“Sangat sakit!” jawab Caelan.
Untuk beberapa waktu kamar itu mendadak hening, hanya ada debaran jantung antara keduanya. Bibir Celyna bergetar, tetapi kalimatnya tertahan. Ingatannya kembali ke masa itu.
Di masa lalu, Celyna tidak memiliki pilihan. Dia terpaksa harus meninggalkan pria yang dicintainya. Dan dengan kejamnya Celyna memutuskan Caelan di hari jadi mereka yang ke-4 tahun.
Setelah melewati hari yang indah. Di jam 00.00. Setelah mereka meniup kue peringatan, Celyna mengakhiri hubungannya.
“Caelan, kita akhiri hubungan kita sampai di sini.”
Caelan yang hari itu berniat melamar Celyna, mendadak membeku. Dikejutkan oleh permintaan putus dari Celyna. Cincin di sakunya tertahan begitu saja.
“Aku akan kembali ke Indonesia, pagi ini.”
Celyna berdiri, saat hendak melangkah pergi. Caelan berdiri, berlari mencekal tangannya. Hingga memeluknya begitu erat.
“Kau bercanda?” tanya Caelan dengan mata berbinar.
Celyna menahan napas, dia berusaha untuk tidak menangis.
“Tidak. Bersamamu, aku tidak memiliki masa depan.”
Deg! Ucapan Celyna menghantam jantungnya. Pelukan itu perlahan melonggar, hingga terlepas seutuhnya.
“Apa?”
“Aku lelah. Kau terus bersenang-senang, mengamen. Aku memiliki masa depan, aku tidak bisa hidup dengan lelaki yang tidak memiliki masa depan.”
Ucapan Celyna malam itu, menghancurkan hati Caelan. Selama 4 tahun, Celyna tidak pernah mempermasalahkannya. Caelan memang senang memainkan alat musik, termasuk Cello, juga biola.
“Aku mohon jangan pergi, Celyna.”
Namun, Celyna tidak menoleh dan terus melangkah keluar dari gedung apartemen. Caelan mengejarnya hingga keluar.
Caelan menarik tubuhnya, mereka berhadapan. Caelan memegang kedua tangan Celyna.
“Aku berjanji akan berubah. Aku berjanji akan mencari pekerjaan, tolong— Celyna.”
Celyna menatap dingin Caelan. Melepaskan genggaman tangan itu.
“Terlambat!” ucapnya, nyaris tidak terdengar.
Air mata Caelan menetes. Ia menggelengkan kepalanya.
“Celyna, jika aku berbuat salah, aku akan memperbaikinya. Tapi, aku mohon beri aku kesempatan.”
Celyna tidak bergeming, dia tetap pergi. Dan tidak pernah menoleh ke belakang. Hingga Celyna masuk ke dalam sebuah mobil mewah. Dengan dua bodyguard. Dan untuk pertama kalinya, Caelan baru tahu kalau Celyna bukan gadis biasa.
Mobil itu menjauh, tetapi Caelan tidak diam saja. Dia berlari mengejar mobil itu, seraya berteriak memanggil Celyna. Caelan terus berlari.
Malam itu, sepanjang jalan Celyna menangis.
‘Maaf, Caelan!’ ucap Celyna dalam hati.
Caelan tidak pernah tahu, Celyna terpaksa meninggalkannya. Karena sejak lahir ke dunia ini, hidup Celyna sudah ditentukan oleh kedua orang tuanya. Tanpa bertanya, apakah dia mau. Apakah dia bahagia?
Celyna hanya diberi satu pilihan. Dan dia mengambil pilihan itu, mengorbankan cintanya dan terikat dalam pernikahan politik dan bisnis. Pernikahan tanpa cinta.
Hati Caelan semakin hancur, saat tahu kakaknya menikahi kekasihnya. Sejak hari itu, Caelan membenci Celyna. Dan bersumpah akan menjadi orang besar di masa depan.
Selama menjalin asmara, Celyna dan Caelan sama-sama menyembunyikan identitas masing-masing. Celyna tidak pernah merasa seperti dirinya seperti anak seorang menteri. Karena sejak usia 8 tahun dia sudah dikirim ke rumah neneknya.
Begitu juga dengan Caelan. Dia hidup di luar negeri, semuanya terpenuhi. Keluarganya selalu memfasilitasinya. Hingga dia tidak pernah bingung dengan uang. Ketidak terbukaan mereka, yang membawa mereka pada perpisahan yang menyakitkan.
Dan ternyata menikahi pilihan orang tuanya membuat Celyna semakin terluka. Hidup dalam tekanan, dari kedua keluarga dan dari kalangan sosial. Ia bahkan tidak bisa menjadi dirinya sendiri. Dia tidak memiliki tempat bersandar dan terkurung dalam pernikahan dingin.
***
Celyna merasakan tangan hangat menyeka air matanya. Ia akhirnya tersadar. Caelan menatapnya lembut. Lalu, tangannya terangkat dan perlahan menyentuh wajah Caelan.
“Caelan,” panggilnya dengan suara lembut. “Sudah lama.”
Tatapan keduanya begitu intens. Caelan mendekatkan wajahnya kepada Celyna, lalu mengecup bibirnya lembut. Celyna merangkul leher Caelan. Membalas ciuman hangat Caelan, dengan lembut matanya terpejam dan larut dalam ciuman hangat itu.
Celyna dan Caelan melepaskan ciuman hangat itu.
“Kamu lapar?” tanya Caelan.
Celyna hanya mengangguk pelan. Setelah itu dia pergi ke kamar mandi, lalu menyalakan kran shower. Membiarkan air membasahi tubuhnya. Bayangan mereka bercinta, membuat Celyna merinding. Ia masih tidak percaya dia melakukan itu dengan Caelan.
Namun, ingatan itu kembali tertuju kepada Kaizen. Celyna berpikir, apa seperti ini rasanya berselingkuh? Meski tahu yang dilakukannya salah, sebagai perempuan normal dia juga tidak akan tahan. Jika tidak diperlakukan penuh kasih.
“Anggap saja semua ini impas,” gumamnya.
“Apanya yang impas?” tanya Caelan seraya memeluk Celyna dari belakang.
Celyna terkejut, dia berusaha melepaskan tangan Caelan. Tapi, tangan pria itu semakin kuat memeluknya. Napasnya terasa begitu nyata membuat suhu tubuhnya bercampur menjadi sangat panas.
“Bukannya kamu memesan layanan kamar?” tanya Celyna.
“Ya,” jawab Caelan singkat.
Caelan memejamkan matanya, lalu mengecup tengkuk Celyna. Celyna berjalan hingga tubuhnya menyatu pada dinding kaca kamar mandi. Dalam satu tarikan, Caelan mengangkat paha Celyna dan dengan begitu cepat dia sudah menekan miliknya di bawah sana mendorongnya masuk ke dalam, lebih dalam lagi.
“Caelan, berhenti—uhh!”
“Celyna, kau adalah candu yang mematikan untukku. Mana mungkin aku bisa melepaskanmu begitu saja.”
Napas mereka berdua semakin tidak beraturan. Caelan menggoyangkan pinggulnya lebih cepat lagi, dengan gemas dia menggigit punggung Celyna satunya.
“Aaaahhhhhhhh!”
Caelan semakin menggila dan memacu kecepatan, membuat Celyna mendesah hebat. Seraya berbisik di telinga Celyna.
“Celyna,” panggilnya bersama tekanan di bawah sana, yang begitu hebat. Lalu mengecup telinganya. “Aku ingin sekali menanam benih milikku— di tempatmu?”
Suara yang tadi terdengar hangat, mendadak berubah dingin. Senyuman Adinda perlahan sirna. Celyna tersenyum kecil, menahan pedih. Tidak lama setelah itu muncul Eric Mahesa Diwangkara. Langkahnya terhenti, menatap Celyna.“Celyna,” panggilnya.Mata Celyna semakin memerah. Ia menahan napas, setiap kali melihat kakak dan adik perempuannya ada perasaan sakit yang sulit dijelaskan. Karena kakaknya, dia harus diasingkan dari rumah ini. Jauh dari kehangatan orang tua. Celyna tersenyum dingin, ia menurunkan pandangan matanya sesaat. Tangannya mengepal erat tasnya.Hanya demi menjadikan Eric sebagai pewaris utama. Aset masa depan keluarga politik Diwangkara— Maura mengirim putrinya yang saat itu masih berusia 8 tahun, ke kampung halamannya. Celyna menghela napas dan akhirnya mengangkat wajahnya mengayunkan kakinya menghampiri mereka.“Dimana Nenek?” tanya Celyna.“Mengenai pengobatan nenekmu, kamu tidak perlu mencemaskannya. Yang perlu kamu cemaskan adalah dirimu sendiri.” Maura menatapnya di
Celyna tidak ingin memohon padanya. Ia tidak ingin Kaizen terus merendahkannya, mengancamnya. Dan terus menekannya seperti saat ini.“Aku tidak bersalah,” jawab Celyna matanya menyala.Kaizen menyunggingkan bibirnya. Lalu meraih dagunya. “Katakan sekali lagi?”“Aku tidak bersalah! Aku sudah muak dengan pernikahan ini. Jika sejak awal kau sangat ingin menikahi perempuan itu. Kenapa masih mau menikahiku?” tanya Celyna. “Kamu memiliki kepentingan, bukan? Seseorang pasti menjanjikan kamu sesuatu. Sampai kamu mau menerima pernikahan ini?”Bibir Kaizen terangkat. Ia tercengang.“Karena kamu tidak lebih dari sebuah pion untukku, Celyna. Sebagai istri figuran yang tidak berguna, sebaiknya kamu diam dan patuhi aku. Jika tidak, Davis langsung yang akan menegurmu. Aku bisa menceraikanmu kapan saja jika aku mau, tapi ayahmu yang ambisius itu apa bisa menerimanya.”Celyna mengerutkan hidungnya, ada rasa benci di hatinya.“Aku tidak peduli dengan mereka. Kalau begitu ceraikan aku, apa kau berani?”
Tangan Caelan masih berpegangan pada tangan Celyna. Meski kini ia sedang memakan gorengan.“Lusa, aku akan kembali,” kata Celyna tiba-tiba.Caelan menoleh. “Lusa, aku pikir kamu akan lebih lama di sini?” tanyanya.“Kaizen, pasti akan segera mencariku.”“Kamu mencintainya?” tanya Caelan nadanya berubah menjadi dingin.Celyna menahan napas. Lalu menatap Caelan.“Dia pasti akan segera menyadari kalau kamu juga tidak ada di sana.”Genggaman tangan Caelan semakin erat.“Kamu takut?” tanya Caelan menatapnya tajam.“Bukan itu,” jawabnya pelan nyaris tidak terdengar.Celyna hanya lelah. Lelah berdebat dengannya, mengingat Kaizen saja sudah membuatnya sakit kepala. Namun, ia kembali lagi berpikir. Ia dan Kaizen tidak ada bedanya.Celyna berdiri, tetapi Caelan enggan melepaskan tangannya. Celyna menoleh dan berusaha melepaskan tangan Caelan.“Aku ingin turun ke bawah.”Sementara itu Caelan memandangnya dari atas. Melihat Celyna berjalan di atas pasir tidak memakai sandal, dia berdiri membiarka
Celyna terkejut. Namun, ada haru di hatinya. Masih ada orang yang menginginkannya. Ia tahu, saat ini dia telah mulai masuk ke dalam jurang dan dosa terindah.“Caelan, aku kakak iparmu.”“Persetan dengan sebutan itu. Aku tidak peduli. Sampai kapan kamu akan menyiksa dirimu dalam pernikahan tanpa—-”Celyna mengangkat sedikit wajahnya, dia membungkam mulut Caelan. Seketika Caelan membelalak. Lalu, Celyna melepaskan kecupannya.“Aku tidak bisa bersamamu, Caelan. Tapi, aku—- bisa menjadi partner ranjangmu!”Deg!Kata-kata yang semula sulit diucapkan, akhirnya terucap dari bibirnya. Degup jantung Celyna semakin terasa lebih cepat. Caelan membeku, napasnya hampir tidak terdengar lagi dalam gelap.“Lupakan saja, kalau kau tidak mau.”“Aku mau, Celyna. Namun, kamu harus pastikan tubuh ini hanya milikku. Bukan milik dia.”Napas Celyna tercekat. Hatinya sesak, sejak dia tahu Kaizen memiliki perempuan lain. Tubuh Celyna bukan lagi milik suaminya. Ia juga tidak ingin terus menerus berada dalam kes
Wajah Celyna memerah, bukan karena malu. Tapi, lebih ke marah dan sedih. Ketika seorang istri yang mengabdi selama dua tahun, dilepeh, tidak dianggap. Dan mengharamkan dirinya untuk disentuh. Hati istri mana yang tidak sakit, ketika sang suami memiliki perempuan lain di luar sana. Dan mungkin perselingkuhan itu sudah dimulai dari awal pertama mereka menikah.Bahkan suaminya lebih rela menyentuh perempuannya, lebih rela meniduri kekasihnya dan membuatnya hamil. Daripada membuat istri sahnya hamil.Celyna masih tercekat. Caelan mencengkeram dagu Celyna, tatapannya tajam. Lalu mencondongkan tubuhnya pada Celyna.“Sentuhan panas itu, membuatmu ketagihan bukan?”Celyna yang semula menahan napas, akhirnya bangkit. “Apa sudah selesai menghinaku?”Caelan berdiri. “Aku bukan sedang menghinamu. Tapi, inilah fakta yang sebenarnya. Dulu kamu meninggalkanku karena aku hanyalah pengemis jalanan. Sedangkan kamu voice actor yang terkenal, bersembunyi di balik layar. Hebat Celyna, tapi aku memiliki al
Celyna memutar matanya tampak kesal. Caelan bangkit, dan turun dari tempat tidur. Lalu menoleh ke samping.“Mau mandi bersama?” ajak Caelan.Wajah Celyna mendadak merona. “Tidak.”Caelan menatapnya sesaat, sebelum akhirnya dia masuk ke dalam kamar mandi. Celyna menghela napas. Lalu tidak lama, dia masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri. Caelan yang berada di ruangan kaca melambaikan tangannya.Celyna tidak menanggapi. Setelah keluar dari kamar mandi, Celyna mengambil pakaian baru dan memakaikannya. Namun, sesaat kenangan hangat itu membuat Celyna geleng kepala. Dia turun ke bawah, kembali ke ruang makan dan melihat dapur, meja makan berantakan.“Oh Tuhan, Celyna. Bisa-bisa kau sampai—”Celyna merasa malu kepada dirinya sendiri. Ia benar-benar tidak percaya dengan apa yang dia lihat saat ini. Ia buru-buru memunguti pakaian miliknya dan pakaian milik Caelan. Saat Celyna hendak naik ke atas tangga Caelan berdiri di atas sana menatapnya.Handuk melilit pinggangnya, rambutnya