Share

Bab 43 - Seseorang dari Masa Lalu

Author: Pandandut
last update Last Updated: 2025-07-12 22:20:36
“Eh, Nad… kamu udah tahu belum?”

Suara Tiara meledak di antara keheningan ruang kerja pagi itu, mengagetkanku yang baru saja menaruh tas ke atas meja. Ia muncul dari balik rak dokumen sambil menenteng dua gelas kopi sachet, ekspresinya seperti baru menemukan rahasia negara.

Aku mengangkat alis. “Baru naruh tas, Mbak. Tahu apaan?”

Tiara mencondongkan tubuhnya ke mejaku, seolah hendak membisikkan gosip paling eksklusif se-LSM.

“Pengacara baru yang mulai kerja hari ini,” bisiknya, matanya membesar dramatis.

“Oh, iya, Fadli sempat bilang kemarin,” sahutku, tak begitu antusias. “Emangnya kenapa?”

Tiara memiringkan kepala, lalu menurunkan suaranya seperti penyiar infotainment malam.

“Katanya… dia kenal kamu.”

Tanganku yang sedang meraih mouse langsung berhenti di udara.

“Kenal aku?”

“Iya!” Tiara nyaris berbisik. “Pas wawancara, dia bilang gini: ‘Saya mau kerja di sini karena saya tahu seseorang di sini… yang pernah jadi alasan kenapa saya ingin jadi pengacara.’”

Deg.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • SETELAH AKU HANCUR AKU MEMILIH HIDUP DAN MENCINTAI LAGI   Bab 44 - Serangan Dari Segala Arah

    Pagi itu suasana apartemen terasa sedikit lebih ringan. Tiara duduk di meja makan dengan rambut masih kusut dan kaos yang entah milik siapa mungkin milik Dimas. Aku baru keluar dari kamar mandi ketika ponselku bergetar di meja.Pengacara LSM – Kak Rara.Aku mengangkat cepat.“Halo, Kak?"“Nad, kita ada masalah. Tadi malam akun medsos LSM kamu diretas. Mereka unggah foto-foto korban, bahkan alamat rumah Alika hampir bocor. Untung admin kita sigap hapus.”Darahku langsung terasa dingin.“Astaga. Mereka secepat itu menyerang?”“Dan bukan cuma itu. Salah satu media lokal merilis berita palsu dari orang suruhan keluarga Yusuf. Isinya, bilang kalau Alika itu cewek yang ‘suka main laki’, dan kasus ini hoaks. Ini dibuat untuk menjatuhkan nama baik keluarga.”Aku menggigit bibir bawahku. “Oke. Kak, kita ketemu hari ini ya? Aku nggak mau ini makin liar.”“Jam dua di kantor pengacara. Ajak Dimas dan Ardi. Kita siapin tanggapan hukum dan konferensi pers.”“Siap, Kak. Terima kasih.”Aku menutup te

  • SETELAH AKU HANCUR AKU MEMILIH HIDUP DAN MENCINTAI LAGI   Bab 46 - Teror

    Setelah makan malam itu, suasana di apartemen perlahan mereda. Tapi bukan berarti ketegangan benar-benar menghilang.Aku duduk di sudut balkon kecil apartemen Dimas, memandangi langit malam Jakarta yang buram. Lampu-lampu kota berkelap-kelip, tapi hatiku terasa sesak. Tiara sudah tidur lebih dulu di kamar tamu, Ardi masih di ruang tengah mengecek data kasus, dan Dimas… dia muncul membawa dua gelas cokelat panas.“Boleh aku duduk di sini?” tanyanya pelan.Aku menoleh dan mengangguk. “Silakan, Mas.”Dimas duduk di sebelahku. “Masih kepikiran?”“Aku cuma mikir… kita kayak lagi main film thriller. Geng rentenir, penganiayaan, penguntitan, dan apartemen persembunyian.”Dimas mengangkat alis. “Kamu tahu ini bukan main-main, kan?”Aku mengangguk. “Justru itu yang bikin aku ngeri. Kalau yang mereka kejar cuma aku dan Tiara, aku masih bisa tahan. Tapi kalau mereka mulai mengarah ke Alika… ke orangtuanya... ke sekolahnya…”“Kita nggak akan biarin itu terjadi,” potong Dimas cepat. “Aku sudah min

  • SETELAH AKU HANCUR AKU MEMILIH HIDUP DAN MENCINTAI LAGI   Bab 45 - Luka yang Dibungkam

    "Nad, lagi sibuk nggak? kamu ada waktu sebentar?"Suara Tiara terdengar pelan dari balik pintu ruang konseling. Aku sedang mengecek laporan mingguan di laptop, tapi ekspresi wajahnya yang tegang membuatku langsung berdiri."Kenapa, Mbak? Kok sepertinya kelihatan serius banget."Tiara masuk pelan lalu menutup pintu. "Ada kasus baru Nad. Berat. Gadis SMA. Namanya Alika."Aku langsung tegang. "Kekerasan seksual?"Tiara mengangguk. "Iya. Diperkosa. Sama anak orang kaya. Katanya Rentenir."Aku menarik napas dalam. "Dia ada di mana sekarang mbak?""Di ruang tamu. Bareng gurunya. Nangis terus. Aku pikir kamu yang lebih baik menemuinya."Tanpa menunggu, aku langsung berjalan ke ruang tamu.---Di ruang tamu, seorang gadis muda duduk memeluk lututnya. Seragam SMA-nya kusut, wajahnya tertunduk. Di sampingnya duduk seorang perempuan paruh baya.Aku melangkah mendekat pelan. "Hai. Aku Nadia. Boleh aku duduk di sini?"Alika mengangguk kecil. Perempuan di sampingnya memperkenalkan diri, "Saya Bu Ra

  • SETELAH AKU HANCUR AKU MEMILIH HIDUP DAN MENCINTAI LAGI   Bab 44 - Malam yang Tak Lagi Sepi

    Mobil berhenti perlahan di depan kosanku. Langit Jakarta sudah gelap total, lampu jalan menyala kekuningan, dan suara jangkrik samar terdengar dari sela pepohonan. Udara malam ini agak lembap, tapi anehnya... suasana di dalam mobil justru terasa ringan. "Aku antar sampai pintu, ya," kata Dimas sambil mematikan mesin. Aku hanya mengangguk kecil. Kami keluar dari mobil. Seperti biasa, dia langsung mengambil tasku tanpa banyak tanya. Sudah jadi kebiasaan dia bikin aku nggak perlu banyak mikir soal hal-hal kecil. "Kamu capek nggak hari ini?" tanyaku sambil melirik ke arahnya. "Capek sih…" Dimas mengangkat bahu santai. "Tapi lebih capek waktu harus tahan rindu kamu pas masih LDR-an." Aku langsung meninju lengannya pelan. "Gombal banget." "Bukan gombal, jujur. Mau aku kirim rekaman suara rindu di jam dua pagi sebagai bukti?" Aku pura-pura mendelik, tapi sebenarnya nyengir juga. Sampai di depan pintu kamarku, Dimas berdiri sebentar lalu berkata, "Kalau aku bilang mau numpang d

  • SETELAH AKU HANCUR AKU MEMILIH HIDUP DAN MENCINTAI LAGI   Bab 43 - Seseorang dari Masa Lalu

    “Eh, Nad… kamu udah tahu belum?” Suara Tiara meledak di antara keheningan ruang kerja pagi itu, mengagetkanku yang baru saja menaruh tas ke atas meja. Ia muncul dari balik rak dokumen sambil menenteng dua gelas kopi sachet, ekspresinya seperti baru menemukan rahasia negara. Aku mengangkat alis. “Baru naruh tas, Mbak. Tahu apaan?” Tiara mencondongkan tubuhnya ke mejaku, seolah hendak membisikkan gosip paling eksklusif se-LSM. “Pengacara baru yang mulai kerja hari ini,” bisiknya, matanya membesar dramatis. “Oh, iya, Fadli sempat bilang kemarin,” sahutku, tak begitu antusias. “Emangnya kenapa?” Tiara memiringkan kepala, lalu menurunkan suaranya seperti penyiar infotainment malam. “Katanya… dia kenal kamu.” Tanganku yang sedang meraih mouse langsung berhenti di udara. “Kenal aku?” “Iya!” Tiara nyaris berbisik. “Pas wawancara, dia bilang gini: ‘Saya mau kerja di sini karena saya tahu seseorang di sini… yang pernah jadi alasan kenapa saya ingin jadi pengacara.’” Deg.

  • SETELAH AKU HANCUR AKU MEMILIH HIDUP DAN MENCINTAI LAGI   Bab 42 - Tak Semua yang Tinggal Harus Meminta Izin

    Pukul 17.15 – Halaman Depan Kantor LSM Hari mulai condong ke barat. Sinar matahari tak lagi menyilaukan, tapi berubah hangat keemasan, membingkai langit Jakarta yang perlahan meredup. Aku baru saja selesai merapikan dokumen-dokumen konseling saat ponselku bergetar. Notifikasi W******p dari seseorang yang wajahnya masih belum hilang dari pikiranku sejak pagi. 📱 Dimas “Aku di depan. Jangan buru-buru. Tapi kalau terlalu lama, jantungku bisa copot.” Aku tak bisa menahan senyum kecil yang langsung membuat Tiara yang kebetulan lewat melirikku penuh kecurigaan. “WA dari siapa tuh?” tanyanya, sambil menyipitkan mata dan mencondongkan badan, seperti sedang mengendus bau gosip. “Temen…” jawabku singkat, buru-buru mengunci layar. “Temen? Temen kamu yang... punya mobil pribadi, cakep, jaksa, dan bikin kamu senyum kayak abis dikasih tiket nonton konser gratis?” Aku melotot, setengah geli, setengah pasrah. “Tiara…” Tapi dia malah nyelonong ke jendela kaca depan, mengintip ke luar, dan lan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status