LOGINPonsel itu jatuh dari tangannya. Celyna membeku, matanya terpaku pada layar yang menampilkan foto itu. Foto itu terlalu nyata untuk bisa disebut rekayasa. Kaizen memakai pakaian yang sama dengan yang dikenakannya hari ini.
Hatinya seperti diremas, sesak. Tangannya gemetar ketika berusaha memungut ponsel dari lantai.Dengan napas yang tidak beraturan, ia kembali menatap layar ponselnya. Tubuhnya merosot hingga terduduk di depan pintu, air matanya menetes begitu saja.
“Kaizen,” gumamnya hampir tak terdengar.
Satu jam berlalu. Langit sudah gelap, tetapi tidak ada tanda-tanda suaminya kembali ke kamar hotel. Celyna masih menggenggam ponselnya erat-erat. Pertanyaan demi pertanyaan kini menggerogoti pikirannya. Sekarang ia semakin mengerti. Kenapa Kaizen tidak pernah mau menyentuhnya.
Celyna menyeka air matanya. Ia mencoba menghubungi nomor pengirim foto itu, tapi panggilannya tidak pernah dijawab. Sambil duduk di sofa, ia mencoba lagi, tetap tidak diangkat.
[Kamu siapa?]
Ia mengirim pesan singkat, tapi tidak ada balasan.
Celyna merasa Frustrasi, ada orang lain di luar sana yang tahu betapa retaknya rumah tangganya. Ia cemas foto itu disebar ke media, menjadi gosip di media sosial? Dia akan dipermalukan. Orang tuanya pasti akan memarahinya.
Meskipun perutnya melilit, nafsu makannya hilang. Seluruh tubuhnya lemas, keringat dingin mengalir. Celyna menutup wajah dengan kedua tangannya.
“Aaarghhh ….” ia menggeram pelan, karena kesal.
Ia mencoba menghubungi Kaizen, tapi ponselnya tidak aktif. Ia menghubungi sekretaris suaminya, tetap tidak dijawab. Napasnya tercekat. Dengan mata sembab, ia tertawa getir, lalu menekan dadanya yang semakin menyesakkan.
Sejak awal pernikahan, ia tahu tidak bisa berharap banyak dari Kaizen. Tapi tetap saja sakit.
***
Satu hari berlalu. Sore itu, ketukan pintu membuat Celyna bergegas membuka pintu kamar hotel. Namun, bukan Kaizen. Pria yang berdiri di hadapannya adalah Reyhan.
Celyna bersedekap, tatapannya datar. “Dimana suamiku?” tanya Celyna.
“Kedatangan saya ke sini untuk menyampaikan pesan dari Bapak— Ibu dilarang datang ke pesta perayaan di resort nanti malam.”
Celyna tertawa. Matanya berbinar, lalu memiringkan kepalanya.
“Kenapa aku tidak boleh datang, aku istrinya.”
Reyhan bergeming sesaat.
“Mohon kerjasamanya.”
BRUK!
Celyna membanting pintu kamar marah. Ia mengunci pintu rapat-rapat. Hatinya sakit teriris.
Bibirnya bergetar.”Kaizen,” gumamnya dengan tangan mengepal.
Namun, Celyna tidak akan diam saja. Dia sudah memutuskan untuk datang ke pesta itu, Kaizen tidak bisa menghalanginya.
Di seberang sana, di dalam sebuah kamar— Kaizen baru saja memakai jas dan perempuan di sisinya baru saja membenarkan dasinya. Malam ini, gunting pita pengesahan resort baru milik keluarga Kendrick.
Tamu yang datang adalah tamu istimewa. Dari kalangan artis dan sosialita.
Perempuan itu memeluk tubuh Kaizen seraya berkata dengan suara lembut. “Malam ini aku tidak mau melihat istrimu.”
“Tenang saja, aku pastikan dia tidak akan pernah datang ke pesta malam ini.” Kaizen mencium bibir kekasihnya.
Kaizen begitu hangat pada kekasihnya. Perlakukannya amat berbeda pada Celyna, yang merupakan istri sahnya.
___
Malam itu, para tamu undangan sudah mulai berdatangan dan hampir memenuhi pesta. Kaizen sudah ada di sana bersama dengan kekasihnya. Namun, saat berada di depan semua orang mereka terlihat profesional dan tidak memperlihatkan adanya hubungan asmara.
Sementara itu Celyna masih tertahan di kamar hotel. Di depan pintu kamar ada dua orang yang berjaga. Celyna tidak kehilangan akal, dia pergi lewat jalan belakang dia menyusuri pantai. Namun, langkah kakinya mendadak terhenti.
Caelan berdiri di seberang sana.
“Sepertinya Nyonya Kendrick, lagi-lagi dikurung di dalam kamar.” Cibirnya puas.
Celyna tidak menjawab. Dia melintasi Caelan. Pria itu menahannya, langkah kaki Celyna terhenti dan menoleh kepada Caelan dengan tatapan tajam.
“Lepaskan tanganku!” ucap Celyna dengan nada ketus.
“Kamu tidak akan bisa ke pesta tanpa undangan. Tapi, aku bisa membantumu.”
Celyna tercekat menatap Caelan, sorot matanya mengatakan ketidak percayaan.
“Aku tidak butuh bantuanmu.” Celyna melepaskan tangannya dari cekalan Caelan.
Saat Celyna hendak melangkah, Caelan kembali berbicara lagi.
“Kamu pikir orang Kaizen akan mengizinkan kamu masuk ke sana. Mereka akan menyeretmu, tetapi jika kau datang denganku. Kupastikan kamu bisa masuk ke dalam pesta.”
Celyna menimbang-nimbang ucapan Caelan. Hatinya sedikit luluh.
“Kau yakin ingin membantuku?”
Caelan tersenyum miring. “Kecuali kamu mau menciumku.”
Celyna melotot. “Dasar omes!”
Caelan tertawa kecil, lalu meraih tangan Celyna. Celyna menatap Caelan. Tiba-tiba Caelan melepaskan jasnya. Ia memakaikannya di kepala Celyna.
“Kau—”
Caelan tidak menjawab, dia meraih tangan Celyna dan membawanya keluar hotel. Malam itu Celyna menaiki mobil yang dikendarai oleh Caelan, hanya butuh waktu 5 menit untuk tiba di sana. Saat mereka tiba di sana gunting pita sudah selesai.
Ada beberapa media yang meliput, saat ini semua orang sedang fokus dan tertuju pada Kaizen yang tengah berpidato. Caelan membawa Celyna lewat jalan belakang, keduanya menyusuri lorong dan tiba di ballroom.
“Pergilah,” kata Caelan.
Celyna melangkahkan kakinya, tetapi tiba-tiba langkah kakinya terhenti. Celyna menoleh ke belakang, dan menghampiri Caelan. Ia melepaskan jas itu dan mengembalikannya.
“Terima kasih,” ucapnya lalu berjalan menjauh.
Saat memasuki ballroom, musik klasik terdengar begitu merdu. Kehadiran Celyna menjadi sorotan di tengah sosialita dan para artis ibu kota. Bisik demi bisikan terdengar di telinga Celyna, tidak sedikit orang yang membicarakannya.
Celyna melihat ada beberapa lukisan yang sengaja di pajangkan. Lalu, langkah kakinya terhenti di depan sebuah lukisan langit dan bunga yang gugur.
“Celyna, ternyata benar itu kamu.” Tegur seseorang sosialita.
“Lukisan ini memang indah. Suamimu membawa seniman terkenal dari Paris.” Seseorang sosialita lain berbicara.
Celyna menoleh menatap mereka.
“Kata suamimu, kamu sedang sakit tidak bisa datang— atau rumor tentang kalian benar?” tanya sosialita pertama.
“Apa maksudmu?” tanya Celyna.
Kedua sosialita itu menatap Celyna dengan tatapan rendah.
“Kami dengar rumah tangga kalian sudah retak. Katanya kamu mandul!”
DEG!!
Celyna membeku. Dunianya seakan runtuh dalam hitungan detik.
“Apa katamu?”
Kedua sosialita itu tertawa. “Kenapa kamu terkejut? Ah, jika aku jadi Kaizen aku juga pasti berpikir untuk cari istri baru.”
“Ah, aku hampir lupa memberitahumu. Seniman yang dibawa suamimu malam ini, orang yang sama— aku pernah melihat mereka bersama, saat acara amal di New York bulan lalu.” Sosialita itu berbisik di telinga Celyna. “Sepertinya, dia kekasih gelap suamimu.”
Celyna membelalak. Hatinya tercabik-cabik pedih. Mereka pergi, usai mengatakan hal yang menyakitkan. Celyna merasa semua mata kini sedang membicarakannya, ia juga tidak menemukan Kaizen di tengah kerumunan orang sekitar.
Saat masuk ke dalam ruangan khusus, Celyna mendengar tawa di ruangan seberang. Ia mengenali suara itu, adalah suara suaminya dan suara perempuan asing.
“Kaizen, sayang, selamat atas peresmian resort baru,” ucapnya dengan manja.
Celyna memberanikan diri untuk melihat dari pintu seberang yang sedikit terbuka— Kaizen dan perempuan itu tengah berciuman dengan tangan yang saling memeluk di sofa.
PLAK!Untuk pertama kalinya Celyna mendapatkan tamparan dari Davis. Ada raut puas di wajah Diyah. Sementara Maura menahan napas.“Hanya aku yang berhak menentukan masa depanmu. Jika berani bercerai, aku akan membuat nenekmu---““Lakukan!” tantang Celyna matanya berbinar.Mereka hampir tidak pernah berbicara. Sekalinya suara keluar dari mulut Davis, hanyalah ancaman yang harus Celyna terima.“Jika sampai terjadi sesuatu pada Nenek. Kamu akan menyesal, PAPA!”“Dasar anak tidak tahu diri. Masih beruntung kamu lahir ke dunia ini, sebagai keluarga Diwangkara.” Diyah berdiri menunjuk Celyna.Celyna melotot. Ia tidak ingin lagi ditindas dan ketakutan seperti di masa lalu. Diyah membelalak melihat amarah di wajah Celyna.“Jika aku bisa meminta kepada Tuhan, maka aku akan meminta untuk tidak dilahirkan di keluarga Diwangkara.” Suara Celyna lantang dan tegas. “Jika sampai kau menyentuh Nenek, aku pastikan semua dunia tahu kalau kau ayah yang paling buruk di dunia ini. Dan tidak pantas memimpin
Celyna yang sudah duduk di hadapannya membelalak.“Berlibur katamu. Tidak Cae, aku harus segera mengurus perceraianku dengan Kaizen. Aku akan menghadapi media.”“Wanita itu masih ada di rumah kalian.”“Aku tidak peduli. Yang aku herankan sampai hari ini dia tidak takut dengan kariernya, padahal ia seorang pelukis terkenal.”Caelan hanya menatapnya dan tidak memberikan komentar.“Kenapa, aku selalu merasa kamu selalu menyembunyikan sesuatu dariku.”“Itu yang kamu rasakan?”Caelan memakan rujak buahnya, ia tidak mengatakan apapun. Hal itu membuat Celyna kembali bertanya-tanya.“Kamu tidak ingin memberitahuku?” Celyna menatapnya semakin dalam.“Rujaknya sangat enak, kamu pasti suka.” Caelan mengalihkan pembicaraan.Celyna menghela napas, ia memakan rujak. Rujak itu memang sangat enak, dapat menenangkan sakit kepalanya. Caelan tersenyum.“Benarkan, kamu akan menyukainya.”Celyna hanya menatap dan mencocol kembali mangga dan jamu ke gulanya, pedas, manis dan sedikit asin bercampur menjadi
Keduanya saling memeluk. “Aku juga, Cae.”Di seberang sana, Kaizen sedang berada di kediamannya. Ia duduk di sofa seraya menonton ulang kembali konferensi pers beberapa jam yang lalu. Kaizen menatap tabnya tersenyum, sementara Reyhan duduk di seberangnya.“Bagaimana menurutmu, aktingku sangat bagus bukan?”Reyhan memberikan dua jempolnya kepada Kaizen. Tidak lama, Safira muncul. Kaizen mengalihkan pandangan matanya melirik kepada Reyhan memberikan isyarat agar Reyhan pergi. Reyhan pun berdiri, tanpa berbicara dia membungkuk dan pergi.Reyhan dan Safira melakukan kontak mata, hanya sesaat. Sebelum akhirnya Safira naik pangkuan Kaizen.“Kamu yakin ingin berpisah denganku?”Kaizen menyentuh wajah Safira, tatapan matanya penuh dengan nafsu. Ia menciumnya dengan cepat, yang dibalas oleh Safira menggoyangkan pinggulnya di atas pangkuan Kaizen.“Aku tidak pernah mau berpisah denganmu, Kaizen. Aku rela menjadi istri keduamu,” ucap Safira usai melepaskan ciuman panasnya.Jemari tangan Kaizen m
Celyna menyadari masalah yang dihadapinya saat ini tidak akan sesederhana itu. Ia menangkap ucapan Caelan saat ini. Karena dia sudah membantah bahwa isi gugatan itu. Maka dia akan membuat Celyna mengganti isi gugatannya, atau menggunakan koneksi keluarga Kendrick.Namun, dengan mengakuinya perselingkuhannya. Skandal buruknya akan mempengaruhi citranya di masa depan. Oleh karena itu, dia harus mendapatkan Celyna kembali. Kecuali, Davis benar-benar mengorbankannya. Memutus isu politik yang akan mempengaruhinya.“Aku tidak peduli dengan perkataan orang di luar sana. Perceraianku dengan Kaizen, tidak ada urusannya dengan orang luar, bukan mereka yang memberiku makan. Yang membuat aku bertahan hingga sekarang adalah Nenek.”Caelan mengacak rambut Celyna.“Saat ini media masih mencarimu, perceraianmu sudah ada di depan mata. Media akan terus menyorotimu.”“Aku tahu. Kaizen bisa menjual kesedihan untuk menaikkan citranya, aku tidak akan tertipu dan tidak akan jatuh untuk kedua kalinya. Wanit
Caelan tersenyum lepas. Sudah lama sekali Celyna tidak melihat senyuman itu. Celyna yang menatapnya mengerutkan keningnya.“Kenapa kamu malah tersenyum?”“Aku senang mendengarnya, Celyna. Akhirnya aku mendengar pengakuanmu. Kamu masih mencintaiku.”Celyna mendadak salah tingkah. Ia meneguk salivanya.“Bagaimana denganmu, kamu masih mencintaiku atau hanya sekadar menjadikan aku alat untuk balas dendam?”“Kamu masih tidak percaya?”“Aku percaya. Hanya ingin menanyakannya lagi, memastikannya lagi. Apa salah? Atau kamu sudah bosan mendengarnya?”“Tidak. Aku tidak pernah bosan. Lebih tetapnya tidak akan bosan, aku akan lebih senang kamu mengatakan mencintaiku setiap hari.”Celyna tertegun, Caelan menyentuh bibirnya.“Selama empat tahun, aku yang lebih sering mengatakan aku mencintaimu. Selama empat tahun, aku selalu mengalah padamu, Celyna.”“Lalu sekarang?” tanya Celyna.“Aku akan mengatakannya sampai kamu bosan.”Celyna tersenyum, setelah itu ia memejamkan matanya. Caelan membelai rambut
Jonathan terperangah mendengarnya. “Apa dia memiliki wanita yang disukai?” gumamnya pelan.Malam itu, Caelan kembali ke apartemen yang ditinggalinya di kawasan elit ibu kota. Saat tiba di apartemen, ia langsung membuka pintu. Ruangan gelap gulita, Caelan menyalakan lampu dan melihat Celyna tertidur di sofa samping jendela seraya memeluk buku.Caelan menghampiri dengan langkah pelan, Celyna membuka mata dan menatap Caelan yang sudah kembali. Namun, ia tidak langsung bangun. Ia memiringkan tubuhnya menatap Caelan yang kini sudah bersimpuh di sisinya.“Kamu sudah pulang? Aku kira kamu akan menginap di rumah.”Caelan membelai rambut Celyna lembut.“Perempuan yang selalu aku rindukan ada di sini.”Celyna pun bangun, Caelan memperhatikan wajahnya. “Ada apa?” tanya Celyna.“Kamu menangis?” tanyanya tiba-tiba.Celyna membelalak. “Ti---“Telunjuk Caelan sudah lebih dulu menyentuh bibir Celyna. Setelah terlepas, Caelan duduk di samping Celyna. Tanpa berbicara, ia meraih tangan Celyna memegangin







