Dimanfaatkan, Dihabisi, Ditinggalkan

Dimanfaatkan, Dihabisi, Ditinggalkan

last updateTerakhir Diperbarui : 2025-06-23
Oleh:  PandandutBaru saja diperbarui
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Belum ada penilaian
12Bab
12Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Nadia, seorang mahasiswi sederhana, jatuh cinta pada Reza, teman sekelasnya yang pintar dan sedikit kurang gaul namun dia penuh perhatian dan manis di awal hubungan mereka. Setahun bersama, Nadia telah memberikan segalanya, cinta, kesetiaan, bahkan dirinya sendiri demi hubungan yang ia yakini akan berakhir bahagia. Meski hidupnya bukan bergelimang harta, ia selalu berusaha membantu Reza sebisanya, bahkan dalam hal keuangan. Namun, ketika Reza tiba-tiba memutuskan hubungan, alasannya menghancurkan hati Nadia: ia bukan siapa-siapa, hanya perempuan biasa tanpa harta atau warisan. Orang tua Reza menginginkan menantu yang kaya, seperti sepupunya yang mewarisi kekayaan keluarga. Bagi Reza, Nadia hanyalah persinggahan sementara—dimanfaatkan, lalu dibuang. Hancur dan merasa dikhianati, Nadia harus berjuang mengumpulkan kembali harga dirinya yang telah diinjak oleh orang yang pernah ia cintai. Tapi dari kehancuran itu, ia perlahan menyadari bahwa kehilangan Reza bukanlah akhir melainkan awal untuk menemukan dirinya yang lebih kuat.

Lihat lebih banyak

Bab 1

BAB 1 : AWAL PERTEMUAN

Hari pertama kuliah selalu penuh dengan berbagai perasaan gugup, antusias, canggung, bahkan sedikit takut. Nadia merasakan semuanya saat ia melangkah melewati gerbang Universitas Bina Cendekia. Ini adalah awal dari perjalanan barunya, dunia yang benar-benar berbeda dari masa sekolah.

Langit pagi cerah, tapi udara terasa sedikit gerah. Di sekelilingnya, mahasiswa baru berlalu-lalang, beberapa tampak sudah saling mengenal, sementara yang lain berdiri sendirian dengan raut canggung.

Nadia menyesuaikan tali tasnya dan menarik napas dalam. Ia diterima di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, jurusan Manajemen sesuatu yang sejak lama menarik perhatiannya, meskipun ia sendiri masih belum sepenuhnya yakin ingin bekerja di bidang apa setelah lulus nanti.

Gedung Fakultas Ekonomi dan Bisnis berdiri megah di sisi timur kampus, dengan arsitektur modern yang didominasi kaca di beberapa bagian dindingnya. Lantai marmer yang mengilap memantulkan sinar matahari pagi, membuatnya sedikit silau.

Nadia melirik jadwal di ponselnya kelas Pengantar Ekonomi berada di lantai tiga, ruang 3.12.

"Oke, semoga nggak nyasar," gumamnya sambil menaiki tangga.

Di lorong, beberapa mahasiswa tampak mengobrol akrab, mungkin mereka sudah saling mengenal sejak masa orientasi. Sayangnya, Nadia bukan tipe orang yang mudah berbaur. Ia lebih nyaman mengamati dari kejauhan sebelum akhirnya memutuskan untuk bergabung dengan suatu kelompok.

Begitu memasuki ruang 3.12, ia melihat sebagian besar kursi masih kosong. Beberapa mahasiswa sudah duduk berkelompok, tertawa dan berbicara dengan penuh semangat. Nadia memilih duduk di barisan tengah, cukup strategis tidak terlalu dekat dengan dosen, tapi juga tidak terlalu jauh di belakang.

Ia mengeluarkan buku catatan dan bolpoin dari tasnya, berusaha terlihat sibuk sambil menenangkan rasa gugupnya.

Saat sedang memeriksa materi di ponselnya, seorang gadis tiba-tiba duduk di kursi sebelahnya. Wajahnya cerah dengan rambut sebahu yang tertata rapi. Ia tampak ramah dan bersemangat.

"Hai! Aku Rina," sapanya dengan senyum lebar. "Boleh duduk di sini?"

Nadia tersenyum kecil dan mengangguk. "Tentu. Aku Nadia."

"Senang ketemu kamu! Jujur aja, aku agak gugup karena belum punya teman di sini," kata Rina sambil terkekeh.

Nadia tertawa kecil. "Sama. Aku juga belum kenal siapa-siapa."

Obrolan mereka mulai mengalir, membicarakan hal-hal ringan seperti asal daerah dan kesan pertama tentang kampus.

Tak lama kemudian, seorang gadis lain duduk di kursi di depan mereka. Rambutnya panjang dengan poni tipis, dan kacamata hitam bertengger di kepalanya. Pakaiannya lebih fashionable dibandingkan Rina dan Nadia, dengan tas bermerk tergantung di bahunya.

"Hei, boleh kenalan? Aku Sarah," katanya, menyodorkan tangan.

Nadia dan Rina menyambutnya dengan senang hati.

"Kalian berdua dari mana?" tanya Sarah sambil menyesap minuman dingin dari botolnya.

"Aku dari Bandung," jawab Rina.

"Aku dari Bekasi," kata Nadia. "Kalau kamu?"

"Jakarta. Tapi aku udah terbiasa bolak-balik ke kota lain juga sih. Aku seneng jalan-jalan," ujarnya dengan bangga.

Nadia dan Rina saling melirik sebelum tertawa. "Seru dong!" kata Rina.

"Iya, tapi capek juga," sahut Sarah. "Apalagi kalau udah kebiasaan naik kendaraan pribadi, terus sekarang harus sering pakai transportasi umum. Tapi ya udahlah, demi pendidikan."

Obrolan mereka semakin seru, hingga tiba-tiba seorang laki-laki menarik kursi di samping Nadia dan duduk begitu saja.

Ia tidak menyapa siapa pun, hanya sibuk mengeluarkan buku catatan dan bolpoin dari tasnya yang terlihat sedikit usang. Nadia melirik sekilas.

Pemuda itu berbeda dari kebanyakan cowok di kelas yang tampak mengikuti tren dengan pakaian rapi dan sepatu mahal. Ia hanya mengenakan kaos polos abu-abu, celana jeans longgar, dan sneakers yang sudah agak usang. Rambutnya agak panjang dan terlihat berantakan, seolah ia tidak terlalu peduli dengan penampilannya.

Nadia mencoba tidak terlalu memperhatikannya. Ia kembali berbicara dengan Rina dan Sarah, hingga laki-laki itu tiba-tiba membuka suara.

"Ini kelas Pengantar Ekonomi, kan?" tanyanya singkat.

Nadia menoleh dan mengangguk. "Iya."

Pemuda itu menghembuskan napas lega. "Syukurlah. Hampir aja gue salah masuk kelas," katanya dengan senyum kecil. "Gue Reza."

"Nadia," jawabnya singkat.

Sarah yang sejak tadi memperhatikan, mencondongkan tubuhnya sedikit ke arah Nadia dan berbisik pelan. "Kayaknya dia bukan tipe yang peduli sama fashion, ya?"

Rina ikut terkikik. "Iya, dia agak beda."

Nadia hanya tersenyum kecil. Ia tidak ingin cepat menilai orang hanya dari penampilan.

Kuliah pun dimulai. Seorang dosen masuk, pria berusia sekitar lima puluhan dengan ekspresi serius. Ia langsung menjelaskan materi tanpa basa-basi.

Reza tampak serius mendengarkan, mencatat dengan rapi di buku tulisnya. Nadia sesekali melirik ke arahnya, sedikit penasaran. Meski tampilannya sederhana, ia terlihat cerdas dan cukup fokus pada pelajaran.

Sementara itu, Sarah dan Rina masih sesekali berbisik tentang berbagai hal, termasuk mahasiswa lain yang menarik perhatian mereka.

"Eh, Nad, menurut lo cowok yang duduk di sebelah Reza itu cakep nggak?" tanya Rina sambil melirik seorang pemuda yang memakai jam tangan mahal.

Nadia melirik sekilas. "Lumayan, tapi kayaknya sombong."

Sarah tertawa kecil. "Nah, iya! Tadi aja pas masuk kelas dia langsung ngelirik cewek-cewek yang dandan maksimal. Mungkin dia tipe yang suka cari perhatian."

Nadia mengangguk setuju.

Kuliah berlangsung cukup lama, dan akhirnya setelah hampir dua jam, dosen mengakhiri pertemuan pertama dengan beberapa tugas yang harus dikerjakan.

Saat jam kuliah berakhir, Reza berdiri lebih dulu dan melangkah pergi tanpa banyak bicara.

Nadia menatap punggungnya yang menghilang di balik pintu.

Mungkin ini hanya pertemuan biasa. Mungkin besok mereka akan duduk di tempat lain, dengan orang yang berbeda.

Setelah kelas berakhir, mahasiswa mulai berkemas, memasukkan buku dan alat tulis mereka ke dalam tas masing-masing. Suasana kelas menjadi lebih santai, dengan beberapa mahasiswa saling berbicara, bertukar kesan tentang dosen pertama mereka.

Nadia, Rina, dan Sarah masih duduk di tempat mereka, enggan beranjak terlalu cepat. Mereka merasa nyaman satu sama lain, meski baru pertama kali bertemu.

"Eh, sebelum kita keluar, gimana kalau kita tukeran nomor?" usul Rina sambil mengeluarkan ponselnya.

Sarah langsung mengangguk setuju. "Setuju! Supaya kalau ada info kuliah atau tugas bisa saling update. Lagian, kalau mau jalan-jalan atau jajan, bisa bareng juga."

Nadia tersenyum dan mengeluarkan ponselnya. "Iya, bener. Biar gampang kalau mau janjian ke kampus bareng."

Mereka pun saling menyebutkan nomor masing-masing, mencatatnya dengan cepat.

"Udah semua?" tanya Rina setelah memastikan kontak mereka tersimpan.

"Udah," jawab Sarah. "Kita bikin grup aja, deh. Biar gampang kalau mau ngobrol bertiga."

"Setuju!" sahut Nadia.

Sarah segera membuat grup chat dan mengetikkan nama grupnya dengan cepat.

‘Geng Manajemen’

"Udah, gue tambahin kalian semua," katanya. "Nanti kalau ada yang nemu tempat nongkrong enak di sekitar kampus, share di sini, ya."

Nadia tertawa kecil. "Jadi grup ini buat kuliah atau buat jajan, nih?"

"Dua-duanya," sahut Rina sambil tertawa.

Setelah memastikan semuanya sudah tergabung dalam grup, mereka akhirnya bangkit dari kursi dan berjalan keluar kelas bersama.

Saat mereka hendak keluar, tiba-tiba Reza yang sejak tadi diam di bangkunya menghampiri mereka.

"Nadia," panggilnya singkat.

Nadia menoleh, agak kaget karena tidak menyangka akan dipanggil oleh Reza. "Iya?"

Reza menggaruk tengkuknya sebentar, lalu berkata, "Boleh minta nomor lo?"

Nadia sempat terdiam sejenak sebelum menjawab. "Eh... buat apa?"

"Ya, siapa tahu nanti ada tugas atau info penting yang kelewatan. Gue nggak mau ada drama ‘nggak tahu tugas’ di awal semester," jawab Reza santai.

Sarah dan Rina saling melirik dengan tatapan penuh arti, sementara Nadia akhirnya mengangguk dan menyebutkan nomornya. Reza mencatatnya di ponselnya, lalu berkata, "Thanks. Lo juga ya, Rina, Sarah. Biar gampang kalau ada info."

Rina dan Sarah tertawa kecil tapi tetap menyebutkan nomor mereka juga.

"Wih, Reza ternyata perhatian juga ya," goda Sarah setelah Reza pergi.

Nadia hanya tersenyum tipis. Ia tidak tahu apakah Reza benar-benar hanya ingin tukeran nomor karena alasan akademis, atau ada maksud lain.

Namun, ia tidak mau berpikir terlalu jauh. Baginya, hari pertama kuliah ini sudah cukup menyenangkan dengan bertemu teman-teman baru.

Yang jelas, pertemuan hari ini hanyalah awal dari kisah panjang yang akan terjadi di antara mereka.

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
12 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status