Home / Romansa / Dimanja Suami Kontrak / Undangan tak Terduga

Share

Undangan tak Terduga

Author: AD07
last update Last Updated: 2025-08-03 09:26:50

Pintu rumah kontrakan itu menutup dengan suara berderak pelan, disusul gemuruh langkah sepatu hak tinggi yang kelelahan menapaki ubin dingin dan retak. Rumah itu sempit, sumpek, dan jauh dari kemewahan yang dulu menjadi standar hidup Jelita. Dindingnya mengelupas, catnya pudar, dan suara tikus kerap terdengar dari balik plafon.

Jelita mendesah panjang sambil melempar tas lusuhnya ke sofa reyot yang penuh tambalan. Ia baru saja kembali dari pertemuan gelap dengan seseorang yang menjanjikan ‘kesempatan’, meski itu berarti menjual sebagian besar martabatnya.

Namun langkahnya terhenti ketika ibunya, seorang wanita paruh baya dengan rambut beruban yang ditata seadanya, datang tergopoh-gopoh dari arah dapur kecil. Tangannya memegang sebuah amplop mengkilap berwarna emas gelap, terlihat mencolok di tengah perabot murahan rumah kontrakan itu.

“Sayang, lihat ini!” serunya penuh semangat, menggenggam tangan Jelita erat seolah ingin berbagi kebahagiaan yang langka. “Undangan! Undangan eksklusif!
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Rahma Wati
lanjut dunk tor..double up d weekend
goodnovel comment avatar
SAKURA
lanjut donggg..kemarin kan enggak seharusnya sekarang 2 bab, pleaseeee
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Dimanja Suami Kontrak   Undangan tak Terduga

    Pintu rumah kontrakan itu menutup dengan suara berderak pelan, disusul gemuruh langkah sepatu hak tinggi yang kelelahan menapaki ubin dingin dan retak. Rumah itu sempit, sumpek, dan jauh dari kemewahan yang dulu menjadi standar hidup Jelita. Dindingnya mengelupas, catnya pudar, dan suara tikus kerap terdengar dari balik plafon.Jelita mendesah panjang sambil melempar tas lusuhnya ke sofa reyot yang penuh tambalan. Ia baru saja kembali dari pertemuan gelap dengan seseorang yang menjanjikan ‘kesempatan’, meski itu berarti menjual sebagian besar martabatnya.Namun langkahnya terhenti ketika ibunya, seorang wanita paruh baya dengan rambut beruban yang ditata seadanya, datang tergopoh-gopoh dari arah dapur kecil. Tangannya memegang sebuah amplop mengkilap berwarna emas gelap, terlihat mencolok di tengah perabot murahan rumah kontrakan itu.“Sayang, lihat ini!” serunya penuh semangat, menggenggam tangan Jelita erat seolah ingin berbagi kebahagiaan yang langka. “Undangan! Undangan eksklusif!

  • Dimanja Suami Kontrak   Dia Pikir Dirinya Menang?

    Berita utama pagi itu menghentak seluruh kanal berita nasional dan internasional. Judulnya mencolok, dicetak tebal dengan font terbesar yang pernah digunakan dalam sejarah media bisnis:“Danadyaksa Akan Memperkenalkan Nyonya Muda di Ulang Tahun Emas DGroup”Dalam waktu kurang dari dua jam sejak berita itu dirilis oleh media resmi milik DGroup sendiri, dunia seakan berguncang. Seluruh jaringan berita berebut menayangkannya secara eksklusif. Tayangan berulang memuat logo DGroup yang mengkilap emas, menampilkan kilasan momen-momen kejayaan perusahaan, gedung-gedung tinggi di berbagai kota besar dunia, laboratorium mutakhir, pusat riset teknologi, hingga pertemuan tertutup para pemimpin negara dengan sang pendiri, Khailas Danadyaksa.Namun bukan itu yang membuat publik gempar.Yang membuat berita ini meledak tak terkendali adalah satu kalimat resmi dari siaran pers:‘Untuk pertama kalinya, dalam usia seratus tahun DGroup berdiri, Tuan Khailas Danadyaksa akan memperkenalkan Nyonya Muda Dan

  • Dimanja Suami Kontrak   Siapa Nyonya Danadyaksa

    Gerakan tangan Lura terhenti di atas meja makan berlapis linen putih. Ia meletakkan sendok dengan sangat hati-hati ke sisi piring porselen yang masih hangat oleh sentuhan sup saffron. Suasana makan malam mereka, yang sejak awal sudah terasa sunyi namun tenang, kini berubah hening dalam cara yang lain. Bukan lagi tenang, melainkan mendebarkan. Suara Khailas barusan seperti menggemakan sesuatu yang terlalu besar untuk langsung dicerna.Lura mengangkat wajahnya perlahan. Tatapannya terpaku pada pria yang duduk di seberangnya, Khailas, lelaki yang selama ini berdiri di balik layar hidupnya, seperti bayangan yang melindungi sekaligus membentuk dirinya. Dan kini, bayangan itu berbicara tentang terang. Terang yang terlalu silau untuk langsung dipercaya.“Ulangi,” bisik Lura, setenang mungkin. Tapi gemetar suaranya tak bisa disembunyikan. “Apa yang tadi kau katakan?”Khailas menatapnya dalam. Penuh makna. Tidak tergesa.“Sudah saatnya kita mengumumkan pernikahan,” ucapnya lagi, kali ini lebih

  • Dimanja Suami Kontrak   Tidak Bisa Hancur Seperti Ini

    Jelita menatap nyalang ke arah pria yang kini berdiri di depannya, tubuhnya masih menegang setelah diseret masuk ke dalam apartemen murahan itu—ruang sempit yang lembab, pengap, dan berbau seperti koreng yang tak pernah dibersihkan. Tom menutup pintu di belakang mereka, keras, lalu berjalan mendekat sambil tertawa kasar.“Teriakanmu barusan menggelikan,” katanya, suaranya serak seperti batu yang tergores. “Bukan baru sekali aku menyentuhmu, Jelita. Jangan sok suci di hadapanku.”Jelita mengangkat telunjuknya, matanya berapi. “Jaga bicaramu, Tom! Kau tidak punya hak bicara seperti itu padaku!”Tom menyipitkan mata, memandangnya seperti sesuatu yang tak lagi berharga. “Oh, aku tidak punya hak? Lalu selama ini aku apa? Anjing peliharaanmu yang siap menjilat setiap kau suruh? Tugas terakhirku belum kau bayar, dan aku membawamu ke sini hanya untuk menagih apa yang menjadi hakku.”Ia mendekat, napasnya memburu.“Setelah ini,” lanjut Tom dengan dingin, “aku tidak akan lagi menyentuhmu. Aku

  • Dimanja Suami Kontrak   Jangan berani Menyentuhku!

    Lura berdiri tegak di depan tiga sosok yang selama ini membentuk luka-luka paling dalam dalam hidupnya. Angin sore meniup rambutnya lembut, sementara orang-orang berlalu-lalang di sekitar mereka tanpa tahu bahwa pertemuan ini seperti percikan api di atas genangan bensin, berbahaya, mudah terbakar. Ia baru saja keluar dari Azmara.Di hadapannya, ayahnya, ibu tiri dan Jelita, saudari tiri yang tak pernah bertingkah sebagai saudara.“Begitukah cara bicara pada ayahmu?”Lura tersenyum tipis, senyum yang lebih menyerupai ejekan ketimbang sapaan hormat. Ia menatap pria itu dari ujung kaki ke kepala, mantel lusuh, sepatu usang, dan rambut yang tak terurus. Dulu, Kuncoro adalah pria yang tak bisa keluar rumah tanpa setelan jas mahal. Kini bahkan nafasnya pun terdengar seperti beban hidup.“Lalu bagaimana aku harus bicara padamu?” Lura bertanya tenang, nyaris berbisik, tapi tajam. “Dengan lembut? Dengan rindu? Dengan penuh bakti seperti yang selalu kau tuntut tapi tak pernah kau beri?”Kuncor

  • Dimanja Suami Kontrak   Aku Muak dengan Kalian

    Irene tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.Ia duduk di hadapan Khailas, seperti masa-masa lalu yang pernah mereka habiskan dalam diam dan percakapan yang tak pernah sembarangan. Tapi kali ini berbeda. Sangat berbeda. Tidak ada keteduhan dalam tatapan Khailas. Tidak ada sisa-sisa kasih yang pernah tumbuh, atau rasa bersalah atas kisah mereka yang karam tanpa pamit.Yang ada hanyalah dingin yang membekukan.Pertemuan ini diminta oleh Khailas sendiri, melalui asistennya yang datang dengan sopan tapi tegas, menyerahkan jadwal dan lokasi. Irene pikir, walaupun hanya sekilas, bahwa mungkin, hanya mungkin, pria itu ingin memperbaiki sesuatu. Atau sekadar menjalin kembali percakapan yang dewasa tentang masa lalu yang pernah mereka bagi sebelum dan sesudah perpisahan.Namun yang terjadi justru lebih menyakitkan dari sekadar penolakan.“Jauhi Allura.”Dua kata. Dua kata yang menghantam lebih keras daripada kalimat panjang penuh penjelasan.Khailas mengucapkannya dengan tenang, tap

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status