Home / Romansa / Dimanja Suami Kontrakku / Married by Fate Challange

Share

Married by Fate Challange

Author: Erna Azura
last update Last Updated: 2025-11-23 13:55:13

“Dari mana Rex?”

Papa Nicholas bertanya ketika Rex baru saja masuk dari lantai loby sementara beliau dari basement.

“Abis makan siang sama bang Ezra, Papa dari mana kok jam segini balik ke kantor?” Rex balas bertanya.

“Ketemu klien tadi, mau langsung pulang tapi hape Papa ketinggalan.”

“Oooo ….”

“Kamu lagi rekrut sekretaris baru ya?” Papa Nicholas bertanya lagi.

“Eng … enggak, kenapa memang?” Kening Rex berkerut dalam, menatap bingung sang papa.

“Itu di depan, ada beberapa pelamar … kata sekuriti, kamu lagi rekruitment.”

Rex menepuk jidat, dia lupa dengan pesan Tika yang tadi siang dikirim kalau ada wawancara calon istri sore ini.

“I … Iya, Pa … Rex lagi cari calon is … eh, calon sekretaris.” Rex menyengir.

Papa Nicholas menganggukan kepalanya.

Ting …

Pintu lift terbuka.

“Papa duluan ya, kamu jangan ngelayap … langsung pulang, besok ikut Papa ke Bandung.”

“Ngapain ke Bandung, Pa?” Rex meninggikan suara karena sang papa sudah keluar dari dalam lift.

“Ada masalah di cabang Bandung.” Papa Nicholas menjawab kemudian pintu lift tertutup.

Lift naik ke lantai selanjutnya lalu berhenti di lantai dua puluh tujuh.

Sampai di sana, dia mendengar banyak suara ketukan sepatu hak tinggi memenuhi ruangan meeting.

Dinding kaca memantulkan bayangan perempuan-perempuan cantik yang duduk berjejer rapi di depan meja panjang, masing-masing menenteng map dan CV seperti hendak melamar pekerjaan.

“Tika,” panggil Rex.

“Ke ruangan saya ….” Rex mengendikan dagu ke arah ruangannya.

Tika mengikuti dari belakang, tidak lupa menutup pintu.

Rex langsung menghempaskan bokong di kursi kebesarannya, menatap mereka satu per satu melalui dinding kaca yang hanya bisa tembus searah, dari ruangan Rex saja.

Dia lantas menekan pelipis.

“Tik, ini beneran semua calon istri aku?” suaranya serak, nyaris tidak percaya.

Tika—sekretarisnya yang kaku tapi efisien—hanya mengangguk tanpa ekspresi.

“Sesuai instruksi Bapak. Saya sudah seleksi dari kriteria yang Bapak sebutkan: umur dua puluh lima ke atas, belum menikah, berpendidikan, dan bersedia menikah kontrak selama satu tahun enam bulan.”

Rex menghela napas.

“Dan semuanya tahu ini pernikahan kontrak?”

“Ya, Pak. Walau… sebagian tampak antusias bukan karena kontraknya.”

Nada Tika datar, tapi senyum tipis di ujung bibirnya mengisyaratkan sesuatu.

Rex mendesah panjang. “Oke, panggil yang pertama.” Dia menegakan punggungnya sesaat setelah Tika keluar untuk memanggil kandidat pertama.

Tidak lama berselang, perempuan tinggi berambut pirang masuk sambil melambaikan tangan seperti di acara talk show.

“Hai, Mas Rex! Aku Nessa, beauty influencer. Followers-ku tujuh ratus ribu!”

Rex mengerjap, menatap sekilas Tika, lalu kembali ke Nessa.

“Silahkan duduk dulu,” kata Rex mempersilahkan.

“Makasih Mas ….” Suaranya merdu mendayu dengan senyum ramah lalu duduk di depan meja Rex.

“Kamu tahu ini bukan endorse, ‘kan?”

Nessa terkekeh, menggigit bibir bawahnya.

“Of course tahu dong! Tapi kalau kita nikah, boleh ya aku bikin konten #MarriedByFateChallenge?”

Rex langsung menepuk jidatnya.

“Gini Nessa … kita itu akan kawin kontrak, dan enggak boleh ada satu orang pun yang tahu tentang itu … apalagi aku adalah Lazuardy, aku enggak mau kehidupan pribadi aku terekspose.” Rex menegaskan, wajah Nessa seketika cemberut.

“Yaaaa ….”

“Jadi aku harus berenti ngonten selama kita nikah? Tapi bayarannya besar ‘kan? Bisa ganti f*e endorse aku selama satu tahun setengah?” Nessa percaya diri sekali kalau dia akan terpilih.

“Tentu … karena kamu akan mengurus bayi berusia satu setengah tahun,” tambah Rex lagi.

“Apa?” Mata Nessa membulat sempurna.

“Sepuluh Milyar, bagaimana? No endorse, No konten dan aku akan merawat bayi itu.” Nessa bernegosiasi.

“Matre.” Rex membatin.

“Next.”

***

Perempuan berpenampilan rapi kini duduk di depan Rex dengan sikap tegap seperti hendak wawancara CPNS.

“Tunggu dulu, saya belum selesai dengan mas Rex.” Suara Nessa di luar sana yang digiring sekuriti sampai membuat mereka menoleh ke arah luar.

Setelah Rex mengembalikan tatapan kepadanya, perempuan itu langsung memperkenalkan diri.

“Saya Sinta, usia 30 tahun, akuntan, tidak suka kebohongan dan saya tidak bisa tidur kalau rumah berantakan.”

Rex mencoba tersenyum meski kaku.

“Si perfeksionis.” Rex menilai di dalam hati.

“Oke … kalau saya pulang jam dua pagi karena lembur, apa kamu akan membukakan pintu?”

“Tentu tidak. Kamu harus dihukum. Tubuh butuh tujuh jam istirahat, kamu harus pulang lebih awal dan kalau tidur—aku ingin lampunya dimatikan.”

“Kalau saya nyimpen handuk di kasur terus pergi ke kantor?”

Sinta menatapnya tajam. “Berarti saya gagal mendidik suami saya.”

Rex hanya mengangguk perlahan.

“Next, Tik. Sebelum aku diceramahin soal nutrisi otak,” bisik Rex nyaris frustrasi.

***

Kandidat selanjutnya adalah seorang sosialita, datang dengan gaun penuh payet dan parfum menyengat yang bisa menggusur oksigen di radius dua meter.

“Halo, sayang…” katanya genit. “Aku enggak keberatan nikah kontrak, asalkan nanti pesta pernikahan kita di Marina Bay.”

Rex mengernyit. “Pernikahan pura-pura… tapi minta pesta beneran?”

“Ya biar semua tahu kalau aku sudah menikah dengan Konglomerat.” Perempuan itu tertawa renyah.

Rex menggeleng lemah. “Tik, tolong … semprot ruangan ini pakai disinfektan lavender.”

Tika mengumumkan dengan nada datar, “Kandidat berikutnya: Livia, mantan karyawan mendiang pak Anwar.”

“Wah bagus donk, berarti kenal sama Nathan?”

Tika mengangguk lalu keluar memanggil Livia.

Begitu perempuan itu duduk, ia langsung menatap Rex dengan mata berbinar.

“Pak Rex, aku dulu kerja sama pak Anwar! Aku tahu banget pak Anwar tuh panutan banget, aku juga cukup deket sama Nathan dan oh iya … aku kagum banget sama hubungan kalian. Kalian tuh sahabat sejati banget! Kalau aku nikah sama Pak Rex, rasanya kayak … deket sama almarhum mas Anwar lagi.” Mata Livia mulai berkaca-kaca.

Rex mendadak membeku.

Dia baru ingat kalau dulu Anwar pernah cerita tentang salah satu karyawan yang seperti terobsesi dengannya.

“Jangan-jangan dia karyawan pe-a yang di ceritain Anwar.” Rex bermonolog di dalam hati.

Di dalam dadanya, nama Anwar masih punya ruang kecil yang belum sepenuhnya sembuh.

“Livia, kamu baik, tapi aku rasa … kamu butuh konselor, bukan suami kontrak.”

Suara Rex pelan, tapi tegas.

Dan kandidat terakhir semakin membuat kepala Rex pusing tujuh keliling.

Dari awal masuk, perempuan bergaun pink itu sudah menyita perhatian Rex dari outfitnya.

Senyum yang manis dan langkah yang seperti dalam drama Musical membuat Rex mengernyit.

Cara duduknya pun berlebihan, pere,puan itu lantas menatap Rex dengan tatapan sendu.

“Mas Rex…” Suaranya bergetar. “Kamu tahu enggak … aku pernah diselingkuhin dua kali… jadi aku ngerti banget gimana rasanya kehilangan.”

Tanpa memperkenalkan diri, perempuan itu mukadimah dengan adu nasib.

Rex menatapnya datar.

“Oke…”

“Tapi kalau kita nikah, aku janji enggak akan selingkuh. Aku cuma butuh cinta tulus,” kata perempuan itu lagi.

Rex mengangkat tangan, menghentikan kalimat yang sudah mulai mengarah ke sinetron.

“Stop. Kita hanya menikah kontrak bukan mau syuting FTV.”

Setelah kandidat terakhir keluar, Rex menekan punggungnya ke sandaran kursi.

“Tik, aku nyerah. Enggak ada satu pun yang bener.”

Tika menutup tablet di tangannya. “Saya sudah duga, Pak.”

“Duga kenapa?”

“Karena dari awal Bapak enggak butuh istri. Bapak cuma butuh seseorang yang Bapak percayai untuk jaga Nathan.”

Rex terdiam beberapa detik, menatap langit-langit.

Wajah mungil Nathan melintas di pikirannya — tawa kecil, mata bulat, dan genggaman tangan di jari telunjuknya waktu di rumah Anita.

Dan entah kenapa, wajah wanita dingin dengan tatapan tajam itu juga ikut muncul.

Wanita yang menyebut semua pria sama saja.

Wanita yang ia pikir mungkin satu-satunya yang bisa menahannya untuk tidak bercanda dengan takdir.

Rex menegakkan duduknya.

“Tik.”

“Ya, Pak?”

“Batalkan semua wawancara berikutnya.”

Tika menatapnya, sedikit bingung. “Kenapa, Pak?”

Rex tersenyum samar.

“Kayaknya aku udah tahu siapa yang bisa aku ajak kawin kontrak.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dimanja Suami Kontrakku   Kesepakatan

    “Rex?”“Yup.” Ia menegakkan badan. “Surprise.”“Maksudmu apa ‘surprise’? Kamu … dari Bandung?” “Enggak… aku dari Jakarta. Aku tadi naik pesawat pribadi seorang teman. Cepat, kan?”Teman yang Rex maksud adalah papanya yang pemilik rental privat jet.Anita mengerutkan dahi. “Pesawat pribadi? Teman kamu siapa? Sultan Andara?”Rex terkekeh. “Enggak juga sih. Cuma kenalan lama. Anggap aja bonus dari Tuhan karena aku rajin berbuat baik.”Anita memicingkan mata. “Kamu bohong.” Tidak semudah itu dia percaya.“Ya ampun, aku baru sampai dan udah diinterogasi. Kamu bisa kasih aku segelas air dulu, enggak?”Anita mendengus, tapi membuka pintu lebih lebar. “Masuk.”Rex berjalan masuk ke ruang tamu sederhana itu. Aroma sabun cuci piring samar bercampur wangi kayu tua.Ia memperhatikan sekeliling—rak buku, pot tanaman, foto keluarga kecil yang tergantung di dinding.Semuanya rapi, tapi terlalu sepi.“Tempat ini … hangat,” katanya spontan.“Dan sederhana,” balas Anita cepat. “Kamu engg

  • Dimanja Suami Kontrakku   Desakan

    “Pak Rex, kami sudah terlalu lama menunggu kabar baik dari Anda.”Suara Deni dari Dinas Sosial terdengar tegas di ujung panggilan sana.Rex menatap layar laptopnya yang penuh laporan bisnis, tapi fokusnya sudah teralihkan.Dia menggeser kursinya, menghela napas dalam.“Tenang aja, Pak Deni. Aku lagi berusaha. Tapi hal kayak gini enggak bisa asal ambil keputusan, kan?”“Justru karena ini serius, Pak. Kami harus segera memastikan hak asuh Nathan. Kalau Bapak atau bu Anita tidak menikah dalam waktu dekat, maka hak asuh akan dialihkan ke panti asuhan.”“Jadi Anita belum menghubungi Pak Deni?” Rex bertanya memastikan.“Belum Pak … sepertinya dia juga kesulitan mencari pasangan.”Rex terdiam beberapa detik.“Jadi… masih enggak ada toleransi waktu?”“Enggak ada, Pak. Surat keputusan sementara akan keluar minggu depan.”Rex terdiam, dia sedang berpikir dan menimbang.“Saran saya masih bisa dicoba, Pak. Baik saya maupun bu Yuli tidak akan membocorkan kepada dinas kalau pernikahan P

  • Dimanja Suami Kontrakku   Ide Gila

    Suara gesekan sendok di cangkir kopi terdengar samar di kafe kecil dekat kampus.Anita menatap jam tangannya. Sudah lewat dua puluh menit dari janji yang dibuat Dita.Di depannya, dua kursi di meja itu masih kosong kecuali secangkir latte yang mulai dingin.“Nit .…”Dita datang tergopoh-gopoh, wajahnya berseri-seri seperti seseorang yang baru saja menemukan harta karun.“Sorry, macet. Tapi—ya Tuhan, kamu akan sangat berterima kasih sama aku.”Anita menaikkan satu alis. “Aku akan berterima kasih sama kamu kalau kamu bawain uang satu tas.”Dita cengar-cengir. “Lebih dari itu. Aku bawain calon suami buat kamu.”Suaranya dibuat sepelan mungkin, tapi tetap cukup untuk membuat dua mahasiswa di meja sebelah melirik.“Dita!” Anita menatapnya tajam.“Tenang, Nit. Dia orang baik. Teman kuliah aku dulu. Kerja di perusahaan kontraktor, stabil, rajin ibadah, enggak suka dugem.” Dita menjelaskan cepat.Dan seolah sesuai aba-aba, seorang pria datang menghampiri.“Maaf, saya terlambat,” k

  • Dimanja Suami Kontrakku   Married by Fate Challange

    “Dari mana Rex?” Papa Nicholas bertanya ketika Rex baru saja masuk dari lantai loby sementara beliau dari basement.“Abis makan siang sama bang Ezra, Papa dari mana kok jam segini balik ke kantor?” Rex balas bertanya.“Ketemu klien tadi, mau langsung pulang tapi hape Papa ketinggalan.” “Oooo ….” “Kamu lagi rekrut sekretaris baru ya?” Papa Nicholas bertanya lagi.“Eng … enggak, kenapa memang?” Kening Rex berkerut dalam, menatap bingung sang papa.“Itu di depan, ada beberapa pelamar … kata sekuriti, kamu lagi rekruitment.”Rex menepuk jidat, dia lupa dengan pesan Tika yang tadi siang dikirim kalau ada wawancara calon istri sore ini.“I … Iya, Pa … Rex lagi cari calon is … eh, calon sekretaris.” Rex menyengir.Papa Nicholas menganggukan kepalanya.Ting …Pintu lift terbuka.“Papa duluan ya, kamu jangan ngelayap … langsung pulang, besok ikut Papa ke Bandung.” “Ngapain ke Bandung, Pa?” Rex meninggikan suara karena sang papa sudah keluar dari dalam lift.“Ada masalah di c

  • Dimanja Suami Kontrakku   Mencari Pasangan

    Setelah Deni dan Yuli pergi membawa Nathan, tinggal lah Rex dan Anita berdua di ruang tamu rumah itu.Keduanya tampak sedang berpikir bagaimana caranya agar bisa mendapatkan hak asuh atas Nathan.“Yang nyebelin itu jangka waktunya cuma seminggu, ke mana coba gue harus cari cewek buat dikawinin?” Rex bergumam.Anita melirik pria itu.“Aku harus balik ke Surabaya besok,” kata Anita setengah mengusir.Rex mendongak menatap Anita. “Kamu enggak peduli banget sama Nathan ya?” Dia bangkit dari sofa.“Peduli lah, tapi aku harus kerja … aku cuma cuti tiga hari.”“Ya udah kalau gitu gini deh, siapa duluan yang bisa menemukan pasangan berarti dia yang dapet hak asuh Nathan.”Anita mendongak menatap Nathan yang berdiri menjulang di depannya.“Aku harap kamu bisa ngalah, Nathan itu keponakan aku … harus aku yang merawat Nathan, lagian kalau kamu nikah nanti—memangnya cewek kamu mau nerima Nathan?”Rex terkekeh. “Masih jauh itu mah, aku masih ingin seneng-seneng dulu … tapi aku sayang sam

  • Dimanja Suami Kontrakku   Sebuah Takdir

    “Silahkan masuk,” kata Anita sembari membuka pintu rumah kedua orang tuanya.Tadi bu Irma memberikan kunci rumah kepada Anita, semenjak kedua orang tuanya meninggal. Bu Irma dan keluarganya yang membersihkan rumah kecil di dalam gang itu.Dan tentunya Ayu yang membayar jasa mereka setiap bulannya.“Maaf sempit … tapi bersih kok,” kata Anita mempersilahkan ketiga tamunya duduk.“Saya Deni dan ini rekan saya Yuli,” kata pria berseragam dinas.Tatapan Anita lantas jatuh pada pria yang duduk di samping Yuli.Jemari pria itu digenggam Nathan, saat dalam perjalanan ke sini Nathan bangun dan tidak berhenti memandangi Rex, mungkin karena wajahnya familiar.“Gue … eh, saya … Rex Alder … saya sahabat sekaligus klien bisnisnya Anwar.” Rex mengulurkan tangan ke depan Anira.Dengan tatapan datar, Anita hanya mengangguk, seolah enggan bersalaman dengan Rex.Rex menarik tangannya kembali.“Judes banget sih.” Rex membatin.“Jadi begini Bu Anita, setelah kecelakaan … pak Anwar sempat dirawa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status