LOGINCelyna terdiam, wajahnya memucat. Namun, dia tetap berusaha tenang. Dan memalingkan wajah.
“Ternyata kau sama saja dengan perempuan di luar sana, munafik! Kau memilih menikahi kakakku, demi nama besar dan kekuasaan. Jangan salahkan aku kalau sekarang menganggapmu perempuan murahan.”
“Cukup!” Celyna balas berteriak, matanya berkaca-kaca. “Kau tidak tahu apa pun! Kau tidak pernah tahu…”
“Tahu apa?” Caelan mencondongkan tubuhnya, menatapnya lebih dekat. “Kalau sebenarnya kau cuma pion murahan keluarga politikmu? Atau kau memang tidak bisa hidup tanpa uang dan status?”
PLAK!
Tamparan mendarat untuk kedua kalinya di wajah Caelan.
“Pergi!” pekiknya. “Kalau kau masih punya harga diri, jangan pernah muncul lagi di hadapanku.”
Caelan menurunkan pandangannya. Tamparan itu masih terasa di pipinya. Ia bahkan menyentuh pipinya, ironi. Caelan kembali menaikkan pandangannya menatap Celyna.
“Karena kau sudah masuk ke dalam keluarga Kendrick, jangan harap kau bisa hidup dengan tenang.”
Celyna tercekat. “Kau sedang balas dendam?”
Caelan tidak menjawab. Namun, tatapannya tajam dan dingin. Keberadaannya seolah sedang menguji batas kesabaran Celyna.
Celyna memutar tubuhnya membelakangi Caelan.
“Apa kau sudah selesai? Sekarang kau bisa pergi,” kata Celyna dengan suara rendah tanpa menoleh.
Caelan tersenyum sinis, sebelum ia sempat melangkah, suara gedoran pintu terdengar dari luar.
“Kaizen,” gumamnya panik, menatap Caelan yang justru tampak begitu tenang.
Caelan hanya memiringkan kepalanya, bibirnya terangkat dan mengulas senyuman tipis. Ia kemudian duduk di sofa dengan santai, menyilangkan kaki seakan sedang menikmati pertunjukan yang menarik.
“Kau—”
Dari luar, ketukan pintu makin keras, bahkan kenop pintu ikut berputar.
“Sial! Kenapa dia masih tidak membuka pintunya. Celyna, buka sialan.”
Celyna mendekat ke Caelan, wajah pucat. “Cepat pergi. Keberadaanmu hanya akan membuat suamiku salah paham.”
“Oh…” Caelan menaikkan sebelah alisnya, dan terlihat enggan pergi.
“Caelan!” suara Celyna sedikit meninggi.
“Kau ingin aku keluar dari kamar ini, lalu Kaizen melihat kita berduaan di kamar?” Senyuman licik tercipta di wajah dinginnya.”Menurutmu bagaimana reaksi Kaizen, kalau tahu istrinya dan adik—”
Spontan Celyna menutup mulut Caelan. Caelan memperhatikan wajah Celyna, lalu perlahan Celyna melepaskannya dan beralih menarik tangan Caelan. Jantungnya berdegup kencang, Caelan tidak bergeming. Ia menatap tangan Celyna di pergelangan tangannya.
“Cepat,” desis Celyna.
Dari luar, ketukan makin keras. Ponsel Celyna yang tergeletak di atas meja, ikut berdering, menambah kecemasan. Celyna hampir tak bisa berpikir jernih. Sementara Caelan terlihat menikmati momen itu. Celyna membawa Caelan keruangan pakaian yang berada di ruangan berbeda.
Setelah pintu dibuka, Celyna mendesak Caelan untuk segera masuk.
“Kamu sembunyi di situ. Cepat, tidak ada waktu lagi.”
Caelan menatap ruang sempit itu, lalu menoleh lagi pada Celyna. “Kau yakin ingin aku bersembunyi di sini?”
Tidak ada waktu lagi, Celyna mendorong masuk Caelan ke dalam lemari. Begitu pintu lemari tertutup, Celyna berjalan cepat ke pintu utama dan membukanya. Kaizen berdiri di sana, tatapannya penuh amarah.
“Buka pintu juga lama sekali,” cibirnya dingin. Lalu melihat bibir Celyna berdarah.
“Aku— aku sedang di toilet dan tadi terjatuh,” ucap Celyna terbata.
Kaizen mendengus, melangkah masuk. Pandangannya menyapu kamar, lalu ia berhenti sejenak, ia menghirup aroma yang begitu familiar.
“Aroma apa ini?” gumamnya, seperti sedang mengendus sesuatu.
Jantung Celyna makin kencang. Ia buru-buru menutupi kegelisahannya. Ia baru sadar kalau aroma parfum Caelan tertinggal di dalam ruangan itu.
“Aku baru menyemprot pengharum ruangan.”
Kaizen tidak bertanya lagi, namun tatapannya menusuk. Ia membuka jasnya, lalu dengan kasar melemparkannya ke wajah Celyna. Kaizen menatap Celyna dengan kedua tangan di atas pinggang.
“Sialan, kau, ibumu dan bocah tengik itu membuatku kesal. Sebaiknya kau segera donor sperma, agar masalah segera selesai.”
Celyna tertegun. “Itu bukan solusi. Kaizen, tidak bisakah kamu memberikan hakku sebagai istri?” tanya Celyna dengan mata penuh pengharapan.
“Hakmu? Ck! Jangan bermimpi. Kau tidak akan pernah melahirkan keturunanku. Itu hukumanmu, karena kau sudah mau menjadi istriku.”
Kaizen pergi mandi, dia juga sempat membanting pintu. Celyna menghela napas, lalu mengusap wajahnya. Celyna terkekeh, dia istri sahnya. Namun, dia harus merendah di hadapan suaminya sendiri, saat meminta nafkah batin.
Celyna pun pergi mengecek lemari pakaian, tetapi saat membuka lemari pakaian. Caelan sudah tidak ada di sana. Celyna sempat mengecek ke arah balkon, tetapi Caelan tidak ada di sana.
“Dia sudah pergi.”
Celyna berharap Caelan tidak mendengar pembicaraan mereka. Jika tidak, Celyna akan merasa malu dan semakin sedih. Faktanya dia menikahi Kaizen, tidak pernah mendapatkan cinta dan kasih sayang. Dia tidak ingin Caelan menghinanya juga.
Bahkan memaafkannya untuk balas dendam— masa lalu.
***
Beberapa hari telah berlalu, sejak hari itu.
Celyna ikut Kaizen terbang ke Bali, mereka tiba di Bali pukul 14.50. Selama penerbangan Kaizen terus mengoceh karena Celyna ikut bersamanya.
“Pelet apa sih yang kamu gunakan sampai Nenek begitu baik padamu. Padahal cucunya itu aku.”
“Aku sudah menolak. Kamu tahu sendiri Ne—”
“Alah, alasan. Dengar ya, aku ke sini untuk kerja. Pokoknya kamu jangan muncul dihadapanku selama aku kerja. Jangan menghubungiku, jangan tanya aku pergi kemana saja. Kau– diam di kamar.”
Celyna mengurungkan niatnya untuk menjawab. Jika suaranya terdengar, Kaizen akan mengatainya membantah.
Setibanya di Bali, mereka menggunakan mobil yang berbeda. Celyna, bahkan tidak tahu kemana suaminya pergi.
Besok malam, perusahaan akan merayakan peresmian resort baru di Bali, sebelumnya Kendrick Global Holdings, sudah memiliki hotel mewah di Bali. Celyna dan Kaizen akan menginap di sana selama di Bali.
Sesampainya di kamar hotel, Celyna dikejutkan dengan ranjang tidur bak pengantin baru. Mata Celyna berbinar, dia berjalan mendekati tempat tidur dan mengambil beberapa helai kelopak mawar merah. Ada kesedihan di matanya.
“Sepertinya Nenek yang mengatur kamar ini. Aku harus segera membereskannya, jika Kaizen melihat ini dia akan marah.”
Celyna mengumpulkan semua kelopak bunga dan hiasan kamar pengantin. Lalu membuangnya ke tempat sampah. Dan ketika di selesai, hari sudah sore.
Ia mengayunkan langkah kakinya menuju balkon kamar. Melihat hamparan pasir putih di bawah sana. Serta air yang jernih. Tempat ini memberikan kesan bulan madu yang indah, tetapi tidak dengan Celyna. Tidak akan pernah ada momen seperti ini di dalam pernikahannya.
Celyna tidak ingin diam saja, dan hanya menikmati lautan dari kejauhan. Jadi, dia memutuskan untuk turun ke bawah. Celyna menuruni anak tangga hati-hati, dia melepaskan sandalnya dan berjalan di atas pasir putih.
Angin menyapu kulitnya, lalu membelai rambutnya yang sengaja di gerai. Sambil berjalan pelan, Celyna membentangkan kedua tangan dengan mata terpejam.
“Tenang,” gumamnya.
“Benarkah?”
Suara itu mengejutkannya, Celyna membuka mata. Dilihatnya Caelan berdiri di hadapannya.
“Kau— bagaimana kamu bisa kamu ada di sini?” Celyna terperanjat terkejut.
Caelan tersenyum miring.”Kau pikir hanya suamimu dalam keluarga Kendrick,” cibir Caelan.
Celyna menghela napas. Dia malas berurusan dengan Caelan, terutama mengingat hari itu yang tampak biasa saja di mata Caelan. Tidak ada penyesalan, atau permintaan maaf. Tidak ingin berlama-lama, Celyna mengambil sandal dan hendak pergi.
“Kau sudah mau pergi?”
Celyna tidak menjawab. Selain itu, hari sudah semakin sore. Caelan tidak diam saja, dia mengikuti Celyna dari belakang.
“Kau tidak ikut suamimu? Atau kau memang sengaja ditinggal olehnya.”
Ucapan Caelan membuat Celyna berhenti. Lalu menoleh, Celyna menahan kesal di hatinya.
“Berhenti mengusikku. Sekarang aku ini kakak iparmu, dan kau harus menerima itu.”
Caelan tersenyum miring. “Kau yakin tidak akan menyesal, dan lebih memilih meninggalkan aku.”
Celyna tercekat. Dia tidak menjawab, lalu pergi begitu saja. Usai matanya bertemu dengan Caelan. Caelan tersenyum dingin, melihat punggung yang semakin menjauh.
Langkah kaki Celyna berhenti tepat di depan pintu kamar. Dia menerima panggilan telepon terus menerus. Dilihatnya panggilan itu dari nomor tidak dikenal. Tidak hanya itu, nomor berbeda baru saja mengirimkan pesan dan sebuah gambar.
Celyna membuka pesan itu, dia terkejut melihat foto seorang perempuan memeluk Kaizen di depan pintu kamar hotel.
[Suamimu tidak pernah mencintaimu!]
“Habisi dia, Kaizen!” bisik Safira membuat Kaizen membelalak dan mendorong pelan Safira.“Apa kau sudah gila?”Safira merengek dan menangis. “Hanya itu yang dapat membuat kita bersama Kaizen. Kita tidak perlu turun tangan, hanya perlu membayar pembunuh bayaran. Setelah itu kita bisa bersama, apa kamu tidak ingin bersama denganku?”Kaizen meneguk salivanya. “Aku ingin bersamamu, tapi tidak seperti ini. Jika Davis tahu---““Dia tidak akan tahu. Kita bisa membuatnya seolah mengalami kecelakaan.”Kaizen menggeleng pelan, dia pergi menjauh dari Safira. Seperti ketakutan. “Aku tidak ingin terlibat dalam pembunuhan. Tidak mau ... pasti ada cara lain.”Kaizen berlari menuju lantai atas. Safira menatap Kaizen yang berlalu, lalu meneguk minuman yang tersisa di gelas yang belum lama ini digunakan oleh Kaizen. Senyuman samar tercipta di wajahnya.***Dua hari berlalu, Celyna masih terkurung di dalam kamarnya. Ia menolak makan dan minum, Adinda melihat kamar kakaknya. Matanya berkaca-kaca, sement
PLAK!Untuk pertama kalinya Celyna mendapatkan tamparan dari Davis. Ada raut puas di wajah Diyah. Sementara Maura menahan napas.“Hanya aku yang berhak menentukan masa depanmu. Jika berani bercerai, aku akan membuat nenekmu---““Lakukan!” tantang Celyna matanya berbinar.Mereka hampir tidak pernah berbicara. Sekalinya suara keluar dari mulut Davis, hanyalah ancaman yang harus Celyna terima.“Jika sampai terjadi sesuatu pada Nenek. Kamu akan menyesal, PAPA!”“Dasar anak tidak tahu diri. Masih beruntung kamu lahir ke dunia ini, sebagai keluarga Diwangkara.” Diyah berdiri menunjuk Celyna.Celyna melotot. Ia tidak ingin lagi ditindas dan ketakutan seperti di masa lalu. Diyah membelalak melihat amarah di wajah Celyna.“Jika aku bisa meminta kepada Tuhan, maka aku akan meminta untuk tidak dilahirkan di keluarga Diwangkara.” Suara Celyna lantang dan tegas. “Jika sampai kau menyentuh Nenek, aku pastikan semua dunia tahu kalau kau ayah yang paling buruk di dunia ini. Dan tidak pantas memimpin
Celyna yang sudah duduk di hadapannya membelalak.“Berlibur katamu. Tidak Cae, aku harus segera mengurus perceraianku dengan Kaizen. Aku akan menghadapi media.”“Wanita itu masih ada di rumah kalian.”“Aku tidak peduli. Yang aku herankan sampai hari ini dia tidak takut dengan kariernya, padahal ia seorang pelukis terkenal.”Caelan hanya menatapnya dan tidak memberikan komentar.“Kenapa, aku selalu merasa kamu selalu menyembunyikan sesuatu dariku.”“Itu yang kamu rasakan?”Caelan memakan rujak buahnya, ia tidak mengatakan apapun. Hal itu membuat Celyna kembali bertanya-tanya.“Kamu tidak ingin memberitahuku?” Celyna menatapnya semakin dalam.“Rujaknya sangat enak, kamu pasti suka.” Caelan mengalihkan pembicaraan.Celyna menghela napas, ia memakan rujak. Rujak itu memang sangat enak, dapat menenangkan sakit kepalanya. Caelan tersenyum.“Benarkan, kamu akan menyukainya.”Celyna hanya menatap dan mencocol kembali mangga dan jamu ke gulanya, pedas, manis dan sedikit asin bercampur menjadi
Keduanya saling memeluk. “Aku juga, Cae.”Di seberang sana, Kaizen sedang berada di kediamannya. Ia duduk di sofa seraya menonton ulang kembali konferensi pers beberapa jam yang lalu. Kaizen menatap tabnya tersenyum, sementara Reyhan duduk di seberangnya.“Bagaimana menurutmu, aktingku sangat bagus bukan?”Reyhan memberikan dua jempolnya kepada Kaizen. Tidak lama, Safira muncul. Kaizen mengalihkan pandangan matanya melirik kepada Reyhan memberikan isyarat agar Reyhan pergi. Reyhan pun berdiri, tanpa berbicara dia membungkuk dan pergi.Reyhan dan Safira melakukan kontak mata, hanya sesaat. Sebelum akhirnya Safira naik pangkuan Kaizen.“Kamu yakin ingin berpisah denganku?”Kaizen menyentuh wajah Safira, tatapan matanya penuh dengan nafsu. Ia menciumnya dengan cepat, yang dibalas oleh Safira menggoyangkan pinggulnya di atas pangkuan Kaizen.“Aku tidak pernah mau berpisah denganmu, Kaizen. Aku rela menjadi istri keduamu,” ucap Safira usai melepaskan ciuman panasnya.Jemari tangan Kaizen m
Celyna menyadari masalah yang dihadapinya saat ini tidak akan sesederhana itu. Ia menangkap ucapan Caelan saat ini. Karena dia sudah membantah bahwa isi gugatan itu. Maka dia akan membuat Celyna mengganti isi gugatannya, atau menggunakan koneksi keluarga Kendrick.Namun, dengan mengakuinya perselingkuhannya. Skandal buruknya akan mempengaruhi citranya di masa depan. Oleh karena itu, dia harus mendapatkan Celyna kembali. Kecuali, Davis benar-benar mengorbankannya. Memutus isu politik yang akan mempengaruhinya.“Aku tidak peduli dengan perkataan orang di luar sana. Perceraianku dengan Kaizen, tidak ada urusannya dengan orang luar, bukan mereka yang memberiku makan. Yang membuat aku bertahan hingga sekarang adalah Nenek.”Caelan mengacak rambut Celyna.“Saat ini media masih mencarimu, perceraianmu sudah ada di depan mata. Media akan terus menyorotimu.”“Aku tahu. Kaizen bisa menjual kesedihan untuk menaikkan citranya, aku tidak akan tertipu dan tidak akan jatuh untuk kedua kalinya. Wanit
Caelan tersenyum lepas. Sudah lama sekali Celyna tidak melihat senyuman itu. Celyna yang menatapnya mengerutkan keningnya.“Kenapa kamu malah tersenyum?”“Aku senang mendengarnya, Celyna. Akhirnya aku mendengar pengakuanmu. Kamu masih mencintaiku.”Celyna mendadak salah tingkah. Ia meneguk salivanya.“Bagaimana denganmu, kamu masih mencintaiku atau hanya sekadar menjadikan aku alat untuk balas dendam?”“Kamu masih tidak percaya?”“Aku percaya. Hanya ingin menanyakannya lagi, memastikannya lagi. Apa salah? Atau kamu sudah bosan mendengarnya?”“Tidak. Aku tidak pernah bosan. Lebih tetapnya tidak akan bosan, aku akan lebih senang kamu mengatakan mencintaiku setiap hari.”Celyna tertegun, Caelan menyentuh bibirnya.“Selama empat tahun, aku yang lebih sering mengatakan aku mencintaimu. Selama empat tahun, aku selalu mengalah padamu, Celyna.”“Lalu sekarang?” tanya Celyna.“Aku akan mengatakannya sampai kamu bosan.”Celyna tersenyum, setelah itu ia memejamkan matanya. Caelan membelai rambut







