apa itu! Kyna yang masih adalah seorang murid SMA pun sepenuhnya tercengang. Namun, dia juga sudah sering mendengar kata-kata seperti itu. Ketika memarahinya, Amelia juga sering berkata bahwa membesarkannya hanya membuang-buang uang. Amelia bahkan menyuruhnya untuk menjual diri ....Setiap kali Ame

  • Dilema Pernikahan bersama Presdir Dingin   Bab 98 

    Aldrian bisa memasak, tetapi itu tidak berarti dia bisa memasak di luar ruangan. Menyalakan api merupakan rintangan terbesarnya. Dia berjuang mati-matian, hingga wajahnya hitam dan kotor. Akan tetapi, dia tetap tidak berhasil menyalakan api. Di sisi lain, Kyna berbeda. Semasa kecil, dia selalu kembali ke desa saat liburan. Dia pernah membuat api unggun, memanjat pohon, dan mengumpulkan telur burung bersama anak-anak lain. Sebagai seseorang dari kelompok kelas sebelah, dia tidak tega melihat Aldrian lanjut berkutat sendiri. Dia pun mengosongkan tungku itu, lalu mulai menyalakan api.Melihat api yang berkobar, Aldrian tertegun sejenak. Mungkin menyadari penampilannya yang berantakan, dia bahkan tidak berterima kasih pada Kyna. Namun, setelah itu, dia tidak bertemu kesulitan lagi. Dinilai dari penampilannya saat memasak, dia terlihat seperti orang yang melakukan pekerjaan rumah.Itulah satu-satunya momen Kyna pernah makan masakan Aldrian. Orang-orang dari kelompok Aldrian tergolong cuku

  • Dilema Pernikahan bersama Presdir Dingin   Bab 97

    "Oke." Aldrian terdengar cukup senang. Suasana hatinya yang bagus ini tetap bertahan hingga mereka tiba di rumah Inggrid.Pada saat ini, Inggrid sedang menyiapkan makan siang. Di atas meja, ada semangkuk bubur, sepiring acar, dan sepiring sayuran hijau. Melihat Kyna dan Aldrian datang, dia merasa terkejut sekaligus sedikit malu, lalu segera membersihkan mangkuk itu."Kenapa kalian datang di jam segini? Sudah makan? Aku akan pergi masak!" Kyna menatap hidangan sederhana di atas meja. Itu sama sekali tak bisa dibandingkan dengan makanan mewah yang selalu disiapkan Inggrid setiap kali dia datang. "Nenek, kenapa kamu cuma makan ini?" Inggrid segera menyimpan bubur dan acar itu. "Ini sisa sarapan pagi ini. Kan sayang kalau dibuang. Jadi, aku lanjut makan siang ini. Aku biasanya nggak makan seperti ini." Kyna tidak percaya. Dia menatap neneknya dengan tampang cemberut."Sudah, jangan cemberut lagi. Nenek akan masakkan sesuatu yang lezat. Tunggu sebentar, ya!"Seusai berbicara, Inggrid mem

  • Dilema Pernikahan bersama Presdir Dingin   Bab 96

    "Benar, Bu. Ini rumah yang lokasinya paling strategis di area ini. Selain itu, rumah ini juga tepat di tepi danau. Saat cuaca hangat, akan ada angsa yang terbang kemari. Pemandangannya sangat indah," tambah agen penjual itu.Aldrian menuntun Kyna ke teras supaya dia bisa menikmati pemandangan dari rumah.Udara dari danau yang berkabut menerpa Kyna. Dia menarik napas dalam-dalam. Udaranya dipenuhi aroma pepohonan dan rerumputan yang menyenangkan."Gimana? Suka nggak?" tanya Aldrian sambil menggenggam tangan Kyna.Kyna menunduk dan melirik tangannya yang bertautan dengan tangan Aldrian. Baiklah, berhubung rumah ini sangat sesuai dengan seleranya, dia akan bersabar!Kyna pun mengangguk.Aldrian makin puas dan berujar, "Aku juga rasa rumah ini lumayan bagus. Setelah renovasinya selesai, kita juga bisa pindah kemari kalau mau. Soal pernikahan Robert ... kita lihat saja nanti." Kyna berdiri di teras sambil berpikir bagaimana dia bisa membagi halaman di lantai dasar untuk dijadikan tempat be

  • Dilema Pernikahan bersama Presdir Dingin   Bab 95

    Aldrian kembali mengendarai mobilnya, tetapi dia tetap tidak menuju ke rumah nenek.“Aku bawa kamu lihat rumah,” ucap Aldrian dengan nada rendah. “Semalam aku bawa kartu identitasmu juga karena beli rumah buat kamu.”Kening Kyna berkerut. “Beli rumah?”“Bukannya orang tuamu mau beli rumah nikah untuk Robert?” ucap Aldrian.“Apa mereka mencarimu lagi?” tanya Kyna dengan hati-hati.Aldrian tidak berbicara. Diam berarti mengiakan.“Masalah kapan? Kenapa aku nggak tahu?”Aldrian melirik Kyna sekilas, malah terlihat senyuman di dalam tatapannya. “Kamu begitu galak. Apa mungkin mereka berani kasih tahu kamu?”Kyna tidak tahu kenapa Aldrian bisa menunjukkan ekspresi tersenyum seperti ini. Hanya saja, Kyna merasa marah. Anggota keluarganya selalu menjadi beban hidupnya saja! Alhasil, selamanya Kyna tidak bisa mengangkat kepalanya di hadapan Aldrian!“Aldrian, bisa nggak kamu jangan kasih rumah terus? Biasanya orang lain cuma kasih uang, kenapa kamu malah kasih rumah? Langsung dikasih begitu di

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status